Bab 30

9 5 7
                                    

Kamar Nando, pukul 04.30 WIB

Azan Subuh sudah berkumandang sepuluh menit yang lalu. Namun, Nando masih betah berada di mimpinya---memilih untuk mengabaikan panggilan Sang Pencipta dan meneruskan tidurnya.

Setelah menyerahkan Ardat pada orang suruhan tuan V, pemuda itu langsung pulang---diantar Ixa dengan mobil Ardat.

Sesampainya di rumah, sang ayah memarahi Nando dan berakhir melarang pemuda itu pulang terlalu larut.

"Jam sepuluh sudah harus di rumah!" Begitulah perintah ayah Nando pada sang anak.

Alasan kenapa pria paruh baya itu menjadi protektif sekarang karena dirinya khawatir Nando ikut balap liar. Mengingat Nando memiliki teman anggota geng motor.

Setelah diceramahi sang ayah, Nando pergi ke kamarnya. Tekanan yang ia terima membuat batin dan raganya kelelahan. Alhasil kasur menjadi tempat pelarian pemuda itu.

Sampai sekarang, Nando masih terlelap dalam tidurnya.

Drrrt! Drrrt! Drrrt!

Drrrt! Drrrt! Drrrt!

Getaran panjang ponsel berhasil mengusik Nando dari tidurnya. Setengah sadar, dirinya meraih ponsel yang diletakkan di nakas di samping ranjang---bermaksud untuk me-reject panggilan yang baru masuk.

Namun, tanpa sengaja, Nando justru mengangkat panggilan tersebut.

"Sepertinya tidurmu sangat nyenyak, ya." Terdengar suara si penelepon sebelum Nando meletakkan kembali ponselnya di nakas.

Nando mendekatkan benda pipih tersebut ke wajahnya. Dengan malas, sebelah matanya terbuka dan mendapati panggilan tengah berlangsung kurang dari satu menit. Dirinya juga mendapati si penelepon menggunakan nomor privat.

"Apa kau tidak ingin mengetahui nasib Ardat Damara?" Gerakan jari Nando yang hendak mengakhiri panggilan terhenti begitu mendengar suara disamarkan dari si penelepon.

Seketika seluruh nyawa Nando kembali ke tubuhnya. Kini pemuda itu sudah benar-benar bangun dari tidurnya. Ia mengambil posisi duduk dengan punggung bersandar pada sandaran ranjang.

"Lo … tuan V?" tanya Nando memastikan.

"Bukan. Aku 'Mata Hantu'," jawab si penelepon.

"Jadi, lo tahu gimana nasib Ardat?"

"Tentu. Aku bahkan melihat bagaimana temanmu itu disiksa."

Nando terkesiap mendengarnya. "Kasih tahu gue, apa yang udah terjadi pada Ardat!?" tanyanya menuntut.

"Kedua bahu dan kedua kaki Ardat ditembak oleh tuan V. Ia juga dikebiri tanpa dibius terlebih dahulu. Karena terlalu syok, temanmu itu akhirnya kehilangan kesadaran. Namun, kau tidak perlu khawatir karena dia sudah ada di rumah sakit sekarang," ungkap si "Mata Hantu".

"Rumah sakit mana!?" Nando bertanya lagi, masih dengan nada menuntut.

"Jangan terburu-buru karena masih ada hal lain yang ingin kuberitahukan padamu," ucap si "Mata Hantu". "Apa kamu tahu sebuah geng yang bernama Panther yang dipimpin seorang pemuda bernama Candra?" tanyanya kemudian.

LEXVEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang