Jam di ponsel sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun, pemuda itu tak kunjung tidur. Ia tengah menunggu kabar dari kedua bawahannya yang pergi menjalankan tugas dari dirinya tiga jam yang lalu.
Pemuda itu menyeruput kopi hitam yang tinggal setengah, lantas meletakkan cangkirnya kembali di meja dengan permukaan kaca. Bersamaan dengan hal itu, ponsel si pemuda yang diletakkan di meja bergetar panjang. Layar ponselnya menyala, menampilkan kontak si penelepon.
Segera pemuda itu mengangkat panggilan tersebut. "Tugas selesai, Tuan Muda. Pesannya pun sudah saya tinggal di tempat kejadian," lapor si penelepon.
"Apakah ada yang melihat aksi kalian?"
"Semua aman. Tak ada saksi mata."
Si pemuda tersenyum puas. Mereka emang bisa diandalkan, batinnya.
"Tuan Muda, apakah Anda benar-benar yakin hal ini tidak akan menimbulkan masalah di masa mendatang?"
Senyum si pemuda luntur. Malas menjawab pertanyaan yang sama untuk yang kedua kali. "Kakak lo tadi udah nanya dan sekarang lo nanyain pertanyaan yang sama," jawabnya dengan nada ketus.
"Maaf, saya hanya mengkhawatirkan keselamatan Anda dan nona Putri."
Mendengar jawaban si penelepon, pemuda itu mengembuskan napas pelan. "Jangan khawatir, gue bisa menjaga diri. Mengenai princess, mereka nggak akan berani menyentuhnya. Terbukti mereka melakukan apa yang gue minta karena nggak mau mengambil resiko. Sekarang segeralah pulang agar kalian bisa beristirahat."
"Kami dalam perjalanan, Tuan Muda." Panggilan pun diputus sepihak oleh si pemuda. Ia kembali meletakkan ponselnya di meja.
"Sisanya hanya tinggal mengurus cewek itu aja," monolog si pemuda.
"Kemudian gue bisa mulai membangun hubungan baru dengan princess," lanjut pemuda tersebut, lantas menghabiskan sisa kopi hitamnya.
*****
Girang bukan main. Itulah yang dirasakan Bianca, tatkala Alex benar-benar datang menjemput gadis itu di rumahnya.
Semalam, Alex men-chating Bianca. Mengatakan besok akan datang ke rumahnya jam sembilan pagi untuk mengajak jalan.
Mungkinkah Alex ngajak gue kencan? Begitulah batin Bianca selesai membaca pesan Alex.
Meski gadis itu tidak tahu alasan Alex tiba-tiba mengajaknya jalan, tetapi ia tetap merasa senang.
Keesokan paginya, bisa ditebak. Sebelum Alex datang, Bianca mempersiapkan penampilannya. Midi dress merah muda selutut sebagai pilihan, dipadukan dengan flatshous krem. Tak lupa, ia juga membawa tas selempang untuk membawa beberapa barang.
Untuk make up sendiri, Bianca hanya menggunakan lipstik merah muda dan maskara. Ia juga membubuhkan bedak bayi di kedua pipinya.
Penampilan Bianca terbilang sederhana, tapi ia berpenampilan seperti itu agar Alex tidak risi saat jalan bersamanya.
Namun, Bianca agak kecewa melihat penampilan Alex yang hanya mengenakan kaus dengan bawahan jeans selutut. Meski begitu, Bianca tetap pergi dengan Alex.
"Lo udah sarapan?" tanya Alex setelah Bianca masuk ke mobilnya---duduk di kursi depan, di samping pemuda itu yang duduk di kursi pengemudi.
Bianca menoleh. "Belum. Emang kamu mau ngajak aku sarapan bareng?" tanyanya setengah berharap.
"Pasang sabuk pengaman lo." Bukan ini yang ingin Bianca dengar. Namun, ia tetap menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEXVERO
Teen FictionTamat. Selesai revisi. ____________________ Blurb: Ketika takdir mempertemukan kembali sepasang merpati yang telah berpisah. Namun, satu dari mereka berdua kembali dengan sejuta rahasia, menyeret pasangannya ke dalam bahaya. Akankah mereka tetap...