Bab 11

64 17 47
                                    

Tanpa perlu komando dari Alex, mereka berenam sudah melakukan apa yang ia ucapkan.

Berfokus pada Leon. Pemuda itu membuka ponselnya, lantas menuju aplikasi WhatsApp. Terdapat beberapa pesan yang belum ia buka. Semua pesan berasal dari nomor yang ada di kontaknya. Kecuali dua pesan yang barusan masuk.

Menilik waktu saat pesan itu masuk, Leon menduga si pengirim tak lain adalah Alex. Juga dari ikon di bawah nomor si pengirim, bisa diketahui pesan kedua berupa video. Entah apakah pesan pertama berupa video, foto, atau chat biasa.

Leon lantas membuka pesan dari nomor asing tersebut. Ternyata sang leader mengirim dua buah video dengan durasi yang berbeda.

Leon lalu menonton video pertama. Pada durasi kelima detik, matanya membelalak. Lantas ia mempercepat durasi video itu dua kali lipat. Ternyata video tersebut berisi kejadian pada malam itu---ketika dirinya diam-diam pergi ke markas Blue Phoenix pada Jumat malam, minggu lalu. Hari di mana dilaksanakannya final JRC tahun ketiga.

Saat durasi video itu sampai pada detik terakhir, Leon sudah mematung di kursinya. Tubuhnya menegang. Keringat dingin sebesar biji jagung meluncur dari wajahnya yang terbilang tampan.

Leon menunduk lesu. Enggan menonton video kedua yang sudah ia duga isinya pasti akan semakin menyudutkannya.

Kenapa malah jadi bumerang buat gue? batin Leon frustrasi.

Berbanding terbalik dengan Leon, kelima anggota inti Twin Dragon yang lain khusyuk menonton video yang Alex kirim. Membuat ruang rapat hening, kurang lebih selama lima belas menit.

Selesai menonton video yang Alex kirim, Roy, Aryo, Arga, Ragil, dan Bram menatap Leon kecewa.

"Pantes malem itu lo nggak ikut party bareng kita-kita. Ternyata lo diem-diem pergi ke markas BP buat ketemuan sama Nando." Kekecewaan terdengar jelas dari nada bicara Roy saat mengucapkan kalimat tersebut. "Gue nggak nyangka, lo setega itu ngekhianatin geng motor yang udah kita bangun bersama-sama," lanjutnya.

Bukannya merasa bersalah, Leon justru terkekeh sebelum menjadi tawa bak orang kesurupan. "Ini semua gara-gara lo!" Lantas membentak Roy, sembari memelotot pada pemuda itu---berbarengan dengan tangan kanannya menggebrak meja, Leon mengambil posisi berdiri.

Membuat Roy harus mendongak demi bisa melihat wajah Leon yang mengeras dengan hidung kembang kempis.

Leon sadar, dirinya tak bisa mengelak. Lantaran di video pertama, pemuda itu membeberkan alasannya berkhianat. Alhasil ia memilih menyuarakan kekecewaannya yang selama ini dipendam di dalam hati.

"Jika saja dulu lo jadiin gue leader baru, masalah hari ini nggak akan pernah terjadi. Gue nggak akan berkhianat, identitas semua anggota tetap aman, dan Aji nggak akan masuk rumah sakit.

"Terlebih gue yang udah ngangkat nama Twin Dragon, harusnya gue yang menggantikan lo sebagai leader baru, bukan dia!" Leon menekan kata dia dalam ucapannya, berbarengan dengan telunjuknya yang teracung ke wajah Alex. Lantas ia kembali berceloteh. "Bukan hanya nggak dijadikan leader baru, bahkan gue dilengserkan dari posisi Co-leader Twin Dragon. Jelas sekali, geng motor ini udah nggak menghargai gue lagi!"

"Kekecewaan lo nggak membenarkan perbuatan lo, Bang." Ucapan Alex sontak mengalihkan atensi para anggota inti Twin Dragon yang ada di ruang rapat. "Seseorang yang suka terbawa emosi, terlalu temperamental, dan egois, nggak pantes menjadi leader atau co-leader suatu geng.

"Itulah alasan Bang Roy nggak ngasih posisi leader buat lo. Juga alasan gue melengserkan lo dari posisi Co-leader Twin Dragon.

"Oh iya, perlu lo ketahui juga bahwa Bang Roy menjadikan lo Co-leader Twin Dragon, mengingat status lo sebagai sahabatnya. Bukan karena lo pantas menjadi co-leader geng motor ini." Kini giliran Alex yang memancing emosi Leon. Namun, ucapan pemuda ini benar adanya.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang