Bab 28

12 6 18
                                    

"Gimana, Bang? Apa anggota Panther yang lo kirim berhasil nyulik Putri?" tanya Ardat begitu teleponnya diangkat oleh Candra.

Earphone nirkabel terpasang di telinga kiri Ardat. Sengaja memakai benda tersebut karena saat ini pemuda itu tengah menyetir mobilnya menuju Bintang---salah satu diskotek yang dikelola Keluarga Kusuma yang sekarang menjadi tanggung jawab Nando.

"Belum," jawab Candra. "Mereka bahkan belum ngabarin gue. Gue telepon nggak diangkat dan gue chat juga cuma centang satu," lanjutnya.

Ardat tidak heran, jika para penculik Putri belum berhasil menculik targetnya. Namun, kenapa mereka tidak mengabari Candra?

Pertanyaan itu mengganggu benak Ardat, tapi ia mencoba berpikir positif.

"Mungkin di sana nggak ada jaringan karena lagi pemadaman listrik," ujar Ardat menyuarakan benaknya.

"Ucapan lo ada benarnya," sahut Candra.

Ardat pun izin untuk menutup panggilan. Tak lupa ia kembali mengingatkan Candra untuk mengabarinya, jika ada kabar dari para penculik Putri.

*****

Ardat akhirnya sampai di Bintang. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 21.45 WIB, tapi suasana luar Bintang terbilang sepi.

Hanya terlihat kendaraan yang parkir di parkiran yang disediakan untuk para pengunjung. Juga terlihat empat pemuda yang mengobrol di parkiran khusus motor. Duduk di empat motor sport yang berbeda.

Ardat tak mampu melihat wajah keempat pemuda itu, tapi dari jaket yang mereka pakai---jaket yang juga dikenakan Ardat---ia mengenali mereka sebagai anggota Blue Phoenix.

Ardat lantas turun dari CRV hitamnya setelah terlebih dahulu memarkirkannya di parkiran khusus mobil. Ia pun berlalu menuju diskotek.

"Ardat, tunggu kami!" Seruan ini membuat langkah Ardat terhenti. Pemuda itu lantas menoleh ke sumber suara dan mendapati keempat pemuda yang tadi nongki di parkiran motor tengah menghampirinya.

Ardat tak berniat menunggu, tapi keempat pemuda itu cepat menyusul langkahnya.

Salah seorang dari mereka berjalan bersisian di samping Ardat, sembari merangkul bahunya. Sementara tiga pemuda yang lain berjalan di belakang mereka berdua.

"Cewek itu belum datang. Jadi, mari kita minum-minum dulu di dalam sambil nunggu dia," ujar salah seorang pemuda yang merangkul Ardat. Tak lain adalah Nando.

Di belakang mereka, berturut-turut dari kiri ke kanan ada Ixa, Lentera, dan Adi.

Tadi, Nando mengirim pesan via WhatsApp pada Ardat. Pemuda itu bilang, ada "barang bagus" di Bintang dan sudah ia booking untuk "melayani" Ardat.

Tak lupa Nando juga menyertakan sebuah foto perempuan berwajah Jepang, berusia dua puluh tahunan dengan pakaian minim.

Jika bukan karena "barang bagus" itu, Ardat malas untuk bertemu keempat temannya ini. Lantaran tak ada yang mendukungnya untuk membalas dendam atas kematian Aldo.

Ardat tak menjawab. Ia hanya melepas rangkulan tangan Nando, lantas berjalan cepat menuju diskotek, meninggalkan keempat temannya.

Nando menatap kepergian Ardat dengan netra penuh sesal. Begitu pula dengan yang lain.

Mereka berpandangan sejenak sebelum menyusul langkah Ardat.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang