FWB : 29. Dilema

9.4K 1.1K 285
                                    

VOMENT JUSEYO

BACANYA PELAN-PELAN YA SUPAYA NGGAK ADA YANG KETINGGALAN

💦

"Serius? Lo... Hamil?!"

Jane hampir saja tersedak ludah sendiri ketika mendengar pengakuan dari Aya. Singkatnya, Jane datang ke apartemen Aya untuk menjenguk temannya yang sedang sakit usai kejadian kemarin terus tau-tau Aya mengakui sesuatu yang membuat Jane terkejut setengah mati.

Dengan lemas Aya mengangguk.

"Wah sumpah!" Jane berdiri tidak menyangka, "Seharusnya emang nggak terkejut sih gue, tapi ini bener-bener gila, tau! FWB-an sama siapa, hamilnya sama siapa?!"

Jane benar-benar tidak habis pikir, dia seakan baru saja menonton film yang memiliki ending sangat mem-bagong-kan.

"Takdir." Jawab Aya dengan santai kemudian menyuap sepotong melon yang berada di hadapannya.

"Terus sekarang, gimana?"

"Gimana apanya?"

"Kelanjutan kisah yang membagongkan lo!" Jane menjawab tidak santai. Sumpah ya, dia masih terlalu nggak percaya atas apa yang sudah terjadi.

"Orang tua gue mau datang kesini sekarang begitupula sama Haechan."

"Haechan mau tanggung jawab?"

"Mau." Aya menunduk ekspresinya menjadi sendu. "Tapi, gue nggak bisa."

"Kenapa nggak bisa? Dia udah bersukarela buat tanggung jawab atas apa yang udah dilakuin sama dia."

"Jaemin juga mau tanggung jawab."

"OW SHIT, SERIOUSLY?!"

Demi apapun Jane bener-bener pusing ya Tuhan!! Padahal yang menghadapi masalah ini temannya tapi kenapa jadi Jane yang ikutan pusing?!

"Iya."

"Terus... Lo mau pilih siapa?"

Aya menggeleng lesu. "Nggak tau. Buat Haechan gue nggak bisa terima karena dia bukan siapa-siapa gue, bahkan untuk kenal aja cuman sekedar kenal tapi untuk Jaemin..."

"Ay, lo tau kan gimana brengseknya Jaemin? Cowok yang brengsek bakal tetap brengsek walau dia mengakui kalau dirinya udah nggak seperti itu."

Aya mengangkat kepalanya, "Tapi gue sama Jaemin--"

"Iya, gue tau lo sama Jaemin udah dekat, udah terbiasa hidup bareng. Tapi, apa lo yakin suatu saat Jaemin nggak akan berulah lagi?"

Aya menunduk lagi. "Kalau gue sama Haechan, gue nggak bisa, Jane. Gue nggak cinta sama dia."

"Emang lo cinta sama Jaemin?" Aya reflek bungkam mendengar pertanyaan tersebut.

Cinta.

Rasanya terdengar aneh.

"Ay," tangan Jane bergerak menggenggam tangan Aya. "Perasaan lo sekarang itu nggak penting, yang terpenting adalah anak yang dikandung lo. Kadang, nggak semua rumah tangga harus didasarkan atas rasa cinta."

"Terus gue harus gimana?"

"Pilihan ada di tangan lo, setiap apa yang lo pilih selalu ada konsekuensinya. Gue nggak akan memaksa untuk lo pilih Haechan ataupun Jaemin gue cuman bisa berdoa semoga apa yang lo pilih adalah yang terbaik."

Aya bungkam seketika. Dia benar-benar tidak tau harus bagaimana. Andai saja pil yang satunya saat itu tidak terjatuh dan menghilang ke kolong kasur mungkin Aya sudah meminum dua pil sekaligus. Aya tidak menyangka kalau hal tersebut dapat membuat pil kontrasepsi tidak berguna.

Friend with Benefit ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang