PROLOG

728 48 14
                                    

"Pria aneh."

Halo semuanya !!!!

Senang rasanya bisa kembali lagi, setelah menyelesaikan satu Novel.

Kalian bisa melihatnya di Profil saya, judulnya "Paperman". Ceritanya dijamin seru bangettt !!!

:) :) :)

Kali ini, saya akan berbagi cerita baru. So stay tune dan Happy reading guys !!!

******

Pagi di SMA Katak. Entah mengapa dinamakan demikian. Menurut para sesepuh yang berusia telah melewati dua dekade setengah abad yang artinya sesepuh itu kini berusia 70 tahun. Pak Qomar namanya dan dia sudah lama hidup sebelum sekolah itu dibangun. Menurut pak Qomar, sekolah itu dinamakan sekolah Katak karena dulu lahan yang dibangun jadi sekolah itu merupakan tempat budidaya katak. Tetapi sejak pemerintah menghibahkan di tahun 80-an untuk Pendidikan, alhasil dibangunlah sekolah yang kini sudah berdiri tegak selama lebih 50 tahun. Yang artinya, sekolah itu masih merupakan junior daripada pak Qomar yang lebih dahulu berada di situ. Di atas tanah tempat sekolah itu berpijak.

Rumah pak Qomar terletak di belakang kantin sekolah. Sesepuh itu biasa menggantungkan hidup dengan menjual jajanan makanan bagi para siswa dan siswi. Ia juga biasa membersihkan sekolah. Gajinya tidak dari sekolah melainkan dari pemerintah setempat. Ia selalu bangun pagi-pagi membersihkan lapangan sekolah dan membuang sampah sebelum para murid datang. Pemandangan para murid yang datang berombongan, sendirian, dan guru-guru yang masing-masing merangkul tas dan menggendong tas adalah hal yang biasa bagi pak Qomar.

Setiap sebelum bel elektrik sekolah berdering, seorang siswa yang selalu hadir sebelum teman-temannya di kelas, menghabiskan waktu membantu pak Qomar membersihkan sekolah. Dia adalah Daud Putra Fajar. Siswa terdingin, kaku, dan membosankan di sekolah. Tetapi ia terkenal karena otaknya yang super encer bahkan para guru menjulukinya "Anak Einstein yang hilang." Tentu saja sebutan itu hanya candaan dari rasa kagum mereka pada Daud. Teman-teman sekelasnya memanggilnya dengan sebutan "Professor".

Daud selalu menyendiri. Ia tidak pernah jalan tanpa memegang buku di salah satu tangannya. Ia sangat jarang sekali berjalan bersama teman-temannya. Kemana-mana selalu sendiri. Sampai-sampai siswi genit menyematkan sebutan padanya sebagai "Anak Aneh", "Lonely Boy", dan yang paling parah dari semua adalah "Anti Sosial". Daud tahu semua sebutan bodoh itu tertuju pada dirinya. Namun bagi Daud, bodo amat. Pagi-pagi ini dia membantu pak Qomar membersihkan kelas lain. Kelas 12 IPA 5.

******

Pagar sekolah terbuka lebar menyambut mobil dengan plakat berwarna merah. Mobil Dinas. Mobil Pejabat dengan nomor satu jelas terpampang di depannya. Seorang pria paruh baya turun dan memutar ke pintu yang ada di seberang dan membukanya dengan sopan. Seorang gadis keluar dengan mengenakan kacamata hitam anti radiasi sambil mengibaskan rambutnya. Dia adalah Nyimas Arini Kanjeng Ratu. Siswi SMA Katak berdarah biru keturunan langsung ningrat dan asli tanpa perlu tes DNA. Dijamin dia anak kandung ningrat. Kalau tidak percaya, gores lengannya dan darahnya berwarna biru.

Arini, ia biasa disebut. Selalu dikawal oleh pengawal. Para Bodyguard selalu menjaganya di sekolah. Tetapi untuk tidak mengganggu Arini dalam belajar, para Bodyguard itu menunggu di luar sekolah sampai Arini pulang. Arini terkenal sangat kaya dan sangat cantik. Semua mata siswa tertuju padanya saat dia keluar dari mobilnya. Arini sudah biasa dengan sambutan hangat palsu para siswa genit itu dan baginya itu basi.

"Kanjeng Ratu !" Sapa seorang wanita dengan kacamata besar dan cantik. Berkulit sawo matang dan bertubuh ramping. Rena Adita, sahabat Arini.

Arini melambaikan tangan menyambut seruan Rena. Rena menghampiri Arini dan memeluknya. Arini balas memeluknya. "Apa kabar Kanjeng Ratu-ku ?"

Arini melepaskan pelukan dari Rena dan tersenyum. "Alhamdulillah baik. Kamu Rena ?"

"Lebih dari sekedar baik karena melihatmu kanjeng Ratu-ku."

Arini merangkul sahabatnya dan kemudian berbalik menghadap para pengawalnya yang bertubuh kekar dengan kacamata hitam.

"Kalian bisa pulang. Nggak usah nungguin aku." Perintah Arini dengan angkuh.

"Maaf ndoro, kami tidak bisa. Ini perintah tuan besar." Kata salah satu pengawal dari dua pengawal lainnya yang mendampingi.

Arini memberengut kesal. "Terserah."

Ia meninggalkan mereka dan masuk ke dalam sekolah ditemani Rena. Saat berjalan menyusuri koridor sekolah, semua siswa genit menyambut Arini dan bersiul-siul nakal. Siapa yang tidak terpesona dengan kecantikan Primadonna sekolah sekaligus model majalah ini ? Tentu saja semua siswa yang tertarik padanya akan terpesona. Pokoknya, dialah siswi paling tercantik di sekolah. Yang paling putih dan paling kaya.

Arini sudah terbiasa dengan siulan-siulan nakal para siswa genit. Baginya itu seperti angin berlalu. Sesampainya di depan kelasnya, kelas 12 IPA 5, Arini terkejut melihat seorang siswa sedang berdiri di depan kelasnya dan sedang mengangkut sampah. Ia tahu siapa siswa itu. Si aneh Daud. Daud si dingin. Daud si penyendiri. Pokoknya banyak nama yang disematkan untuk siswa super cerdas dan aneh itu. Arini tidak pernah berinteraksi dengannya tapi ia tahu siswa aneh itu karena ia cukup terkenal. Menjadi bahan pujian akan kecerdasannya tetapi juga menjadi bahan gunjingan akan sifatnya yang aneh dan dingin.

Arini melangkah masuk ke dalam kelas ditemani Rena yang juga sekelas dengannya dan sebangku dengannya. Hanya Arini dan Rena yang baru hadir di dalam kelas. Tumben mereka berdua datang lebih awal. Biasanya mereka berdua lah yang paling selalu terlambat. Apalagi Arini yang selalu bangun kesiangan. Arini menarik bangkunya dan duduk. Pandangannya ditujukan pada Daud yang sedang membersihkan kelasnya dengan tenang seakan ia tidak pernah menyadari kehadiran Arini dan Rena di dalamnya.

Rena seperti biasa kalau pagi, akan melanjutkan tidurnya jika ia datang lebih awal. Apabila guru sudah datang, ia akan bangun dan ikut dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Arini menyikut lengan Rena. Tetapi gadis itu sudah tertidur nyenyak. Gila, pikir Arini. Nih anak bisa banget tidur dalam waktu sekejap.

"Lo Daud kan ?" Tanya Arini. Ia bosan dengan keheningan mencekam diantara mereka berdua.

Daud hanya mengangguk. Tanpa peduli apapun.

"Jawab kek kalau orang nanya." Ketus Arini.

Daud menegakkan tubuh dari menyapu dengan menggunakan sapu lidi. Ia menoleh dan langsung menatap tajam ke mata Arini dari jauh. Raut wajahnya datar dan tenang. Arini bergidik takut serasa tatapan tajam menusuk Daud bagai tombak panjang nyata yang menusuk langsung ke dalam mata dan menembus hatinya.

Daud dan Arini saling menatap sejenak. Lalu kemudian Daud mengalihkan pandangan dan keluar setelah membersihkan kelas Arini. Selepas kepergian Daud, Arini menghela napas ringan. Ia mengarahkan pandang pada pintu kelas tempat yang memisahkan Daud dari kelasnya. Entah kenapa, Arini merasakan suatu perasaan aneh yang berkesan dari kehadiran Daud barusan terutama tatapan matanya yang tajam.

Arini mengelus dada.

"Pria aneh."

******

KUTU BUKU (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang