Hari ini sama kaya hari kemarin, gue ngetik part ini pas hujan wkwkwk. Emang ya, Bogor nggak afdol rasanya kalau nggak hujan.
VOMENT YAK!!!!!!!!!!!
💦
Sudah lima belas menit semenjak mereka keluar dari ruang dokter kandungan setelah memeriksa kondisi Aya sebenarnya. Mereka saling terdiam di dalam mobil yang terparkir di basemen rumah sakit.
Aya menatap lurus ke depan dengan datar sementara Jaemin menunduk, tangannya mengepal di atas stir mobil, rahangnya mengeras dan dadanya bergemuruh.
Dokter bilang Aya hamil. Kandungannya baru berlangsung dua Minggu. Pil kontrasepsi yang diminum Aya tidak berpengaruh sebab saat itu Aya telat.
Jaemin marah, kesal, kecewa, hancur, namun tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdiam diri. Melampiaskannya pada Aya? Itu adalah kesalahan besar. Lantas melampiaskan pada Haechan? Dia hanya tokoh yang tak sengaja datang.
Jaemin tau mereka melakukan hal itu atas ketidaksengajaan. Semuanya berada di alam bawah sadar tapi bagi Jaemin rasanya tetap sama. Sakitnya, kecewanya dan hancur hatinya sangat nyata.
"Kita pulang." Kata Jaemin dengan nada dingin seraya menyalakan mesin mobilnya.
"Gue nggak mau pulang." Aya menjawab.
"Lo harus banyak istirahat, lo--"
"Gue mau ke Haechan."
Jaemin diam sejenak menatap Aya, emosinya semakin meningkat ketika mendengar nama Haechan namun Jaemin tetap memilih menuruti keinginan Aya.
Dia melajukan mobilnya keluar dari parkiran basemen rumah sakit menuju kosan Haechan. Selama diperjalanan tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua, Aya terlalu lelah hingga tanpa sadar dia memejamkan matanya sedangkan Jaemin sibuk dengan pemikirannya.
Ini konyol. Aya yang sudah lama dekat dengannya, sudah sering melakukan having sex berkali-kali tapi malah lelaki lain yang membuat Aya hamil.
Terbuktilah bahwa Tuhan memang maha membolak-balikan keadaan.
Tidak lama kemudian mereka sampai di kosan Haechan. Jaemin menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang kosan Haechan.
Jaemin melepas seatbelt lantas menolehkan kepala ke samping melihat Aya yang tertidur dengan pulas.
Bibir Jaemin tersenyum miris. Dia pun memajukan wajahnya lalu menggerakkan tangannya guna merapikan rambut Aya yang berantakan menutupi wajah cantik wanita itu.
"Gue nyesel Ay," kata Jaemin tiba-tiba kemudian bibirnya tersenyum miris. "Gue nyesel kenapa nggak dari dulu gue sadar kalau lo selalu ada buat gue? Kenapa nggak dari dulu gue sadar kalau sebenarnya gue sangat membutuhkan lo? Kenapa nggak dari dulu gue sadar kalau gue... Cinta sama lo."
Katanya, cinta datang karena terbiasa. Itulah yang Jaemin rasakan, dia terbiasa dengan adanya sosok Aya di dalam hidupnya namun ego Jaemin terlalu tinggi hingga dia melupakan bahwa Aya adalah sosok penting dalam hidupnya.
Kini, perasaan terebut berubah menjadi penyesalan yang teramat dalam. Jaemin baru menyadari kalau dulu dia benar-benar brengsek, bajingan, tidak tau diuntung dan egois. Jaemin menyadari semuanya setelah dia merasakan Aya yang mulai jauh dari hidupnya, Aya bukanlah yang dulu lagi dimana selalu menuruti apa keinginan Jaemin.
Dan Jaemin adalah alasan tersebesar kenapa Aya bisa berubah.
Semuanya sudah terlambat, kini keadaan sudah semakin rumit. Jaemin kesal dan marah pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend with Benefit ✔️
Fanfiction[Na Jaemin Fanfiction] "Sumpah, lo kok betah si temenan sama Jaemin?" "Kalo sama-sama enak, kenapa nggak?" Published on : Selasa, 2 Februari 2021 End : Rabu, 28 Juli 2021 Highest rank #5 in Fanfiction