Bab 35

9 4 2
                                    

"Sekakmat lagi, Om," ucap Alex.

Ricko hanya mendengkus. Kesal. Ini sudah kekalahannya yang kesebelas kali dari sebelas ronde.

Meski tidak bisa dibilang profesional, tapi Ricko terbilang mahir bermain catur. Ia sebelumnya belum pernah kalah telak seperti sekarang. Dikalahkan juniornya pula.

Sebenarnya Alex bisa saja mengalah---andai kata dirinya tidak mengenal siapa Ricko.

Pria paruh baya itu justru akan marah, jika lawannya dalam permainan catur mengalah---menganggap sang lawan meremehkan kemampuannya bermain catur.

Oleh karena itu, Alex memenangkan kesebelas ronde.

"Kita main lagi!" Alex sudah menduga Ricko akan mengajaknya bermain lagi. Namun, ini sudah cukup. Ia sudah terlalu lama menemani Ricko bermain catur.

Tepatnya pemuda itu sudah menemani Ricko bermain catur selama kurang lebih satu jam lima belas menit dan sekarang sudah pukul 20.30 WIB.

Alex juga baru ingat, dirinya ingin menanyakan perihal itu pada orang suruhannya. Meski ragu apakah akan mendapat jawaban atas pertanyaannya nanti.

"Maaf, Om, tapi saya harus pulang."

Ricko yang tengah menyusun bidak putih, mendongakkan kepalanya. "Kamu belum boleh pulang sebelum Om mengalahkan kamu."

"Masih ada hari esok, Pa," timpal Aruna yang duduk di samping Ricko. Ia mengalihkan perhatiannya dari televisi begitu mendengar Alex ingin pulang.

"Lagian besok Alex ke sini lagi, kok. Iya, kan, Lex?" sambung Putri yang duduk di samping Alex.

Alex mengangguk. "Insyaallah. Selain itu, kelas saya besok mengadakan ulangan matematika. Jadi, saya harus pulang untuk belajar."

Mau tak mau, Ricko harus melepas kepergian Alex.

*****

Di teras, Alex menyalim tangan kanan Aruna dan Ricko bergantian. Lantas beralih ke Putri yang diapit kedua orang tuanya.

Alex berdiri cukup dekat dengan Putri. Mungkin sekitar dua jengkal dari gadis itu berdiri---membuat Putri sedikit gugup. Terlebih begitu melihat senyum Alex.

"Aku pulang dulu, ya," ucap Alex.

"I-iya," jawab Putri tergagap.

Masih sembari tersenyum, Alex inisiatif mengulurkan tangan kanannya, mendaratkannya di pucuk kepala Putri, lantas mengacak-acak rambut gadis itu.

Sementara Putri, bukannya marah, ia justru mematung di tempat. Perbuatan Alex kepadanya, mengingatkan gadis itu pada seseorang yang dulu selalu mengacak-acak rambutnya setelah berpamitan.

Tanpa Putri sadari, degup jantungnya berpacu dua kali lipat dan wajahnya kembali merona.

"Masih belum puas ngeliatin wajahku?" Putri yang tersadar langsung membuang muka ke samping. Kenapa gue blushing lagi, sih? Ini jantung juga, kenapa pake berdebar segala coba?

Alex suka melihat Putri yang tengah merona. Ia pun berlalu menuju mobilnya setelah terlebih dahulu memakai kembali sepatunya.

Tak lupa Alex juga berpamitan kepada Aruna dan Ricko sebelum masuk ke mobil.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang