9 - Peduli dan Percaya

108 17 2
                                    

ASSALAMUALAIKUM TEMAN-TEMAN SENANG RASANYA BISA KEMBALI LAGI 😁

MAAF SAYA BARU UPLOAD LAGI
RENCANANYA KARENA UPLOAD KUTU BUKU SELALU TIDAK TERJADWAL DENGAN BAIK

SAYA AKAN UPLOAD SETIAP HARI SABTU SUPAYA TEMAN-TEMAN YANG IKUTIN CERITANYA BISA TAHU WAKTU UPLOADNYA DAN TIDAK KETINGGALAN.

BUAT TEMAN-TEMAN YANG MASIH SETIA MENGIKUTI DAN TERUS MEMBACA SAMPAI BAB INI. SAYA SAMPAIKAN BANYAK TERIMA KASIH KARENA TANPA KALIAN, CERITA INI TIDAK AKAN BISA BERJALAN DENGAN LANCAR.

TANPA MEMBUANG-BUANG WAKTU LAGI, MARI KITA TERJUN KE DALAM CERITANYA 😁

******

Arini menemani Daud di perpustakaan dengan bosan. Sejak daritadi Arini mengoceh terus menceritakan banyak hal-hal yang tidak penting. Namun Daud tidak memedulikannya dan membiarkannya tetap berceloteh terus.

"Diam !" Tegur salah seorang siswi dengan melemparkan tatapan tajam pada Arini.

Arini membalas teguran itu dengan menjulurkan lidah meledek.

"Bukan urusan lo !" Ledek Arini.

Cewek itu menutup buku dan keluar dengan kesal. Arini yang melihat kepergian cewek itu tertawa dengan gembira.

"Daud lo lihat kan gue hebat ? Ya iyalah gue kan Ratu sekolah jadi siapa yang berani lawan gue." Ujar Arini dengan penuh kebanggaan.

"Lo tuh mengganggu." Balas Daud dingin.

Arini cemberut. "Iih lo tuh harusnya senang karena pacar lo ini baik. Gue tuh ngejagain hubungan kita berdua agar lebih mesra. Kan nggak enak kalau banyak orang disini ngeganggu kita."

"Lo pernah dengar nggak ?" Daud mulai menutup bukunya dan menatap Arini lekat-lekat. "Kalau dua orang yang bukan muhrim berada di suatu tempat berdua saja, maka yang ketiga itu adalah setan."

Arini membelalakkan mata dengan ngeri. "Iiih ngeri. Lo beneran ? Ada setan disini ?"

Daud mengangguk. "Benar. Kalau dua orang bukan muhrim berada di dalam satu tempat tanpa orang lain, setan itu akan mengganggu salah satu dari kita lalu kemudian kita berdua akan kena masalah."

Arini menggigit bibir dengan cemas. Ia beranjak berdiri dan kemudian keluar dengan cepat. Arini ketakutan dan kakinya gemetar saat dia berjalan keluar.

Melihat kepergian Arini, Daud tertawa lepas.

"Ternyata si Ratu gila itu mudah juga dikelabui. Memang benar, dia hanya modal cantik doang. Kasihan sekali cewek seperti itu."

Setelah itu Daud melanjutkan dengan mengerjakan beberapa soal-soal yang rumit hingga bel kelas selanjutnya berbunyi.

******

Daud pulang dengan cepat saat bel sekolah baru saja berbunyi. Daud membuka pagar rumahnya dan kemudian masuk ke dalam rumah. Ibunya sedang menonton acara masak di ruang tengah.

"Assalamualaikum bu. Daud pulang." Kata Daud dan kemudian membungkuk mencium tangan ibunya dengan sopan.

Ibunya tersenyum dan mengusap kepala Daud dengan penuh kasih.

"Bagaimana sekolahmu nak ?" Pertanyaan yang selalu dilontarkan ibunya setiap Daud sampai di rumah.

"Biasa aja bu." Jawab Daud santai. "Ibu sudah makan ?"

"Ibu sudah makan. Tadi ada kurir yang mengantarkan makanan."

"Dari siapa ?" Tanya Daud dengan heran. Ia tahu ibunya gagap teknologi dan tidak memiliki smartphone. Ia hanya memiliki ponsel biasa yang hanya berfungsi untuk menelepon dan mengirim pesan.

KUTU BUKU (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang