Bab 5

111 52 199
                                    

Suara tawa pecah di dalam sebuah mobil yang tengah melaju membelah jalanan ibu kota.

Mobil itu adalah mobil milik Bianca. Ia dan kedua temannya tengah menertawakan nasib Putri dan Dira yang mereka kerjai kemarin.

Hari ini, Bianca mengajak si kembar untuk berangkat bersama dengan mengendarai mobilnya. Gadis itu pun menyuruh Aluna untuk menggantikannya menyetir.

Di perjalanan menuju sekolah, Bianca dan si kembar membicarakan serta menertawakan nasib Putri dan Dira. Namun, tawa mereka terhenti ketika Aluna menghentikan mobil secara mendadak.

"Lo bisa nyetir nggak, sih!?" sungut Bianca, sembari mengusap dahinya yang baru saja mencium kursi penumpang sebelah pengemudi. Senasib, Alana juga melakukan hal yang sama lantaran kepalanya terantuk kursi pengemudi.

"Lain kali, kalo mau ngerem, bilang dulu!" Alana ikut menyalahkan sang adik.

Bukan sepenuhnya salah Aluna, mengingat Bianca dan Alana tidak memakai sabuk keselamatan.

"Ribet." Begitulah jawaban mereka berdua, jika ada yang bertanya kenapa tidak memakai sabuk keselamatan.

Hasilnya? Benjol di kepala. Masih tergolong murah, sementara yang paling mahal adalah kehilangan nyawa.

"Itu." Aluna menunjuk ke depan.

Penasaran, Bianca dan Alana melihat ke arah yang ditunjuk Aluna.

Dua puluh meter dari posisi mobil Bianca, terlihat sepasang gadis masuk bersama ke gerbang SMA Maheswari. Penampakan dua sosok itu membuat Bianca dan Alana membulatkan mata mereka, terkejut sekaligus tak percaya.

"Kok, mereka bisa keluar, sih!?" geram Bianca sekaligus bingung melihat keberadaan Putri dan Dira.

"Ini, sih, udah jelas ada yang nolong mereka," timpal Alana.

"Atau jangan-jangan mereka bisa sulap nembus tembok. Wah, keren!" Aluna ikut menyahut dengan kedua mata berbinar.

Aluna memang menyukai sulap, tetapi tak seharusnya gadis ini dikenalkan dengan yang namanya sulap.

Pernah dulu ketika masih dua belas tahun, Aluna memotong ponselnya sendiri dengan pisau lantaran meniru salah satu adegan sulap dari video sulap yang ia tonton.

Namun, realita terkadang tak sesuai ekspektasi. Berharap dapat mencicipi cokelat berbentuk ponsel seperti dalam video, Aluna justru malah kena omel ibunya.

Semenjak saat itu, Aluna dilarang meniru segala trik sulap dari sulap yang ia tonton.

"Dasar penggila sulap, dikit-dikit dikaitin sama sulap."

"Biarin, daripada Kakak. Tukang halu." Aluna menyindir balik Alana yang baru saja menyindirnya.

"Aaa, Suga lo ganteng banget, sih! Gue pengin nikah sama lo!" lanjut Aluna, sembari menirukan gaya lebay Alana saat sang kakak tengah memuji penampilan biasnya dalam sebuah video konser musik K-pop.

Semburat merah terlukis di wajah Alana. Malu dan geram bercampur satu ketika melihat sang adik mengumbar aibnya di depan Bianca.

Pasalnya Alana selalu menjaga image di depan Bianca. Namun, sekarang image gadis itu dihancurkan oleh saudara kembarnya.

"Lo-"

"Kalian berdua, diem!" bentak Bianca membuat Alana kicep. Sementara Aluna cekikikan tanpa suara melihat sang kakak yang tak bisa membalas sindirannya.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang