Bab 3

237 128 514
                                    

"Dira, kok, lama banget, ya? Bilangnya mau pipis, tapi udah sepuluh menit lebih belum juga kembali," heran Putri. Ia duduk di bangkunya menunggu Dira kembali dari toilet.

Tadi saat istirahat kedua, Putri dan Dira sudah sepakat untuk pulang bersama. Putri juga sekalian mau mampir ke rumah Dira. Alhasil gadis itu pun menunggu Dira yang piket terlebih dahulu. Usai selesai dengan tugasnya, Dira izin ke toilet, meninggalkan Putri di kelas bersama dengan tas dan barang-barangnya.

"Mau gue telepon, tapi ponselnya ditinggal." Putri menatap ponsel di meja sebelah. Ponsel itu adalah milik Dira, pemberian dari pihak sekolah.

"Gue samperin ajalah, khawatir dia kenapa-napa," pungkas Putri, lantas beranjak dari duduknya. Ketika hendak keluar, ia bertabrakan dengan seseorang di ambang pintu.

Seorang gadis berhijab, murid kelas XI. "Maaf, Kak, nggak sengaja."

Belum sempat Putri menjawab, gadis itu kembali bersuara. "Kakak, Kak Putri temannya kak Dira, kan?" tanyanya memastikan, sembari melihat name tag Putri.

"Iya, ada apa?"

"Tadi, aku lihat kak Dira sama kak Bianca dan kedua temannya pergi ke gudang. Di sana mereka nyekap kak Dira dan ninggalin kak Dira di gudang."

Putri terkejut. "Serius lo!?" Gadis di depannya mengangguk sebagai jawaban.

"Emang dasar mak lampir! Mentang-mentang bokapnya pemilik sekolah ini, ia seenaknya aja bertingkah!" sungut Putri.

Putri mengetahui informasi itu dari Dira. Juga informasi tentang siapa Alex, Arga, Ragil, dan si kembar teman Bianca---Alana Ragaha Wisnu dan Aluna Ragaha Wisnu.

"Ya udah, gue mau nolong Dira dulu. Lo ke kantor guru, gih! Lapor ke guru siapa gitu." Putri menambahkan.

Gadis di depannya hanya mengangguk.

Lantas Putri pun segera pergi menuju gudang sekolah. Sementara gadis yang melapor pada Putri menyangkut Dira masih bergeming, sembari menatap kepergian Putri dengan wajah bersalah. "Maaf, kak. Aku terpaksa berbohong. Semoga kakak baik-baik aja," monolog gadis itu, kemudian beranjak pergi. Bukan ke kantor guru, melainkan menuju parkiran sekolah.

*****

Dari kantin, gudang tampak sepi.

Sempat meragu, tetapi Putri tetap melangkah pergi. Memaksakan keberanian demi menolong Dira.

Sampailah Putri di gudang. Dia berdiri di depan pintu gudang yang tertutup. Tak ada teriakan meminta tolong dan gedoran dari dalam membuatnya cemas.

Putri mengetuk pintu. "Dir, lo di dalem nggak?" Tak ada jawaban. Gadis itu pun mencoba membuka pintu. Ia memutar gagang pintu dan pintu pun terbuka.

Putri mengernyit heran. Jika benar Dira disekap di gudang, lalu kenapa gudang tidak dikunci? Itulah yang gadis itu pikirkan.

Putri lantas mendorong pintu tersebut, membuat celah yang pas untuk kepalanya masuk, kemudian melongok untuk melihat bagian dalam gudang.

Tak ada siapa pun di sana.

Untuk memastikan, Putri membuka pintu lebih lebar. Mana tahu dia tidak melihat Dira karena minimnya cahaya. Namun, hasilnya tetap sama. Dira tak ada di sana.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang