• 18 •

2 1 0
                                    

Playing Now
Camila Cabello | Liar

⏪⏸⏩

"Anjing lo bangsat!"

"Kenapa lo gini sama kita?!"

"Salah kita apa sama lo?!"

"Adam!"

Ria menutup mulutnya yang terbuka lebar, matanya menatap nanar pada layar laptopnya, dimana pemeran yang sangat dia sukai mati dengan tubuh gosong karena dibakar tanpa tedeng aling-aling.

"Kyaaa..."

Wanita itu menjerit lirih, pemain film yang sangat dia sukai berakhir meninggal, apalagi meninggal karena terbakar, oh my god! Ria tidak terima.

Baiklah, dia harus tenang, ini hanya sebuah film, okay!

Ria menarik nafas dan menghembuskannya, wanita itu lanjut menonton dengan tenang. Sesekali dia akan mendesis, para pemain film ini terlihat real dan benar-benar gila.

Ria akan memasukkan film ini pada list film favoritenya, tak sia-sia dia menjelajahi playstore movie dan menemukan film ini. Yah.. Meski film ini terbitan tahun 2009-2010, film ini begitu menarik perhatiannya.

Berawal saat Ria iseng dan melihat salah satu film dengan judul Rumah Dara yang sering disebut Macabre, dia jadi tertarik. Posternya memang biasa saja, menampakkan si pemeran utama wanita yang memegang garpu dan mengacungkannya dipundak, garpu itu menusuk sebuah daging yang Ria duga sebelumya adalah daging sapi ataupun Ayam, tapi ternyata daging manusia, sesuai dengan apa yang ada dalam film.

Sedang fokusnya menonton, wanita itu dikejutkan dengan pintu utama yang terbuka dengan keras. Perhatiannya teralih, dia menekan tombol skip dan berjalan ke ruang utama.

Ria menemukan anaknya yang membawa seorang gadis di gendongannya, matanya dibuat membelak ketika melihat bagaimana Asrael menggendong gadis itu.

"Siapa itu Asrael?"

Ria mengurut keningnya, kenapa akhir-akhir ini anak-anaknya membawa gadis ke rumah, pertama Astaroth yang membawa seorang gadis yang kini ada di rumah Ayah mertuanya.

Wanita itu akan mengizinkan gadis itu ada di rumah, itung-itung menemaninya yang kesepian karena tak ada teman mengobrol, tapi Astaroth benar-benar keterlaluan, Ria tak mengira putranya nekat melakukan itu.

Asrael menoleh dan menyengir lebar, dia mendudukkan gadis itu di sofa. "Diam! Jangan mencoba untuk kabur!" Sentaknya kasar sambil menekan pundak gadis itu, Ria membulatkan matanya tak suka.

Sesampainya didepan Asrael tangan wanita itu bergerak menjambak rambut Asrael, walau tidak kencang tapi berhasil membuat Asrael memekik kecil.

"Apaan sih Bunda? Auhh.. Lepasin Bunda.." Melasnya yang sama sekali tak didengar oleh Ria.

"Kamu apa-apaan? Kenapa kamu membentak dia? Itu sama saja kamu membentak Bunda dan Kakak, kamu tahu itu Asrael?" Ucap Ria tak suka, akhirnya wanita itu melepaskan jambakannya dirambut milik Asrael.

Asrael meringis sambil mengusap kepalanya yang sedikit berdenyut, bibirnya mencebik pelan. "Lagian dia tidak seperti Kak Tita, gadis ini berusaha memberontak, dia bahkan berusaha lari." Decaknya kesal dan memandang gadis itu yang menunduk dengan tajam.

Ria semakin mendesis tak suka melihat putranya kasar pada perempuan, wanita itu duduk di samping gadis yang belum dikenalnya. Ria mengajak gadis itu berkenalan, meski awalnya sulit, tapi akhirnya dengan kesabarannya dia berhasil meluluhkan gadis itu.

Meninggalkan Ria yang asik mengobrol dengan gadis yang menarik perhatiannya, Asrael naik ke lantai atas dimana ada kamarnya.

"Orang tua aku meninggal Tante, mereka dibunuh di gang itu hikss.."

Ria mengerjap beberapa kali, sebelum akhirnya membawa gadis yang mengaku bernama Patricia itu ke dalam pelukan hangatnya. Dia sedikit iba pada Patricia, dia juga pasti akan seperti ini jika melihat Mami dan Papinya dibunuh di hadapannya, tapi Ria menjamin itu tidak akan terjadi padanya.

"Sayang? Siapa kau peluk itu?!"

...

Astaroth berdiam merenung di balkon kamar pribadinya, jarang sekali dia mengunjungi kamar miliknya sendiri, karena dia lebih memilih tidur di kamar milik Kakaknya.

Kepalanya menodongak, menatap langit yang diterangi cahaya bulan, ada pula sedikit bintang yang menghiasi malam ini.

Ingatannya kembali pada kejadian beberapa hari yang lalu, saat dia berhasil menemukan gadis yang menarik perhatiannya.

Tapi kini gadis itu tak ada di sisinya, Ayah dan Bundanya mengantar gadis itu ke Jakarta, ke rumah milik Kakek dan Neneknya dan dirawat disana.

Astaroth saat itu murka dan nyaris saja mencakar wajah Ayahnya, tapi Bundanya berhasil menahan semua itu.

Keluar dari kamar mandi dengan piama yang membalut tubuhnya, Astaroth mendudukkan diri di tepi ranjang, menatap wajah Tita yang terpejam damai.

Atensinya beralih pada bibir bulat dan mungil gadis itu, Astaroth menunduk dan mengecupnya kilat, tak dapat ditahan juga karena ada sesuatu yang mendesaknya, Astaroth melumat bibir Tita dengan lembut dan dalam.

Ada niatan ingin memasukkan lidahnya, tapi urung karena pintu kamar yang terbuka dari luar.

"Astaroth!! Oh my god! Apa yang kamu lakukan?!"

Ria datang dan menjerit keras melihat putranya yang sedang mencium Tita yang masih terpejam damai, bukan tanpa alasan gadis itu tidak bangun karena keributan yang terjadi.

Astaroth dengan sengaja membius gadis itu, dan ini memang sudah direncanakan di otaknya yang tiba-tiba saja dipenuhi fikiran kotor.

"Apa yang kau lakukan hah?!"

Diawal Astaroth memang berhasil tertahan, tapi berikutnya kuku pendek Astaroth berhasil menggores lengan Ayahnya hingga meninggalkan bekas, walau itu tak seberapa panjang.

"Kenapa aku tidak boleh mencium gadisku?! Ayah bahkan membiarkan saat Kak Aya mencium Bang Ian!" Itulah yang Astaroth katakan pada Ayahnya, hingga membuat Arno terdiam sejenak, lalu pria itu menunjukkan sesuatu yang tidak terduga dipundaknya.

"Itu bekas luka apa?" Astaroth menyipitkan matanya, luka itu seperti luka sayatan, ataupun bisa dikatakan luka tusukan, terlihat sangat dalam.

Arno menurunkan kembali lengan bajunya, menatap Astaroth dengan sorot tenangnya.

"Ini hasil perbuatan Kakak kamu, saat dia masih kecil Ayah nyaris saja mati ditangannya, jika saja saat itu Kakek kamu tidak datang dan memukul tengkuk Kakakmu, hingga dia pingsan." Jelas Arno sambil mendudukkan dirinya di tepi ranjang yang saat ini kosong, Ria sudah menggendong Tita dan memindahkannya ke kamar yang lain.

Astaroth mengikuti dan duduk di samping Ayahnya. "Kenapa Kak Aya melakukan itu?" Meski wajahnya datar, kentara sekali dalam nada bicaranya jika Astaroth benar-benar penasaran.

"Ini semua salah Ayah juga, waktu itu..."

Missing You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang