6 - Kesepakatan

174 20 1
                                    

Assalamualaikum teman-teman mohon maaf ya baru bisa update soalnya belakangan ini saya sedang sibuk mengurus organisasi jadi proses penulisan novel ini sedikit terhambat.

Akan tetapi saya akan selalu usahakan agar teman-teman dapat tetap melihat perkembangan dan mengikuti alur ceritanya ya. Sekali lagi mohon maaf.

Stay tune teman-teman dan happy reading 😁✌️ !

******

Keesokan harinya, di sekolah, Arini bersama Rena mengunjungi kantin sekolah. Arini jarang ke kantin karena biasanya ia makan di kelas. Walaupun dia kaya, Arini sudah terbiasa makan masakan rumahnya. Sehingga ia merasa sangat asing dengan makanan jajanan sekolah. Arini ke kantin hanya jika ia ingin membeli minuman. Baginya, minuman kaleng masih cukup terjamin kebersihannya.

Semua mata nakal siswa lelaki meliriknya dengan genit. Arini berpura-pura mengabaikan mereka semua.

"Arini sayang, yuk gabung !" Ajak siswa pria dengan genit.

"Sini duduk disamping gue." Kata yang lain.

"Cantik, gue jomblo nih." Sahut yang lain.

"Arini, I love you !"

Arini menghentakkan kaki dengan kesal. Suara-suara bising mereka bagaikan mimpi buruk. Arini ingin cepat-cepat pergi dari kantin. Arini mencubit lengan Rena dengan keras.

"Cepetan jangan lama-lama. Gue bosan disini tahu !" Gerutu Arini.

Rena mengusap-usap lengannya yang sakit karena dicubit oleh Arini.

"Iya kanjeng Ratu. Sabar ya, lagi antri soalnya." Pinta Rena dengan lembut sambil berdiri menunggu antrian minuman.

Arini berdecak kesal. "Gue tunggu lo di koridor sekolah aja."

Rena mengangguk. Arini berjalan sendirian keluar kantin. Kantin sumpek dan bau tubuh manusia membuat Arini ingin muntah. Ia jijik dengan semua itu. Terbesit dalam hati rasa penyesalan telah menemani Rena ke kantin. Arini mengambil tempat dan duduk di bangku kayu kosong koridor.

Matanya menyapu lapangan sepak bola sekolah. Ia terpaku mendapati Daud sedang duduk di dekat pohon dan sedang asyik membaca sebuah buku.

"Apa yang dilakukannya disana ya ?"

Arini terus mengamati Daud. Cowok itu kelihatan sangat santai dan seperti tidak memedulikan apapun. Tiba-tiba tanpa diduga, Daud sadar dan dia menatap Arini dari jauh. Arini terkejut dan cepat-cepat membuang muka.

"Oy ternyata lo disini kanjeng Ratu." Tegur Rena yang datang menghampirinya dan menyodorkan padanya sebotol air mineral.

Arini menerimanya dan langsung meminumnya karena haus.

"Minumnya pelan-pelan aja Ratu." Kata Rena sembari tertawa geli.

"Gue haus. Atmosfer bumi emang udah tipis kah ? Gila panas banget. Gue rasanya pengen buka baju disini."

Rena membelalakkan mata terkejut mendengar ucapan Arini dan dengan sigap langsung memeluk erat Arini untuk mencegahnya bertindak terlalu jauh.

"Lo gila ya ? Udah hilang akal sehat lo ?" Kata Rena dengan panik.

Arini mendorong Rena menjauh dari dirinya. "Ngapain lo peluk gue. Ya kali gue mau buka baju disini. Nggak mungkin lah tahu. Gue masih normal."

Rena nyengir. "He he kirain."

"Halo Arini,"

Arini dan Rena refleks menoleh dan mendapati seorang pria bertubuh kekar dan sangat tampan blasteran. Dia adalah Hakim. Cowok paling keren di sekolah. Ketua OSIS dan blasteran Belanda-Indonesia. Ayahnya orang Indonesia sedangkan ibunya orang Belanda. Hakim telah lama menaruh perasaan pada Arini hanya ia belum menemukan waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Arini.

KUTU BUKU (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang