29 - Persiapan menuju Olimpiade

88 9 3
                                    

Assalamualaikum teman-teman!
Jumpa lagi di hari Sabtu dengan kisah dari Kutu Buku 😁

Siapa yang sudah rindu dengan kisah dari Arini dan Daud dalam kisah ini?
Seperti apa kisah asmara keduanya? Seperti apa kelucuan dan keseruannya?

Yuk mari sama-sama kita menyelam ke dalam ceritanya 😁✌️

******

Arini berkunjung ke rumah Rena. Rena menyambutnya dan membawanya ke kamarnya langsung. Karena saat menyambut Arini, raut wajah Arini menampilkan kesedihan dan dia sangat murung. Arini tanpa pikir panjang langsung merebahkan dirinya di atas Kasur Rena dengan acuh tak acuh.

Rena duduk di samping Arini yang sedang tiduran. Rena membawakan Arini snack ringan dan sambil mengemil snack-nya, Rena bertanya membuka percakapan.

“Lo kenapa?”

Arini memberengutkan bibir dengan muram. “Gue lagi sedih Rena.”

“Sedih karena apa?” Tanya Rena dengan perhatian.

“Papa gue ngejodohin gue dengan seorang cowok.” Lirih Arini tak kuasa mengatakannya.

Rena yang mendengarnya terkejut dan sampai keselak makanannya. Arini yang melihat Rena jadi panik dan dia memukul-mukul punggung Rena dengan gemas.

“Muntahin Ren. Muntahin semuanya!” Seru Arini panik.

“Gu-gue butuh air!” Balas Rena panik.

Arini mengangguk dan mengambil segelas air minum yang terletak di meja kecil dekat tempat tidur Rena. Arini menyodorkan segelas air putih itu yang diterima Rena dengan cepat dan meneguknya sekali.

Rena mengatur kerongkongannya sejenak sebelum melanjutkan.

“Eh buset deh. Lo ngomong nggak pakai rem Arini!”

Arini nyengir. “Maafin Rena. Gue kan lagi sedih.”

Rena menghela napas. “Ya udah deh. Lanjutin. Siapa sih cowok yang bokap lo ingin nikahin dengan lo?”

Arini diam sejenak seakan ragu untuk melanjutkan dan menceritakannya. Tetapi karena ia ingat bahwa Rena adalah sahabatnya sekaligus orang yang dipercaya oleh papanya sebagai penasehat Arini sehingga Arini pun memberitahunya.

“Lo nggak bakalan menyangka siapa orangnya.”

“Emang siapa sih?”

Arini menggigit bibir ragu untuk mengatakannya. Rena menatapnya dengan tenang tanpa menuntutnya sedikitpun. Arini meremas lututnya dengan gemas.

“Dia adalah Hakim.” Kata Arini samar-samar hampir tidak terdengar.

Namun telinga Rena yang cukup tajam dalam mendengar berhasil mendengarnya dan membuat Rena terbeliak karena terkejut dengan apa yang Arini katakan. Rena sampai menutup mulutnya dengan kaget saking tidak pernah menduga akan jawaban yang disampaikan Arini.

“Eh lo serius kan?!”

Arini menatapnya dengan tajam.

“Emang loe pikir gue bohong?”

Rena menggaruk belakang kepalanya dan nyengir bagai tak berdosa.

“He he iya.”

Arini mendengus kesal.

“Gak mungkin gue mau bohong untuk urusan keluarga gue.”

Rena mengangguk-angguk paham.

“Jelaskan Rin.” Kali ini nada suara Rena lebih lembut dan sedikit hangat.

KUTU BUKU (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang