Sepuluh menit kemudian
"Sorry, lama," ucap Putri begitu sampai di ruang tamu. Ia lantas duduk di samping Alex.
Gadis itu sudah berganti pakaian. Atasan sweter putih bergambar kartun beruang dipadukan dengan rok putih selutut. Rambutnya tergerai rapi ke belakang tanpa hiasan apa pun.
Sore ini, Putri merias wajahnya dengan riasan sederhana---lipstik merah muda dan sedikit bedak bayi di kedua pipinya. Juga menyemprotkan parfum beraroma vanila pada tubuhnya.
Biasanya sehabis mandi, Putri tak pernah memakai parfum. Ia juga tak pernah memoles wajahnya sehabis mandi. Kecuali ketika hendak pergi. Baik jalan-jalan atau ke sekolah.
Putri juga lebih memilih menggunakan pelembab bibir dibanding lipstik. Ia baru memakai lipstik ketika hendak menghadiri sebuah pesta atau acara formal.
Semua itu Putri lakukan agar kedua orang tuanya memercayai dirinya memang berpacaran dengan Alex.
"Gue udah melakukan seperti yang lo minta," lapor Alex.
Pemuda itu hanya melirik Putri sekilas sebelum kembali fokus pada kacang mete yang tengah ia nikmati.
"Thanks, ya. By the way, maaf, gue udah ngerepotin lo."
"No problem," jawab Alex. "Ini udah bagian dari tugas gue," ucapnya kemudian.
Alex lalu melirik Putri yang tengah menikmati sepotong bolu.
"Lo cantik." Mendengar kalimat Alex, Putri langsung tersedak hingga terbatuk-batuk. Segera ia meminum satu-satunya minuman di meja---sirup dingin milik Alex yang tinggal seperempat gelas.
Alex tersenyum kecil. "Biasa aja kali responnya. Kayak nggak pernah dipuji aja lo."
Putri tak menjawab. Ia hanya memalingkan wajahnya ke kanan, menatap lemari besar di ruang tamu. Wajahnya lagi-lagi merona.
Kenapa pake blushing segala, sih? batin Putri.
Lagi-lagi Alex tersenyum melihat tingkah gadis yang duduk di sampingnya ini. Hanya sesaat sebelum wajahnya kembali datar.
Sepuluh menit berikutnya, keheningan menyelimuti ruang tamu. Sebelum akhirnya terpecah oleh sebuah salam dari arah pintu.
Serentak Alex dan Putri menoleh ke sumber suara. Mendapati seorang pria paruh baya berpakaian kantoran masuk ke rumah, sembari menenteng tas kerja di tangan kanan dan sepasang sepatu pantofel di tangan kirinya.
Melihat siapa yang datang, Putri bangkit dari sofa dan menghampiri pria paruh baya tersebut yang tak lain adalah ayahnya, Ricko. Lantas mengambil tas kerja dan sepatu pantofel dari tangan sang ayah.
Perbuatan Putri itu sukses menyadarkan Ricko yang sempat bergeming di tempat, terkejut begitu melihat wajah pemuda yang bersama anaknya.
"Jadi, dia si Alexander Sergio Jordan itu?" tanya Ricko pada Putri. Sekilas ia menatap Alex yang tengah tersenyum kepadanya sebelum kembali menatap wajah sang anak.
Putri mengangguk. "Papa disuruh Mama ke dapur. Katanya ada hal penting yang pengin Mama bicarain sama Papa," ucapnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEXVERO
Teen FictionTamat. Selesai revisi. ____________________ Blurb: Ketika takdir mempertemukan kembali sepasang merpati yang telah berpisah. Namun, satu dari mereka berdua kembali dengan sejuta rahasia, menyeret pasangannya ke dalam bahaya. Akankah mereka tetap...