Bab 12

68 18 81
                                    

Markas Blue Phoenix, pukul 23.25 WIB

Pintu depan terbuka, menampakkan sosok Nando dan keempat anggota inti Blue Phoenix. Mereka berlima tampak berwibawa dalam balutan jaket kebanggaan geng motor tersebut.

"Ada gerangan apa yang membuat Leader Twin Dragon mampir kemari?" tanya Nando, sembari berjalan menuju single sofa yang menghadap selatan, lantas duduk di sana. Berhadapan dengan Alex yang duduk di single sofa yang menghadap utara. Terpisah oleh sebuah meja.

Sementara para anggota inti Blue Phoenix---yang tak lain adalah Ixa, Ardat, Lentera, dan Adi---memilih berdiri di belakang single sofa yang diduduki Nando.

Kelima pemuda itu sebenarnya enggan pergi meninggalkan diskotek. Namun, ketika tahu siapa yang berkunjung, mereka langsung bergegas menuju markas.

"Tapi, bukankah nggak sopan, berkunjung ke kediaman orang lain sembari membawa pistol. Bahkan, lo berani menodongkan senjata lo ke temen gue." Nando melanjutkan dengan nada dingin saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

Nando yang saat itu tengah berada di diskotek miliknya yang tak jauh dari markas Blue Phoenix, tiba-tiba dihampiri oleh salah seorang anggota Blue Phoenix. Meminta sang leader untuk ke markas lantaran Alex datang "berkunjung". Juga memberitahu pemuda itu perihal Alex yang menodongkan pistol ke anggota Blue Phoenix yang lain.

Nando lantas mengimbau seluruh anggota Blue Phoenix di grup WhatsApp geng motor tersebut, agar tidak menyinggung Alex. 

"Apa tujuan lo datang kemari?" tanya Nando masih dengan nada dingin.

Alex tak gentar menatap balik Nando yang tengah menatap dingin padanya. Ia bahkan tampak tenang dan santai, meski seorang diri berada di dalam kandang macan.

"Menuntut pertanggungjawaban lo," jawab Alex.

"Menuntut pertanggungjawaban gue?" ulang Nando. "Emangnya gue udah hamilin lo, sehingga lo datang kemari menuntut pertanggungjawaban gue?" kelakarnya membuat ruang tamu riuh oleh tawanya dan tawa para anggota Blue Phoenix.

Namun, kelakaran itu sama sekali tidak terdengar lucu di kedua rungu Alex. Justru membuat pemuda itu ingin segera melepas timah panas ke kepala Nando.

Alex merogoh saku jaketnya.

Nando yang melihat hal itu segera meredakan tawanya. Tangan kanannya terangkat ke atas, memberi isyarat agar yang lain juga berhenti tertawa. Ia lupa bahwa Alex membawa pistol.

Entah apakah pistol itu asli atau mainan---berisi peluru atau tidak, Nando tetap tidak mau mengambil risiko.

"Apa maksud lo dengan meminta pertanggungjawaban gue?" tanya Nando setelah berhasil mengendalikan suasana.

Alex tak menjawab. Ia merogoh saku jaketnya yang lain, lantas mengeluarkan ponselnya. Sesaat berkutat dengan benda pipih tersebut.

Selang beberapa detik, ponsel Nando bergetar pendek.

"Silakan lo buka WA dan lihat apa yang gue kirim," ucap Alex, sembari menyimpan kembali ponselnya di saku jaket.

Segera Nando mengambil ponselnya yang disimpan di saku jeans-nya.

Layar ponsel pemuda itu menyala, menampilkan sebuah notifikasi pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal.

Total ada dua pesan dari nomor yang sama.

Menilik waktu saat pesan itu masuk, Nando yakin si pengirim pesan tak lain adalah Alex. Juga dari ikon pada notifikasi, bisa diketahui pesan kedua berupa video. Entah apakah pesan pertama berupa video, foto, atau chat biasa.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang