Bab 23

6 7 1
                                    

Rabu pagi, di sebuah rumah

'Ingat, bersikap 'lah layaknya siswa biasa dan jangan bertindak gegabah!'
06.00

Pesan WhatsApp berbahasa Inggris itu hanya dibaca.

Si penerima pesan---seorang remaja delapan belas tahun berdarah Indo-Inggris itu meletakkan ponselnya di nakas.

"Tugas ini jauh lebih merepotkan dibanding 'tugas sampingan'-ku," monolog si pemuda dalam Bahasa Inggris. Ia lantas mengancingkan baju batiknya.

Baju batik itu adalah seragam SMA Maheswari.

*****

Empat puluh lima menit kemudian

Perhatian para murid SMA Maheswari yang berada di sekitar maupun berada di parkiran teralihkan oleh kedatangan sebuah BMW putih ke sekolah mereka.

"Mobil siapa, tuh?" tanya salah seorang siswa.

"Siapa pun dia, pasti anak orang kaya." Siswa lain menimpali.

BMW putih itu parkir di parkiran mobil khusus murid. Lantas pintu depan sebelah kiri mobil tersebut terbuka. Sang pemilik keluar dari mobilnya.

Keluarnya si pemilik mobil membuat para siswi yang melihat kedatangannya menjadi heboh.

"Dia 'kan, cowok yang kemarin jadi trending topic di grup AGM!"

"Lebih ganteng dibanding fotonya."

"Saingannya Alex ini mah."

"Semoga dia masuk ke kelas gue." 

Berbanding terbalik dengan para siswi. Murid cowok lebih banyak cuek. Beberapa mencibir reaksi para siswi yang dinilai berlebihan. Meski begitu, ada juga yang memuji ketampanan pemilik mobil itu.

Apakah mereka selalu seheboh ini ketika ada murid baru? batin si pemilik mobil. Tak terlalu memusingkan sikap murid lain, ia segera bergegas menuju kantor kepala sekolah.

*****

Bagai virus, kabar tentang adanya murid baru yang tampan tersebar cepat ke seluruh kelas di SMA Maheswari.

Banyak siswi yang mengidolakan murid baru tersebut dan berharap bisa menjalin hubungan dengan dirinya.

Entah sekadar teman, sahabat, atau menjalin hubungan asmara.

Bianca salah satunya. Gadis itu bertekad untuk mendapatkan si murid baru lantaran tak bisa lagi mengejar Alex.

"Kira-kira dia bakal di tempatin di kelas mana, ya?" tanya Bianca pada kedua temannya. Siapa lagi kalau bukan si kembar, Alana dan Aluna.

Alana duduk di samping Bianca. Sementara Aluna duduk di depan sang kakak. Ia duduk sendirian lantaran tidak kebagian teman sebangku. Kembarannya sendiri memilih duduk di bangku paling belakang bersama Bianca dengan Bianca yang berada di pojokan. 

Aluna menghadap ke belakang. Ikut dalam obrolan, meski sebenarnya lebih banyak menyimak dibanding ikut mengobrol.

Belum sempat mereka menjawab, bel tanda masuk berbunyi. Tak berselang lama, masuk 'lah seorang guru diikuti seorang murid.

Melihat siapa yang datang bersama guru tersebut, suasana kelas langsung riuh bagai pasar.

"Mohon semuanya diam!" seru Bambang, selaku wali kelas kelas XII IPS2. Sekaligus guru mapel sosiologi yang mengajar kelas XII IPS.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang