Bab 24

11 6 1
                                    

"Woe, Ca!" Langkah Bianca dan Edward terhenti. Mereka menoleh ke kelas XII IPS1.

Arga 'lah yang barusan memanggil Bianca saat melihat gadis itu bersama seseorang hendak lewat di depan kelasnya.

"Wih, ternyata ini si murid baru itu," ujar Arga begitu ia keluar kelas.

"Ada apa? Kalo nggak penting, jangan ganggu gue," balas Bianca ketus.

"Nggak ada apa-apa, sih. Gue cuma penasaran aja, lo lagi sama siapa. Karena biasanya lo bareng sama si kembar itu. Eh, ternyata lo lagi sama si murid baru. Kebetulan gue penasaran ama bentukannya kayak gimana, sampai menjadi buah bibir para cewek di sekolah kita," jawab Arga.

Pemuda itu kembali memperhatikan wajah Edward. "Biasa aja," komentarnya.

"Heh! Lo rabun, ya!? Ganteng gini dibilang biasa aja. Wajah lo, tuh, biasa aja!" seru Bianca tak terima.

"Menurut gue biasa aja." Arga menoleh ke dalam kelas. "Menurut lo gimana, Lex?"

Yang ditanya keluar dari kelas.

Alex melirik Arga, Bianca, dan Edward bergantian. Sorot matanya tak bersahabat saat melirik si murid baru. Ia hanya melengos dan melanjutkan langkahnya.

"Mau ke mana, Lex?" tanya Arga.

"Toilet." Alex menjawab singkat.

"Kayaknya anak itu nggak suka sama aku," ucap Edward. Netranya tak lepas dari Alex sampai sosok pemuda itu hilang dari pandangannya. Berbelok ke kiri setelah melewati kelas XII IPS3. 

"Alex emang gitu," timpal Arga. Ia juga menatap kepergian Alex. Demikian juga dengan Bianca. "Anak itu kurang suka bersosialisasi. Dulu, di hari pertamanya di sekolah ini, sikapnya dingin ke semua murid. Meski begitu, banyak yang pengin temenan ama dia. Namun, dari sekian banyaknya murid yang mencoba temenan sama Alex, cuma gue dan Ragil yang bertahan dan akhirnya menjadi teman akrab sampai sekarang," terangnya.

"Seinget gue, lo yang gencar banget pengin temenan sama Alex. Sementara Ragil ikut terseret karena sikap 'SKSD' lo ke Alex," ucap Bianca.

Arga memang tipe orang yang suka "SKSD", alias sok kenal sok dekat. Jika ia penasaran dengan seseorang atau merasa orang itu asyik untuk diajak berteman---entah cewek atau cowok---maka kumatlah sifat "SKSD"-nya.

Banyak yang risih memang, tapi tidak sedikit dari mereka akhirnya terbiasa dan akrab dengan Arga. Salah satu dari mereka adalah Ragil, sahabat Arga sejak kelas III SD.

Arga hanya nyengir.

"Gue juga inget, waktu itu Alex pernah memuntir tangan lo karena sikap 'SKSD' lo itu." Ucapan Bianca membuat Arga kembali mengenang kejadian kurang lebih setahun yang lalu.

Saat itu, Arga mencoba mengagetkan Alex dari belakang. Namun, Alex tiba-tiba mengelak dan memuntir tangan kanan Arga ke belakang yang hendak menepuk pundak Alex. Kejadian itu terjadi pada jam istirahat kedua di koridor kelas XI IPS dan ditonton banyak murid. Bianca salah satunya.

Karena kejadian tersebut, Alex dipanggil ke ruang BK. Mengetahui hal itu, Arga segera ke ruang BK, memberi keterangan pada guru BK bahwa Alex refleks memuntir tangannya.

Alex sendiri tidak membantah keterangan Arga dan ia bebas dari hukuman. Namun, Alex tetap mendapat himbauan dari guru BK agar tidak mengulangi perbuatannya.

"Beruntung, tangan lo nggak patah oleh puntiran Alex," lanjut Bianca menyadarkan Arga dari lamunannya.

"Ya, tapi jika bukan karena kejadian itu, mungkin sampai sekarang gue belum bisa temenan sama Alex," ucap Arga.

Setelah kejadian itu, Alex memang lebih bersahabat. Khususnya pada Arga, juga Ragil yang ikut terseret karena sikap "SKSD" Arga. Namun, bukan kejadian tersebut yang merubah Alex, melainkan karena ayah pemuda itu yang berhasil meyakinkan Alex untuk menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain.

"By the way, gue mau ke kantin. Kalian mau ikut?" tawar Arga.

"Nggak, kami mau lanjut–"

"Boleh. Aku juga udah laper."

Bianca menatap Edward. "Nggak jadi pergi berkeliling?"

"Nanti aja, istirahat kedua," jawab Edward.

"Ya udah, deh. Karena Edward ikut, gue juga ikut," pungkas Bianca.

"Bentar, gue ngasih tahu Alex sama Ragil dulu." Arga lantas mengambil ponselnya di saku baju dan mengirim pesan ke grup WhatsApp yang pemuda itu buat. Grup yang hanya beranggotakan dirinya, Alex, dan Ragil.

Trio Bujangan
Anda, Kutu Buku, dan Tukang Traktir.

'Gue mau ke kantin. Kalian jangan lupa nyusul.'
09.07

Kurang dari satu menit, Ragil membalas.

Kutu Buku
'Seperti biasa, samperin gue di kelas.'
09.07

Disusul chat dari Alex.

Tukang Traktir
'Duluan. Gue masih sibuk ama panggilan alam.'
09.08

Meski demikian balasan Alex, tapi nyatanya pemuda itu tak menampakkan diri di kantin.

*****

"Lo tadi kenapa nggak dateng ke kantin?" tanya Arga pada teman sebangkunya, Alex.

Kini mereka sudah berada di kelas. Keadaan kelas ramai lantaran tengah jamkos. Meski tidak seramai kelas XII IPS2 yang kebetulan juga tengah jam kosong.

Alex berdusta, "Sorry, tadi terlalu keras. Jadi, sulit keluarnya."

"Anjir," celetuk Arga. Ia paham apa yang Alex maksud.

Pemuda itu juga tampaknya memercayai jawaban Alex. "Untung tadi Edward mau gantiin lo traktir gue. Jadi, uang saku gue masih utuh," ujarnya.

Jadi, lo ngarepin keberadaan gue hanya agar bisa dapat traktiran dari gue? batin Alex memandang malas teman sebangkunya itu.

"Selain baik---karena dia mau traktir gue yang baru dikenalnya, Edward juga asyik orangnya. Enak diajak ngobrol. Cuma gue agak risih karena anak itu pake 'aku-kamu'. Kayak gimana gitu kesannya." Arga berceloteh.

Dari celotehan Arga itu, Alex semakin yakin dugaannya benar, teman sebangkunya itu pasti menghabiskan waktu istirahat bersama Edward. Dugaan ini muncul ketika Alex tahu dari orang suruhannya perihal Arga mengajak Bianca dan Edward ke kantin bersama.

Alex yang sudah tahu polah tingkah Arga, menduga teman sebangkunya itu akan "SKSD" ke Edward.

Faktanya memang begitu. Tadi, Arga meminta Edward untuk makan semeja dengan dirinya dan Ragil.

Edward menyetujuinya. Bianca juga ikut bergabung karena tidak ingin jauh-jauh dari Edward. Ada juga si kembar yang ikut bergabung. Mereka tengah menunggu pesanan saat Arga, Ragil, Bianca, dan Edward sampai di kantin. Alhasil keenam remaja itu makan di meja yang sama.

Dengan makan di satu meja, Arga bisa bertanya ini itu pada Edward dan karena keberadaan murid baru itu yang membuat Alex enggan menampakkan diri di kantin.

"Lo harus temenan sama dia, sih." Seketika Alex menatap Arga tajam. Tatapan itu juga terkesan dingin.

Arga yang sudah terbiasa dengan tatapan tak bersahabat Alex, hanya memandang Alex bingung. "Apa gue salah bicara?" Tanpa pemuda ini sadari, ia memang sudah salah bicara.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang