FWB : 38. Perencanaan

6.1K 876 171
                                    

VOMENT🙏

💦

Pagi hari saat membuka mata Aya langsung disuguhi pemandangan wajah Haechan yang begitu tenang. Dari semalam tangan Haechan tidak melepas pelukannya pada pinggang Aya membuat tidur mereka berdua sama-sama nyenyak dan hangat di tengah-tengah dinginnya udara kota Bogor.

Aya tersenyum tipis mengangkat kepalanya menatap wajah Haechan. Melihat Haechan seperti ini membuat hatinya merasa prihatin. Rasanya berdosa sekali jika Aya tidak bisa memberikan hatinya kepada pria setulus Haechan.

Tiba-tiba Haechan membuka matanya secara perlahan menarik senyuman dari bibir Aya.

"Good morning." Kata Aya dengan penuh ketulusan.

Sepertinya sudah sangat lama sekali Aya tidak merasakan kenyamanan seperti ini setelah beberapa masalah datang menghantam dirinya kemarin.

"Morning too." Jawab Haechan dengan suara detak khas orang bangun tidur.

"Gue mau mandi." Kata Aya.

"Hm-em." Jawab Haechan, matanya sedikit satu karena masih mengantuk.

Aya tertawa pelan. "Gimana gue mau mandi kalau lo masih peluk gue gini?"

Haechan membuka mata sepenuhnya lantas melepaskan tangannya dari pinggang Aya. "Sorry."

"Gapapa." Aya terkekeh lantas beranjak dari kasur. "Lo kalau masih ngantuk mending tidur lagi aja."

"Iya."

Haechan betulan tidur lagi sementara Aya langsung masuk ke dalam kamar mandi guna membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi Aya melihat Haechan yang masih tertidur. Dia menggelengkan kepalanya wajar, mungkin saja Haechan capek karena menyetir kemarin. Aya pun memilih untuk keluar kamar untuk membantu Mama membuat sarapan.

💦

"Ini aku susun di atas meja makan ya, Ma." Kata Aya membawa mangkuk berisi lauk pauk untuk sarapan pagi ini.

Karena papa pulang dan kebetulan sedang ada tamu mama jadi memilih untuk masak banyak hari ini.

"Iya sayang, hati-hati."

"Okay."

Aya menyusun satu persatu wadah berisi hidangan untuk sarapan pagi ini sementara mama mencuci barang-barang yang selesai digunakan masak tadi.

"Papa udah pulang, Ma?"

"Udah kok semalam."

"Ikut sarapan, kan?"

"Ya ikut dong, kan sekalian obrolin pernikahan kamu sama Haechan."

"Oh iya."

Usai mencuci piring mama langsung menghampiri Aya yang kini sedang menuangkan air ke beberapa gelas di atas meja.

"Ay, kamu yakin sama pilihan kamu?" Tanya mama menatap Aya butuh keyakinan.

Aya tersenyum lantas mengulurkan tangannya memegang lengan mama. "Yakin kok, ma."

"Tapi ada sedikit rasa kecewa karena hasilnya nggak tertuju pada Jaemin?" Tanya mama lagi.

Aya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Ada sih tapi mau gimana lagi? Ini udah takdir Aya. Lagipula Tuhan tau jelas apa yang terbaik buat Aya."

Friend with Benefit ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang