Bab 15

34 11 2
                                    

Ting! Tong!

"Iya, sebentar!" Seorang perempuan berseru dari dalam rumah. Tak berselang lama, pintu rumah dibuka oleh perempuan tersebut.

Putri---perempuan yang membuka pintu---mendapati security yang biasanya berjaga di gerbang kompleks tengah berdiri di depan pintu rumahnya.

"Ada perlu apa, ya?" tanya Putri. Keningnya berkerut melihat kedatangan si security. Terlebih melihat barang yang security itu bawa.

"Ini ada titipan dari tuan V buat Non Putri," jawab si security, sembari menyodorkan sebuket mawar putih dan sebuah boneka anak kambing berwarna putih seukuran anak kambing sungguhan pada Putri.

Putri menerima kedua barang itu dengan perasaan bingung.

"Tuan V siapa, Pak?"

"Saya nggak tahu namanya, Non. Dia hanya ngenalin dirinya sebagai tuan V saat menitipkan buket bunga dan boneka itu ke saya," jelas si security.

"Sayang, kenapa tamunya nggak diajak masuk?" Terdengar suara Aruna dari belakang Putri.

Gadis itu membalikkan badan, mendapati Aruna dan Ricko berjalan mendekat ke arahnya. Mereka berdua lantas mengapit Putri.

"Mari masuk, Pak," tawar Aruna.

"Nggak usah, Bu. Lagian saya cuma nganterin titipan orang buat Non Putri."

"Titipan? Bukan dari cowok yang pernah dateng ke rumah saya pada hari Rabu lalu, kan?" tanya Ricko. Tatapannya menyelidik dan nada bicaranya terdengar sedikit tidak ramah.

Si security tampak berpikir sejenak. "Maksud Bapak, pacar Non Putri?"

"Mantan pacar," koreksi Ricko ketus. "Jadi, apakah titipan itu dari mantan pacar anak saya?" ulang pria paruh baya itu.

"Bukan, Pak. Dia orang yang berbeda. Lebih ganteng dibanding mantan pacar Non Putri malah dan mobilnya lebih bagus," jawab si security. "Kalo gitu, saya balik ke pos jaga dulu, ya. Assalamualaikum," pamitnya. Meski penasaran, ia memilih untuk tidak menanyakan privasi Putri.

"Waalaikumsalam." Putri dan kedua orang tuanya menjawab serentak.

Security itu lantas berlalu dari kediaman Keluarga Harun.

"Bener titipan itu bukan dari Aldo?" Kini giliran Putri yang diinterogasi Ricko. Pria paruh baya itu belum sepenuhnya memercayai ucapan si security tadi.

"Semoga bukan." Putri menjawab ragu, juga berharap demikian.

"Aku mau nyimpen ini di kamar dulu, baru lanjut makan malam," ucap gadis itu, lantas berlalu menuju kamarnya.

Meninggalkan Aruna dan Ricko yang tengah menerka identitas si pengirim buket mawar dan boneka anak kambing tersebut.

*****

Dering panjang ponsel membuat Putri menunda niatnya untuk kembali ke ruang makan. Ia berbalik dan berjalan menuju ponselnya yang diletakkan di nakas.

Penolong Misterius. Itulah nama kontak yang tertera di layar ponsel Putri. Sengaja ia menamainya begitu lantaran permintaan dari si pemilik nomor.

Segera Putri mengangkat panggilan tersebut.

"Ha–"

Dengan suara disamarkan, orang di seberang telepon berkata, "Kamu suka hadiahku?" Membuat Putri berdecak kesal lantaran orang itu lagi-lagi memotong ucapannya.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang