28 - Putri Bangsawan

105 11 0
                                    

Assalamualaikum teman-teman!
Jumpa lagi di hari Sabtu dengan kisah Kutu Buku kesayangan kita semua 🤗

Bagaimana sih kelanjutan kisah Arini dan Daud? Seperti apa keseruan kisah mereka? Kira-kira apa sih yang bakalan kita dapatkan di dalam ceritanya dan kejutan seperti apa sih yang akan kita temukan?

Ayo ayo tanpa perlu membuang waktu berlama-lama mari kita sama-sama menyelam ke dalam ceritanya 😁✌️

******

Arini pulang ke rumah sehabis sekolah. Arini sangat lelah. Ia menghempaskan tubuhnya di atas Kasur empuknya dan tertidur dengan lelap.

Arini tertidur selama dua jam dan baru bangun ketika memasuki waktu maghrib. Arini mandi dan ganti baju lalu bergabung Bersama keluarganya yang melaksanakan shalat maghrib. Selesai shalat, Arini kembali ke kamarnya dan menyalakan PC-nya lalu bermain game.

Cukup lama ia menghabiskan waktu bermain game sampai kemudian pintu kamarnya diketuk dan Arini dengan terpaksa mengalihkan perhatiannya dari game yang sedang dimainkannya. Arini berdecak kesal dan membuka pintu. Ia mendapati ibunya dengan senyum manisnya menyapa putrinya.

“Lagi apa nak?” Tanya ibunya dengan ramah.

“Biasa, gabut jadi main game ma.” Jawab Arini.

“Berhenti dulu main game-nya ya. Soalnya ada yang papamu dan mama ingin bicarakan denganmu nak.”

Arini mendadak merasa lemas. Ia tahu kalau mamanya mengajak seperti itu berarti ada sesuatu yang serius yang tidak bisa Arini tolak dan dia harus mematuhinya.

Arini dengan canggung mengangguk dan kemudian mematikan PC-nya. Lalu kemudian dia bergabung kembali dengan ibunya dan mengunjungi ayahnya yang berada di ruang keluarga.

Arini melihat papanya berada di ruang keluarga bersama Bayu dan Raden Agus, pamannya. Melihat putrinya datang, papanya tersenyum dan menyambut hangat putrinya.
Arini merasa ada yang aneh dan janggal dengan sikap papanya. Tidak biasanya papanya bersikap manis padanya bahkan untuk menyambutnya.

“Arini, silahkan duduk.” Perintah papanya dengan lembut.

Arini menurut dan mengambil tempat di samping papanya.

“Paman Agus?” Arini menyapa dengan heran bercampur bingung mendapatinya berada diantara mereka.

Seakan dapat membaca pikiran Arini, Raden Agus tersenyum.

“Kamu tambah cantik setiap harinya Arini.” Puji Raden Agus.

Arini tersenyum. “Terima kasih paman Agus.”

“Coba tebak kenapa paman Agus ada disini dan papa mengajak lo buat ikut kesini?” Tanya Bayu.

Arini mengedikkan bahu. “Mana gue tahu. Lo piker gue cenayang apa?” Balas Arini ketus.

Bayu dan Pamannya tertawa mendengar balasan Arini. Sedangkan papanya hanya tersenyum.

“Umurmu berapa sekarang nak?” Tanya papanya.

“Yaelah pa. Masa umur anak sendiri nggak tahu sih? Papa ini orangtua kandung Arini atau bukan sih? Arini curiga mungkin Arini ditukar kali.”

“Papa beneran nggak tahu nak.”

Arini menghembuskan napas berat. “Sabar ya Arini. Papa lo kayaknya udah mulai tua dan pikun. Wajar aja sih udah kelamaan jadi Sultan sampai lupa anaknya sendiri.” Ujar Arini tertuju pada dirinya sendiri. “Umur Arini baru 16 tahun pa.”

Papanya mengangguk-angguk paham. Kemudian papanya dan Bayu serta Raden Agus saling melemparkan tatapan yang membuat Arini bertanya-tanya dengan bingung.

KUTU BUKU (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang