Bab 4

148 71 276
                                    

Mobil Alex berhenti di depan gerbang sebuah rumah tingkat satu yang terbilang mewah bercat biru pastel yang tak lain adalah kediamannya selama di Indonesia.

Melihat mobil sang majikan, Sinji Ryuusuke langsung membukakan pintu gerbang, lantas menunduk hormat ketika mobil BMW hitam itu memasuki gerbang.

Pria paruh baya berwajah seram tersebut, tak lain adalah security di rumah Alex. Wajahnya yang seram dengan mata kiri yang seluruhnya putih dan tatapan setajam binatang buas yang seakan-akan hendak menerkam siapa saja, akan membuat nyali siapa pun ciut ketika melihatnya. Kecuali mereka yang sudah terbiasa. Alex adalah salah satunya.

Alex memarkirkan mobilnya di depan garasi yang masih tertutup. Ia keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu dengan membawa tasnya di bahu.

Meninggalkan mobil beserta kuncinya agar Sinji bisa memasukkannya ke garasi.

Bukan karena Alex malas, melainkan karena pria paruh baya itu sendiri yang ingin melakukannya.

Sampailah Alex di pintu. Pemuda itu lantas membuka pintu tersebut dan disambut ramah oleh sepasang maid di rumahnya.

Ayura Ryuusuke dan Ayuri Ryuusuke---putri kembar Sinji Ryuusuke---menunduk sejenak sebagai rasa hormat kepada majikan mereka. Sementara Alex hanya menatap malas twin cantik berambut sebahu di depannya ini.

Alex tidak suka perlakuan mereka padanya dan sudah berapa kali ia mengingatkan mereka akan hal itu. Alasannya karena derajat manusia itu sama.

Namun, Keluarga Ryuusuke tetap tidak mengindahkan perintahnya. Bukan tanpa alasan. Mau bagaimanapun, suatu saat Alex akan menjadi pemimpin mafia yang mereka ikuti.

Jadi, Keluarga Ryuusuke tetap harus memperlakukan Alex sepantasnya---sebagai tuan mereka.

Alex sendiri tidak mengetahui fakta tersebut. Ia hanya tahu, Keluarga Ryuusuke bekerja untuk ayahnya dan hanya sebatas itu yang ia tahu. Tidak lebih.

"Apakah Tuan Muda ingin mandi? Jika Anda tidak keberatan, kami bisa menggosok punggung Anda," tawar Yuri dalam Bahasa Indonesia beraksen Jepang. Sementara Yura---sang kakak---hanya mengangguk.

"Tidak perlu," tolak Alex, lantas beranjak pergi menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

*****

Sesampainya di kamar, Alex melempar tas dan ponselnya ke ranjang sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa mengganti seragam terlebih dahulu.

Kedua netra elangnya menatap langit-langit, sembari mencoba mengurai benang kusut di pikirannya.

Nihil. Alex tak berhasil mengurai benang kusut tersebut.

Apa tujuan orang itu sebenarnya? Kembali batin Alex menanyakan pertanyaan yang sama untuk yang kesekian kali.

Alex menoleh pada ponsel di sampingnya ketika benda pipih tersebut bergetar panjang.

Roy TD. Nama kontak itu tercantum di layar ponsel Alex. Tanpa mengubah posisi, pemuda itu mengangkat panggilan tersebut. Ingin ia abaikan, tetapi khawatir jika itu adalah telepon penting.

Baru saja Alex hendak bersuara, orang di seberang telepon sudah mendahuluinya. "Lex, nanti jam delapan, kumpul di markas! Akan diadakan rapat tertutup antar anggota inti TD. Lo sebagai Leader TD, wajib hadir!"

Alex mengerutkan kening. "Rapat tertutup antar anggota inti TD?"

"Iya. Ada masalah di TD yang harus segera diselesaikan. Jelasnya nanti saat rapat. Gue tutup dulu karena dosen matkul gue udah dateng." Dua kalimat terakhir diucapkan secara terburu-buru sebelum panggilan dimatikan sepihak oleh si penelepon.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang