Suara jetisan jari mengembalikan cahaya pada kedua netra Putri. Gadis itu tidak lagi menatap kosong seperti beberapa detik yang lalu.
Hal pertama yang Putri lihat adalah pantulan dirinya di cermin yang menempel di meja rias. Juga Alex yang tengah tersenyum, berdiri di belakangnya.
"Akhirnya lo sadar juga."
Putri tak merespon ucapan Alex. Ia menundukkan kepala, memastikan matanya tak salah melihat.
Hoodie merah yang gadis itu pakai kini sudah hilang. Pun, dengan celana panjang putihnya. Digantikan midi dress selutut berwarna kuning.
Putri lantas melihat sekitar. Suasana toko buku yang ramai digantikan suasana kamar yang tenang. Kamar dengan dominasi warna krem, berplafon putih, dan berlantai marmer itu asing di matanya.
"Lo pasti bingung, kenapa bisa ada di kamar ini dan kenapa diri lo sudah berganti pakaian," ucap Alex mengalihkan atensi Putri.
Putri tak menjawab. Ia hanya menatap pantulan wajah Alex dengan wajah bertanya.
"Sebelumnya ada sesuatu yang harus lo ketahui." Setelah berkata demikian, Alex merogoh saku jeans panjangnya, mengambil sebuah kalung, lantas memakainya.
Sontak Putri sekali lagi menundukkan kepala, memastikan kalungnya tidak hilang. Ternyata kalung berliontin merpati itu masih melingkar rapi di lehernya. Hanya tersembunyi di balik midi dress yang ia pakai.
Putri kembali menatap pantulan wajah Alex di cermin. "Kenapa lo bisa punya kalung yang sama kayak milik gue?" tanyanya bingung.
Alex tersenyum. "Karena kalung ini dibuat berpasangan. Satu ada di gue, satu lagi … yang lo pakai."
"Apa buktinya kalung lo adalah pasangan kalung gue?" Sebagai jawaban, Alex memutar kalungnya.
Putri membelalakkan mata. Netranya yang masih sehat mampu melihat ukiran "V & P" pada sisi belakang kalung Alex---ukiran yang sama yang ada pada sisi belakang kalungnya.
Masih belum percaya, gadis itu bangkit dari kursi, lantas menatap kalung Alex secara langsung dan dalam jarak dekat. Kemudian beralih menatap wajah Alex.
"Kenapa kalung ini bisa ada pada lo?"
"Sedari dulu, kalung ini selalu bersama gue."
"Jangan bohong! Hanya Vero yang memiliki pasangan kalung gue dan dia … sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu." Alex mampu menangkap nada sedih setelah jeda dalam kalimat terakhir Putri.
Pemuda itu lalu menyunggingkan senyum penuh arti. "Benarkah dia sudah meninggal? Lalu, bagaimana jika Vero yang lo kenal itu masih hidup?"
"Mustahil!" bantah Putri. "Pesawat yang ditumpangi Vero mengalami kecelakaan dan menewaskan seluruh penumpangnya. Termasuk Tante Lili dan Vero. Gue juga datang bersama kedua orang tua gue ke pemakaman mereka di Jepang."
"Kata siapa Tante sudah meninggal?" Pertanyaan ini mengalihkan atensi Putri dan Alex.
Putri tertegun melihat sosok wanita bergaun merah panjang, bernetra hitam, dan berambut sebahu yang tengah berdiri di ambang pintu. Gadis itu mengerjapkan matanya berulang kali lantaran tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Dengan tangan gemetar, Putri menunjuk sosok wanita yang menurutnya sudah meninggal itu. "Tan-Tan-Tan–"
"Jangan takut. Tante masih hidup, kok." Sosok wanita itu mendekat, membuat Putri melangkah mundur. Namun, langkahnya terhenti ketika menabrak dada bidang Alex. Pemuda itu ternyata sudah berdiri di belakangnya sekarang.
"Tenang, dia bukan hantu. Coba lo lihat kakinya."
Putri yang ketakutan hanya menurut. "Kakinya napak ke lantai, kan?" Putri hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEXVERO
Teen FictionTamat. Selesai revisi. ____________________ Blurb: Ketika takdir mempertemukan kembali sepasang merpati yang telah berpisah. Namun, satu dari mereka berdua kembali dengan sejuta rahasia, menyeret pasangannya ke dalam bahaya. Akankah mereka tetap...