Bab 38

15 4 0
                                    

Kamar Alex, pukul 02.15 WIB

Alex masih terjaga. Ia tidak bisa tidur. Terlebih setelah menerima telepon dari nomor privat yang ternyata adalah nomor Edward.

Entah dari mana Edward mendapat nomor Alex. Mungkin dari Bianca, Arga, atau dari orang lain.

Edward mengatakan, Putri ada bersamanya. Jika Alex tak ingin gadis itu kenapa-napa, maka ia harus pergi ke lokasi yang Edward tentukan seorang diri. Paling lambat, tengah malam besok waktu Negara Inggris.

Setelah menyampaikan tujuannya, Edward pun memutus panggilan sepihak.

"Minta induk elang untuk kembali ke sarang," ucap Alex dalam Bahasa Jepang. Beberapa menit kemudian, ponselnya bergetar panjang.

Segera Alex mengangkat panggilan tersebut. "Apa kau masih ingin aku tetap diam di rumah, seakan-akan tidak tahu apa-apa!?" semprotnya tanpa berniat berbasa-basi dengan si penelepon.

"Kenapa kamu marah-marah, Nak?" Si penelepon balik bertanya, juga dalam Bahasa Jepang.

Alex mencengkeram kuat ponselnya, kesal mendengar ucapan si penelepon. "Berhenti berpura-pura! Aku yakin, Ghost Eye pasti sudah memberitahumu perihal obrolanku dengan Edward barusan!"

Terdengar embusan napas pelan di seberang telepon sebelum si penelepon kembali bersuara. Orang itu juga mengungkap rahasianya yang membuat Alex terkejut.

*****

Senin, pukul 23.55 waktu Negara Inggris

Ruang tamu, di sebuah rumah di pinggiran Kota London

Seorang pria bersetelan jas hitam duduk di single sofa yang menghadap selatan, sembari menghisap cerutunya. Dari wajahnya, pria itu berusia sekitar lima puluh tahunan. Namun, wajahnya masih terbilang tampan.

"Sepertinya dia tidak akan datang," ucap seorang pemuda dalam Bahasa Inggris.

Pemuda bernetra kecokelatan itu duduk di sofa panjang yang menghadap timur. Di sebelah kirinya duduk seorang pria bermata sipit yang usianya berkisar tiga puluh tahunan.

Selain mereka berdua, ada juga seorang gadis berkalung liontin merpati, ber-hoodie abu-abu dengan celana panjang putih, berwajah Asia Tenggara, dan berambut panjang digerai ke belakang.

Gadis itu diam mematung di samping kanan si pria bersetelan jas dengan tatapan kosong. Ia baru bergerak, jika si pria bermata sipit memberinya perintah.

Seperti tadi ketika si gadis disuruh untuk membuatkan teh panas untuk si pria bersetelan jas.

Sejenak pria bersetelan jas menghisap cerutu, lantas mengepulkan asap dari mulutnya. "Tunggu lima menit lagi. Jika dia tidak datang tepat tengah malam, kau bisa 'bermain' dengan gadis ini, The Hipno," jawabnya juga dalam Bahasa Inggris, sembari menunjuk si gadis dengan cerutu di tangannya.

The Hipno---si pria bermata sipit---menggeleng. "Tidak, terima kasih. Aku sudah punya istri dan puas dengan 'pelayanan' istriku." Ia juga menggunakan Bahasa Inggris.

Si pria bersetelan jas lantas beralih pada si pemuda bernetra kecokelatan. "Bagaimana denganmu, Double N? Apa kau mau 'bermain' dengan gadis ini?" Kembali ia menunjuk si gadis dengan cerutu di tangannya.

"Gadis itu memang cantik, tapi dia bukan tipeku. Kau saja yang 'bermain' dengannya," jawab Double N.

Si pria bersetelan jas hendak menjawab, tapi seseorang mendahuluinya bersuara.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang