Bab 37

7 4 0
                                    

Jika ada yang bertanya, apakah Putri kecewa setelah ditolak Alex? Tentu dia kecewa. Namun, rasa kecewa itu hanya mampir sesaat dan pergi entah ke mana. Digantikan perasaan senang karena tahu Alex juga mencintai dirinya.

Namun, gadis itu akan lebih bahagia, jika bisa merubah status hubungannya dengan Alex.

Berkat tuan V, Putri terjebak dalam zona pertemanan dengan pemuda itu. Status pacar bohongannya juga tidak akan pernah berubah. Kecuali ia mendapat restu tuan V untuk menjalin kasih dengan Alex.

"Tuan V berengsek! Gara-gara lo gue nggak akan pernah bisa jadian sama Alex!" Putri memukul-mukul gulingnya, marah pada seseorang yang bahkan tidak ia ketahui seperti apa wajahnya.

*****

Minggu, pukul 09.15 WIB

Saat ini, Putri berada di toko buku sebuah mal. Tengah membaca novel yang bungkusnya sudah terbuka---kerjaan pengunjung tak bertanggung jawab yang sukanya mencari gratisan. Ia datang ke toko buku seorang diri.

Sebenarnya Putri ingin pergi bersama Alex. Akan tetapi, pemuda itu menolak karena harus ke Surabaya. Katanya, sih, ada kerabatnya yang meninggal.

Lalu, Putri memutuskan untuk mengajak Dira. Namun, lagi-lagi kekecewaan yang ia dapat. Dira ternyata tengah demam.

Alhasil Putri terpaksa ke toko buku seorang diri. Rencananya setelah membeli novel, gadis itu akan pergi menjenguk Dira.

Tanpa Putri sadari, seorang pria bermata sipit, berjaket parasut hijau lumut dengan topi bisbol mendekatinya, lantas menepuk bahu kanannya.

Seketika novel yang tengah Putri baca terjatuh dan gadis itu bergeming di tempat.

Pria itu pun memungut novel yang Putri baca, lantas meletakkannya kembali ke rak. Ia melirik Putri yang tengah berdiri mematung dengan tatapan kosong.

"Ikuti aku." Setelah mengucapkan kalimat pendek berbahasa Inggris ini, pria tersebut lantas berlalu keluar dari toko buku dengan tangan kiri merangkul pundak Putri---membimbing gadis itu untuk mengikuti langkahnya.

Putri sendiri hanya menurut. Ia berjalan di samping si pria, masih dengan tatapan kosong.

*****

Azan Asar belum lama berkumandang, tapi Putri masih belum pulang membuat Aruna risau. Terlebih anak semata wayangnya itu sama sekali tidak memberi kabar. Juga tak membalas pesan WhatsApp-nya dan tidak mengangkat teleponnya.

Sembari duduk di single sofa yang menghadap pintu dengan perasaan gelisah, Aruna berkutat dengan ponselnya. Mencari sebuah kontak dan menelepon kontak tersebut begitu sudah menemukannya.

Nada sambung terdengar, teleponnya pun diangkat.

"Assalamualaikum, apa saya boleh bicara dengan Dira?"

"Waalaikumsalam, ini dengan saya sendiri. Ini siapa, ya?" Terdengar suara Dira yang agak serak di seberang telepon.

"Dira, ini Tante Aruna, Mama Putri. Apa Putri ada di rumahmu? Katanya dia mau jenguk kamu."

"Oh, Tante Aruna …." Dira mengenal Aruna karena pernah bertemu di kediaman Keluarga Harun saat mampir ke rumah Putri untuk belajar kelompok. Gadis itu juga sempat memberikan kontaknya pada Aruna.

"Putri dari tadi nggak dateng ke rumah saya, Tante. Dia tadi emang bilang mau jenguk saya, tapi sampai sekarang masih belum datang.

"Emang ada apa, ya, Tante?" tanya Dira. Ia menangkap nada khawatir dalam ucapan Aruna tadi.

"Putri masih belum pulang. Pagi tadi, dia izinnya mau beli novel dan jenguk kamu, tapi sampai sekarang masih belum pulang dan belum ngasih kabar ke Tante.

"Tante chat hanya centang satu. Tante telepon juga nggak diangkat."

Dira terbatuk-batuk sebentar sebelum menjawab, "Tante udah telepon Alex? Mana tahu Putri lagi sama Alex. Mengenai Putri yang nggak ngasih kabar ke Tante, mungkin dia lupa dan nggak ngecek ponselnya karena terlalu asyik dengan dunianya. Karena hal itu juga, Putri nggak tahu ponselnya hidup atau mati, atau justru ketinggalan entah di mana."

Ucapan Dira tidak jauh berbeda dari ucapan Ricko saat Zuhur tadi ketika menjawab pertanyaan sang istri, perihal kenapa Putri masih belum pulang dan tidak memberi kabar.

"Semoga yang kamu bilang bener." Setelah berkata demikian, Aruna memutus panggilan. Tak lupa ia mendoakan Dira supaya cepat sembuh.

Tanpa perlu saran dari Dira, Aruna tetap akan menelepon Alex. Tak ingin menunda waktu lagi, wanita paruh baya itu segera menelepon Alex begitu menemukan kontaknya. Namun, ia kembali mendapat kekecewaan.

Sedari tadi, Alex tak bersama Putri dan pemuda itu tidak tahu di mana Putri berada.

Aruna lalu meminta tolong pada Alex untuk mencari Putri setelah terlebih dahulu memberitahu pemuda itu perihal Putri yang belum pulang, lantas memutus panggilan.

Begitu Aruna memutus panggilan, Ricko keluar dari kamar. Ia baru saja selesai salat di rumah.

Aruna yang mendengar suara langkah kaki seseorang, menoleh ke sumber suara. Mendapati sang suami tengah berjalan menuju arahnya.

Aruna juga berjalan mendekati sang suami. Sama-sama mengikis jarak dan berhenti satu setengah meter di belakang sofa panjang yang menghadap timur.

"Putri belum pulang?" tanya Ricko begitu sudah berhadapan dengan sang istri.

"Belum," jawab Aruna cemas. Ia lalu memberitahu Ricko perihal dirinya yang sudah menelepon Dira dan Alex. Juga perihal dirinya meminta tolong Alex untuk mencari Putri.

"Kalo gitu, Papa juga akan mencari Putri. Mama tunggu di rumah dan coba hubungi kerabat kita, serta teman-teman dekat Putri selama di Bandung. Mana tahu mereka mengetahui keberadaan Putri."

Aruna hanya mengangguk. Di dalam hati, ia berdoa semoga Putri baik-baik saja.

*****

Bukan hanya Aruna seorang yang tengah risau, Alex juga demikian.

Bahkan, dari semalam hati Alex tak tenang. Penyebabnya tak lain adalah pembicaraan dengan sang ayah ketika dirinya hendak pulang sehabis mengantar Putri. Pemuda itu sampai kesulitan tidur karena pembicaraan tersebut. Ia juga mengalami mimpi buruk yang sukses membangunkannya tepat jam enam pagi.

Selang beberapa saat setelah terbangun dari tidurnya, ponsel Alex bergetar panjang. Ternyata Putri meneleponnya, meminta pemuda itu untuk menemaninya ke toko buku.

Jika bukan karena "permintaan" sang ayah, Alex dengan senang hati menemani Putri ke toko buku atau ke mana pun tujuan Putri. Bahkan, sebisa mungkin selalu menemani gadis itu setiap saat untuk melindungi keselamatannya---bukan malah bilang, ia akan ke Surabaya untuk melayat saudara yang meninggal. Bahkan, dirinya tak punya saudara di Kota Pahlawan itu.

Beberapa menit yang lalu, Alex mendapat telepon dari Aruna. Wanita paruh baya itu menanyakan keberadaan Putri kepadanya.

Alex sendiri tidak tahu di mana persisnya Putri berada, tapi ia tahu Putri sekarang tengah dalam perjalanan menuju London, Inggris.

Ketika diminta Aruna untuk mencari Putri, Alex hanya mengiyakan. Namun, ia sama sekali tidak beranjak dari rumah---masih duduk di salah satu sofa panjang di ruang tamu dengan hati gelisah. Pemuda itu tidak boleh bertindak sebelum mendapat perintah dari sang ayah.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang