Bab : 17

798 88 15
                                    

sebelum kalian baca aku mau nanya dulu deh ya..tadinya mau tanya dia akhir ,, jadi aku mau tanya lebih baik Maheer tau siapa Dalilah dibab selanjutnya apa Maheer gak tahu, tolong komen ya abis baca bab ini..








Happy reading ❤️❤️❤️



Dalilah menunggu didepan ruang operasi, ia gelisah karna lampu itu masih menyala merah tanda oprasi masih berlangsung.


Ali menghampiri Dalilah dengan wajah sama pucat, orang yang Maheer bilang sebagai pendamping terlihat kacau.


“ Bagaimana ini Ali, mungkin polisi akan datang dan menanyai kita, pihak rumah sakit pasti sudah melapor jika ada pasien yang terkena luka tembak, dan apa Maheer akan baik-baik saja” tanya Dalilah


“ Polisi telah di urus oleh Akbar sahabat tuan, masalahnya lebih gawat nona dari polisi, saya gagal menjaga tuan , saya tidak tahu harus menghadap tuan besar” wajah Ali terlihat horor “ saya rela menukar tempat dengan tuan Maheer , lebih baik saya yang tertembak daripada tuan”


Dalilah mengerutkan keningnya “ tuan besar? Ayah Maheer maksudmu?” Dalilah bertanya


Ali menggelengkan kepalanya “ ayah tuan Maheer sudah meninggal nona, tuan besar itu kakak dari tuan Maheer” jelas Ali


Informasi baru tentang Maheer jika Maheer adalah anak yatim “ apa kau sudah menghubungi keluarga Maheer?” tanya Dalilah lagi


Ali menolehkan wajahnya kearah Dalilah , kentara sekali tergambar wajah prustasi dan ketakutan “ aku bisa mati di gantung nona, dan aku pantas mendapatkannya , tapi bukan karna takut mati tapi kehormatan nama keluargaku tercoreng nona, aku belum menghubungi tuan besar,, aku..aku...” Ali gugup dan Dalilah menggenggam tangan Ali menenangkan , dalam benak Ali ia membayangkan bagaimana reaksi Yang Mulia Sultan Omar jika ia menyampaikan kabar buruk ini , pikiran-pikiran buruk menghantuinya bagaimana jika pangeran Maheer meninggal dibawah pengawasannya , ia pasti di hukum pancung oleh Yang Mulia Sultan. Dan berdampak pada nama baik kesejahteraan keluarganya. Mereka akan menanggung dosa Ali seumur hidup mereka. Maka oleh sebab itu Ali belum bisa memberi kabar buruk ini kepada Alhaya, ia terlalu pengecut.


“ tunggu saja , aku yakin Maheer baik-baik saja , kau bisa menghubungi keluarga Maheer setelah operasi Maheer selesai, aku paham ketakutanmu, mari kita berdoa untuk keselamatan Maheer” ucap Dalilah menenangkan tapi nyatanya hatinya tak tenang pikiran buruk pun menghantuinya , bagaimana jika Maheer tak selamat, maka dia akan mendatangi tuan besar yang Ali ucapankan tadi, bertanggung jawab atas apa yang terjadi terhadap Maheer


“ Tuhan selamatkan Maheer tuhan, aku memohon padamu” doa Dalilah dalam hati.


Dua jam berlalu dan lampu ruang operasi padam , Ali dan Dalilah berdiri dari duduknya mendekat kedepan pintu yang masih tertutup, tak lama muncul dokter yang masih berpakaian hijau


“ Dokter bagaimana keadaannya” tanya Dalilah


“ Operasinya berhasil dan tidak mengenai organ vital, pasien kelilangan banyak darah dan beruntung stok darah untuk golongan darah pasien ada, saat ini masih tak sadar karna obat bius, kalian bisa melihatnya setelah dipindahkan keruang rawat inap, baik saya permisi “ ucap dokter


Ali dan Dalilah menghebuskan nafasnya karna sejak tadi mereka berdua menahan nafas mendengar penjelasan dokter , namun saat dokter berkata Maheer baik dan operasinya berhasil mereka bernafas lega


Mereka saling berjabat tangan senang, air mata bahagia menetes di pipi Dalilah.


“ Kau dengar Ali , Maheer baik-baik saja ... Oprasinya berjalan lancar , Terimakasih tuhan” ucap Dalilah


“ Ya.. terima kasih Tuhan” syukur Ali terharu dan ia melepaskan genggaman tangannya dan bersujud syukur.


Tak butuh waktu lama saat brangkar Maheer ditarik keluar ruang oprasi. Mata Maheer masih terpejam,.Ali dan Dalilah mengikuti kemana brangkar itu dibawa.


Maheer di tempatkan di kamar VVIP , kamar itu besar dan memiliki satu set meja sofa yang lengkap


“ aku akan keluar dulu sebentar nona, mengurus sesuatu, tolong jaga tuan” pinta Ali


“ ya .. aku akan menjaganya , tentu saja ... Kau tak perlu khawatir


Sepeninggalnya Ali Dalilah memandangi wajah Maheer yang terlelap tidur, ia mengenakan baju biru muda has baju pasien rumah sakit , Maheer terlihat pucat namun tetap tampan.


Hati Dalilah berdesir hanya melihat wajah Maheer sedekat ini , saat Maheer menyelamatkannya, membuka pintu dimana ia disekap , saat Dalilah melihat sosoknya saat itu Dalilah mulai menyadari jika ia jatuh cinta dengan Maheer, semua yang Maheer lakukan padanya membuat hatinya berdegup.


Karna terlalu serius memandangi wajah Maheer Dalilah tak menyadari jika ada suster yang masuk dan menyentuh bahu Dalilah dengan lembut.


“ ia akan baik-baik saja nyonya” hibur suster itu menyangka jika Maheer adalah suami atau kekasih Dalilah, dan Dalilah hanya tersenyum mengangguk kepalanya “ ini barang-barang tuan” suster itu menyodorkan ponsel dan dompet Maheer kepada Dalilah


“ Terimakasih” jawab Dalilah dan suster itu pamit pergi saat ia berpesan jika Maheer siuman , ia meminta Dalilah memanggilnya atau menekan tombol yang ada disamping ranjang Maheer.


Dalilah akan meletakkan Adompet dan ponsel Maheer di meja kecil samping ranjang Maheer , namun ponsel Maheer tiba-tiba saja berbunyi, sontan Dalilah terkejut dan hampir saja menjatuhkan ponsel itu namun ia sigap menangkapnya dan yang terjatuh hanya dompet Maheer saja.


Dalilah melihat call id yang tertera di layar ponsel Maheer “Maria” Dalilah tahu jika setiap pagi wanita yang bernama Maria ini memang sering menghubungi Maheer , ia ingin menekan tombol hijau dilayar ponsel Maheer , minimal mendengar bagaimana suara Maria , karena Maria adalah orang terkasih Maheer , rasa sakit terasa di dada Dalilah , karena jelas ia bukan siapa-siapa bagi Maheer tapi Dalilah menaruh hati padanya sekarang.


Dalilah hanya memandangi layar ponsel Maheer sampai nama Maria menghilang dari layar itu dan ponsel Maheer kembali senyap. Dalilah menghembuskan nafasnya lalu menaruh ponsel itu di samping ranjang Maheer diatas meja , kakinya menginjak dompet Maheer, Dalilah lupa dompet itu dan saat Dalilah menatap kebawah isi dari dompet itu sedikit mencuat keluar.


Ada pecahan uang dolar dan seperti kertas terlipat berwarna putih , Dalilah memungut dompet itu, kertas yang tadi ia lihat ternyata sebuah foto yang dilipat dan potret nya berada dibagian dalam yang terlipat.


Dalilah sangat penasaran, pasti foto yang terlipat itu adalah foto Maria , Dalilah memandangi Maheer sebentar dan menurutnya Maheer masih dalam pengaruh obat bius , walau ia tahu mengintip isi dompet orang lain itu tidak sopan tapi Dalilah sangat penasaran. Ditariknya foto itu lalu dibukanya.


Mata Dalilah membulat karena keterkejutannya, foto yang ia lihat adalah foto dirinya sendiri. Ia mengalihkan kembali wajahnya kepada Maheer, mengapa Maheer memiliki foto dirinya.


Jadi selama ini Maheer tahu jika dia bukan Yara tapi Dalilah , mengapa Maheer seolah-olah tak tahu jika dirinya Dalilah. Apa ini trik darinya. Tapi mengapa dan luka tembakan itu juga nyata menurut Dalilah, siapa Maheer ini dan jika di ingat-ingat Dalilah seolah familiar dengan nama itu, namun jika Maheer tahu dibohongi mengenai identitasnya pasti ia sudah mengamuk dan bertanya langsung kepada Dalilah.


Jangan katakan jika Maheer tak bisa melihat kemiripan dirinya dengan foto yang digenggam Dalilah. Jelas-jelas itu adalah dirinya walupun ia Memakai gaun formal has Hameera.


Seperti palu yang menghantam kepala Dalilah , ia ingat nama Maheer ayahnya pernah menyebutkan nama itu, pangeran Alhaya, pangeran Maheer Fahd bin Rashid jika Dalilah tak salah ingat , lalu ia membuka kembali dompet Maheer mencari tanda pengenalnya.


Mata Dalilah membulat dia membaca nama yang tertera di tanda pengenal itu. Maheer Fahd bin Rashid dan ada tulisan Alhaya.. tak mungkin ada nama pria yang sama persis didunia ini, tidak Dalilah menggeleng setimur tengah maksud Dalilah, dan Alhaya. Jadi..jadi Maheer adalah pria yang dijodohkan ayahnya untuknya, bahu Dalilah merosot jadi selama ini ia bersama pria itu.


Takdirlah yang mempertemukan mereka ditempat yang tak semestinya , dan Maheer lah yang menolongnya, beberapa kali menolongnya dan kali ini menyelamatkan dirinya dari para penculik dan terluka karenanya, kini satu hal yang pasti bukan Maheer yang ingin menculiknya.


Dalilah termenung tak percaya akan permainan takdir untuknya, ia menolehkan wajahnya kearah Maheer , pria itu masih saja memejamkan mata. Sejuta pertanyaan ingin ia tanyakan saat ini kepada Maheer tapi sayang pria itu masih belum sadarkan diri.


Jika benar Maheer adalah pria yang di jodohkan ayahnya maka ada sebersit rasa senang dan bahagia dihati Dalilah, pria yang berbaring didepannya adalah calon suaminya.


Berjam-jam lamanya Dalilah memandangi Maheer sampai ia mendengar erangan pelan dari Maheer. Mata itu sedikit-sedikit membuka.


“maheer sadarlah” Dalilah mendekatkan tubuhnya kearah Maheer , ia lalu menekan tombol untuk memanggil dokter atau suster. Tak lama mereka datang , dokter membuka kelopak mata Maheer dan menyinarinya dengan senter. Walaupun begitu Maheer belum sepey sadar ia hanya mengerjapkan-ngerjapkan kelopak matanya berat.


“ Tuan apa anda mendengar saya “ tanya dokter,.Maheer hanya mengerang tanda ia merespon ucapan dokter. Dokterpun memeriksa Maheer dengan seksama..


“ Nyonya , tuan belum sepenuhnya sadar , namun semua organ vitalnya baik, luka tembak hanya mengenai punggung kanan saja dan sementara waktu ia tak bisa menggerakan tangan kanannya, biarkan dia istirahat, kita akan melihat perkembangannya sore tau besok pagi” ucap dokter.


“ Terimakasih dokter” ucap Dalilah.

......


“ Apa!!!” suara Khofifah sedikit meninggi


“ apa kau memang ingin mengkudeta Sulaiman , paman?” tanya Khofifah


“ Ehmmm.. tidak” bohong Jafar “ini adalah desakan para anggota dewan dan para klan”


“ Apa maksudnya ini paman, kau ingin melakukan rapat luarbisa dengan para dewan dan klan” tanya Khofifah “ dan isi dari rapat itu menunjukmu sebagai pengganti sementara Yang Mulia Sulaiman, aku istrinya Ratu Hameera dan aku mampu mengurus Hameera, bukan kau paman” tak ada lagi tutur kata sopan dari bibir Khofifah., Ia tahu jika Paman Jafar merencanakan ini dan Jafar hanya menanggapi santai ucapan Khofifah


“ Baik jika memang kau ingin mengambil alih sementara , mari kita masukan wacana ini dalam rapat nanti, biarkan para anggota dewan dan klan memilih saja ,, ehmmm dan bagaimana reaksi mereka jika tahu Purtri Dalilah kabur dari rumah dan menganggap sakitnya Sultan merupakan tanggung jawab Dalilah, bagaimana nasib Dalilah kedepannya apa akan mudah bagi para dewan dan klan nantinya memberikan kekuasaan atas Hameera kepada suami Dalilah, jika.. Sultan mangkat setelahnya” Jafar sengaja menggantungkan ucapannya diakhir dan alis Khofifah terangkat sebelah


“ ancamankah ini paman?” sinis Khofifah “ bagaimana jika aku berkata di rapat dewan nanti jika kau berencana kudeta paman, apa posisimu akan aman nantinya”


Jafar tersenyum manis “ oh Ratu... Kau tak bisa membuktikan apapun ,.kau hanya omong kosong, mana bukti aku ingin berkudeta, aku sangat perduli dengan keluargaku, Sulaiman adalah keponakanku, aku ingin yang terbaik bagi kesultanan Hameera, namun jika kau sangat memanksa ingin menggantikan Sulaiman maka silahkan,, namun kau akan mengabaikan tugas utama seorang istri, Ratu. Kita tidak akan tahu bagaimana kondisi Sultan jika kau tak bersamanya” kkat-kata Jafar sangat tersirat sebuah ancaman, secara tak langsung ia berkata lindungi Sulaiman atau dia mati.


Ucapan Jafar membuat Khofifah meragu,, jelas Jafar mengancam keselamatan Sulaiman, dan mengancam dengan kaburnya Dalilah.. Khofifah menyerah dan berharap keajaiban terjadi Suaminya bangun dengan segera dan memperbaiki keadaan ini.


Khofifah mengakat wajahnya ia tak ingin menunjukan kelemahan kepada Jafar lalu ia berkata “ baik .. hanya sementara dan kau harus menunjukan apa isi rapat dewan yang akan disetujui nanti , memastikan jika kau benar-benar mementingkan kesultanan ini buakan untuk melakukan kudeta kepada Sulaiman”...” hanya sampai Yang Mulia sakit dan saat ia siuman maka kau harus kembali keposisimi semula” anggun Khofifah mengingatkan Jafar.


“ Tentu Ratu, yang kulakukan hanya untuk kemajuan Hameera, ku dedikasikan hidupku demi keponakannku Ratu, ini adalah tanda pengabdian ku denagan tulus  Hameera”  ucap Jafar lalu ia menundukkan dirinya memberi hormat kepada Ratu


Sepeninggal Khofifah , Jafar terseyum jahat,, tentu saja ini kudeta , kudeta yang sangat elegant, gunakan otakmu dan kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan,.sedikit lagi Jafar bersabarlah..


❇️❇️❇️❇️❇️❇️❇️❇️

Done bab ini ya gaeees



Nah seperti yang Mimin tanya tadi jadi menurut kalian mereka harus saling tahu apa enggak..




Jadi klunya adalah jika Dalilah bertanya kenapa ada foto dia di dompet Maheer maka jati diri masing-masing bakalan terubgkap dan akan da cerita lain selanjutnya (tapi masih rahasia yaaaa)




Klu ke dua Dalilah mengambil fotonya dan menyembunyikannya sampai ia mencari tahu apa Maheer sengaja tak mengenalinya dan kenapa ( dan ada lanjutan yang berbeda dari cerita diatas tapi masih rahasia) 🤭🤭🤭





Monggo pilih ya,jangan lupa komen ya karna yang baca cerita Maheer ini udah nyampe 100 orang loh ...Mimin minta suaranya yaaa untuk yuk kita bikin cerita bersama anggap aja destiny ini adalah karya Mimin dan para reader 😘😘😘






Salam sayang sejutasatupena
22 Mei 2021




Destiny ( the story of prince maheer) Tamat ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang