Bab 18

22 12 3
                                    

Tak ada laki-laki yang ingin menjadi kasim. Termasuk Aldo. Namun, pemuda itu hanya bisa meratapi nasib.

Setelah bangun dari tidurnya, Aldo langsung histeris begitu mengetahui "burung"-nya sudah dipotong dan hanya menyisakan sepasang telur yang tak akan pernah menetas.

Semenjak kejadian itu, Aldo menjadi pemurung dan dilanda depresi. Ia bahkan sampai berucap, "Ingin mati aja."

Alhasil demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Aldo terpaksa diikat di ranjangnya dengan kedua kaki diikat di dua sudut ranjang.

Pun, demi keselamatan sang adik, Nando menyewa lebih banyak bodyguard.

Sebelumnya, pemuda itu hanya menyewa dua bodyguard. Dirasa cukup karena ia dan para anggota inti Blue Phoenix menjaga di ruang rawat Aldo. Serta sudah menyuruh puluhan anggota Blue Phoenix menjaga di sekitar Rumah Sakit Buana Raya. Namun, mereka tetap kecolongan.

Malam itu, tepatnya pada malam Minggu pukul 23.30 WIB, terjadi pemadaman listrik di Rumah Sakit Buana Raya dan sekitarnya. Namun, tak seperti biasanya, tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu dari pihak PLN sebelum pemadaman terjadi.

Meski hal tersebut beberapa kali terjadi, tetapi hanya terjadi ketika cuaca buruk. Sementara pada malam itu cuacanya sedang baik-baik saja.

Curiga adanya campur tangan dari orang itu---begitu mengetahui generator pembangkit listrik milik pihak Rumah Sakit Buana Raya diduga dirusak orang---Nando segera mengambil ponselnya. Berniat mengirim pesan ke grup WhatsApp Blue Phoenix---meminta dua puluh lima anggota Blue Phoenix untuk berjaga di sekitar ruang rawat Aldo dan sisanya menjaga lingkungan Rumah Sakit Buana Raya. Serta meminta mereka untuk lebih waspada.

Namun, saat hendak mengirim pesan, Nando mengerang kecil ketika tengkuknya disengat sesuatu. Pun, dengan para anggota inti Blue Phoenix, mereka berempat juga mengerang kecil ketika ada yang menyengat tengkuk mereka.

Lantaran keadaan gelap, kelima pemuda itu tak mengetahui apa yang menyengat tengkuk mereka---juga tak menemukan sesuatu yang menyengat tengkuk mereka ketika meraba tengkuk masing-masing dengan tangan.

Nando dan para anggota inti Blue Phoenix hanya mendengar suara kepakan sayap binatang kecil sebelum tengkuk mereka disengat.

Kurang dari satu menit, kelima pemuda itu merasa pusing. Semakin lama pusing yang menyerang semakin menggila. Disusul tubuh yang mendadak lemas.

Tak kuat, satu persatu dari mereka berlima tumbang ke lantai. Termasuk Nando. Akan tetapi, pemuda itu sempat mengirim pesan ke grup WhatsApp Blue Phoenix sebelum dirinya juga ikut tumbang ke lantai.

Kurang dari lima belas menit semenjak pesan terkirim, dua puluh lima anggota Blue Phoenix sampai di depan ruang rawat Aldo. Merasa janggal lantaran ruang rawat Aldo begitu senyap. Pun, bodyguard yang seharusnya menjaga pintu juga tidak terlihat. Semakin curiga sesuatu terjadi ketika bau anyir hinggap di indra penciuman mereka.

Salah satu dari mereka lantas ditunjuk untuk membuka pintu. Sempat berdebat lantaran orang yang ditunjuk tak ingin melakukanmya. Perdebatan pun selesai begitu ada yang dengan suka rela ingin membuka pintu ruang rawat Aldo.

Sebelum pintu dibuka, kedua puluh lima pemuda itu bersiaga terlebih dahulu. Mengeluarkan pisau lipat masing-masing, satu-satunya senjata yang mereka bawa.

Penerangan? Sudah mereka siapkan sedari tadi, yaitu senter dari tiga ponsel.

Dengan jantung berdegup kencang, sang relawan memutar kenop. Sementara yang lain menanti, juga dengan jantung yang tak kalah berdegup kencang.

Dalam hitungan ketiga, pintu langsung dibuka lebar-lebar. Menampakkan pemandangan yang sangat mengejutkan.

Selain menemukan Nando dan para anggota inti Blue Phoenix---serta bodyguard yang seharusnya menjaga pintu---tergeletak di lantai yang saat dicek ternyata mereka kehilangan kesadaran---kedua puluh lima pemuda itu juga menemukan Aldo tidur tanpa mengenakan bawahan dengan "burung" yang sudah terpotong dan bau anyir itu berasal dari darah yang keluar dari luka Aldo.

Selain itu, mereka juga menemukan selembar kertas yang ditindih kantung plastik hitam di dada Aldo yang ternyata berisi potongan "burung" Aldo. Sementara kertas tersebut ternyata adalah sebuah surat.

'Kebiri adalah hukuman yang pantas untuk penjahat kelamin.'

Begitulah isi surat tersebut.

*****

"Fasilitas hotel apartemen ini biasa saja, tapi tak apa. Lagi pula tujuanku datang kemari bukan untuk menginap," monolog seorang pemuda dalam Bahasa Inggris. Ia berjalan menuju tempat tidur, lantas meletakkan koper sedang dan wadah gitar yang ia bawa di tempat tidur tersebut.

Kemudian pemuda itu menuju jendela. Membuka jendela tersebut dan melihat pemandangan Kota Bandung di malam hari dari kamarnya di lantai dua. Menarik kembali ritsleting jaket merahnya ke atas saat tubuhnya diterpa angin malam.

Netra pemuda itu lantas fokus pada sebuah jendela di salah satu ruangan yang lampunya sedari tadi menyala. Ruangan itu terletak di lantai satu sebuah rumah sakit di seberang jalan yang berjarak lima puluh meter dari tempatnya berada. "Sesuai perhitungan Jitu, aku bisa melakukannya dari tempat ini.

"Beruntung, tadi aku berhasil mengelabui para petugas keamanan. Lebih beruntung lagi, di kamar ini tidak dipasang CCTV. Jadi, aku bisa menyelesaikan 'tugas'-ku, tanpa perlu khawatir akan ketahuan."

Pemuda itu lalu melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya. "Masih ada empat puluh menit sebelum tengah malam. Sebaiknya aku mandi dulu. Rasanya tubuhku sudah lengket semenjak turun dari pesawat." Ia pun berlalu keluar kamar. Berniat pergi ke parkiran hotel apartemen lantaran peralatan mandi yang dibelinya tertinggal di mobil.

*****

Selasa, pukul 00.15 WIB

Malam ini, suasana Rumah Sakit Buana Raya begitu ramai. Bukan karena kedatangan pasien orang penting negara atau kedatangan sekelompok korban insiden kecelakaan, melainkan ada insiden penembakan yang menewaskan seorang pasien.

Aldo Adijaya Kusuma---putra bungsu pengusaha terkaya kelima di Indonesia---menjadi korban penembakan oleh orang misterius. Pemuda itu tertembak di pelipis kiri dan meninggal di tempat.

Saat ini, pelaku penembakan tengah dicari oleh seluruh anggota Blue Phoenix dan para bodyguard yang disewa Nando. Pun, pihak kepolisian juga sudah dihubungi.

Namun, mereka tak mengetahui si pelaku sudah pergi dari tempatnya untuk menyembunyikan barang bukti---sebuah senapan berperedam suara dengan pembidik teleskop dan sebuah selongsong peluru.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang