Prolog

684 216 633
                                    

Di sebuah pesawat, seorang wanita tiga puluh tahunan bergegas menghampiri kursi yang diduduki seorang anak laki-laki berusia delapan tahun yang tidak lain adalah anaknya. Ia baru saja dari toilet untuk mengangkat telepon.

"Sayang, ayo ikut Mama!" ajaknya.

"Ke mana, Ma?" tanya si anak. Namun, sang ibu tidak menjawab. Ia hanya menarik tangan si anak, memaksa anaknya itu untuk mengikuti langkahnya menuju ke sebuah toilet di pesawat yang mereka tumpangi.

Hanya ada mereka berdua di pesawat, tak ada penumpang lain. Sementara si pilot diam-diam terjun dari pesawat, meninggalkan pesawat dalam mode auto pilot dan seorang kopilot yang tergeletak bersimbah darah.

Setelah masuk ke toilet, wanita itu menutup pintu toilet. "Sekarang kita sudah aman," ucapnya.

Tak lama kemudian, terdengar suara ledakan dari kabin pesawat, membuat badan pesawat berlubang cukup besar dan pesawat itu pun hilang kendali.

"Ma, pesawatnya kenapa?" panik si anak ketika pesawat berguncang dan mulai menukik turun.

Sang ibu pun memeluk anaknya. "Jangan takut, kita akan baik-baik saja," hiburnya, tetapi raut panik dan khawatir tercetak jelas di wajahnya.

Wanita itu tak henti-henti berdoa di dalam hati, semoga dirinya dan sang anak baik-baik saja. Minimal anaknya selamat.

Sementara si anak teringat akan janjinya dengan sang sahabat. Princess, maafin aku yang akan ingkar janji, batinnya, sembari menggenggam liontin merpati dari kalung yang ia pakai.

Pesawat yang mereka tumpangi pun akhirnya jatuh di sebuah hutan di salah satu negara Eropa.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang