Bab 31

9 4 0
                                    

Alex berjalan menuju kelasnya sembari menguap. Ia kurang tidur. Semalam pemuda itu hanya tidur kurang lebih tiga setengah jam akibat menangani masalah Ardat. Mana harus bangun jam empat pagi untuk menguntiti Putri ke sekolah pula.

Sekali lagi, Alex menguap. Kopi hitam yang ia minum tadi saat sarapan ternyata tidak begitu efektif menghalau rasa kantuk. Beruntung, dirinya tadi tidak menabrak saat mengendarai mobil ke sekolah.

Begitu tiba di depan kelas XII IPS1, Alex dapat melihat keadaan kelasnya yang masih tak berpenghuni. Maklum. Mengingat sekarang masih pukul 06.10 WIB.

Alex masuk ke kelasnya, berjalan menuju bangku ketiga di baris bangku kedua dari timur, bangku sebelah kanan. Meletakkan tasnya di atas meja, lantas duduk di bangku tersebut.

Pemuda itu melipat kedua tangannya di atas tas. Menjadikan kedua tangannya sebagai bantal. Ia pun tertidur dengan wajah menelungkup.

*****

Lima puluh menit kemudian

Alex menggeliat di bangkunya ketika merasakan sesuatu tengah mengguncang tubuhnya pelan.

Samar-samar, rungu pemuda itu menangkap suara seseorang yang ia kenali tengah memanggil namanya dan memintanya untuk bangun.

Dengan malas, Alex membuka sebelah mata, lantas menoleh ke si pengganggu. Mendapati Arga yang sudah duduk di bangku samping.

"Jangan ganggu gue," ucap Alex agak-agak serak, ciri khas cowok ngomong ketika baru bangun tidur. Ia lalu kembali ke posisi semula---wajah menelungkup dan mencoba kembali tidur.

"Nggak biasanya lo tidur di kelas," ujar Arga. Alex hanya diam.

Kembali Arga mengguncang tubuh Alex pelan. "Bangun, Lex! Bentar lagi bel masuk."

Mendengar kalimat terakhir Arga, Alex terpaksa kembali membuka kedua matanya. Pemuda itu mengangkat kepalanya, lantas menguap lebar.

"Nih." Arga menyodorkan sebuah kunci ke depan wajah Alex.

Alex hanya memandangi kunci itu. Otaknya masih loading.

"Kalo lo masih ngantuk, lo bisa lanjut tidur di UKS. Ini kuncinya," jelas Arga.

Alex menerima kunci tersebut begitu seluruh nyawanya sudah terkumpul. Pemuda itu memang masih mengantuk. Jadi, tidak ada salahnya sesekali membolos ke UKS untuk melanjutkan tidur.

Toh, mapel pertama hari ini adalah Bahasa Jepang. Bahasa yang sudah Alex kuasai.

"Thanks," ucap Alex.

"Jangan sama gue, tapi sama Rani. Dia yang nyaranin lo untuk tidur di UKS. Gue cuma menyampaikan sarannya dan ngasih kunci itu aja," jawab Arga.

Yang pemuda itu maksud ialah Maharani Safitri. Gadis yang duduk di bangku paling depan sebelah kiri, baris bangku ketiga dari timur.

Gadis itu menjabat sebagai ketua PMR SMA Maheswari dan dipercayai guru pembimbing PMR untuk membawa duplikat kunci UKS. Sementara kunci aslinya ada di tangan sang guru pembimbing.

Alex bangkit dari duduknya, lantas berlalu menuju pintu kelas. Ia menyempatkan diri berhenti di depan bangku Rani untuk mengucapkan terima kasih, sembari mengulas senyum yang membuat Rani salah tingkah.

Tak lupa Alex juga meminta Arga untuk membuat alasan, jika ada guru yang menanyakan keberadaannya.

Alex lalu melanjutkan langkahnya menuju UKS. Saat keluar kelas, ia berpapasan dengan Edward yang masih menggendong tasnya di punggung.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang