Bab : 20

650 74 8
                                    

Hai bagaimana kabar kalian, berhubung ada ide jadi Mimin update ya .. walau gak panjang-panjang amat tapi semoga menghibur kalian.






Update





Update





Happy reading ❤️



Iring-iringan mobil memasuki pekarangan istana, didepan sudah menunggu Ratu Khofifah dan juga Jafar

Terlihat ketegangan diantara keduanya walaupun tidak saling menunjukan..

20 menit sebelumnya ...

“Apa!!!” Jafar mengebrak mejanya.

“Iya Yang Mulia .. Ratu Khofifah meminta untuk mempersiapkan penyambutan untuk kedatangan putri Dalilah yang akan kembali dari masa berliburnya”

“ Bagaimana bisa ia kembali?” Tanya Jafar

“ Hamba mendapat informasi ,jika Jendral Murad yang menjemput putri , Yang Mulia” jawab pria itu menundukan kepala

“ ehmm jadi sang Jendral yang telah menemukan putri, sial!! Dia memang cakap” ucap Jafar lebih kepada dirinya sendiri.

“ baiklah ,, lebih baik aku berada disana menyambut cucu keponakanku” lanjut Jafar.

......

Jafar mendekat kearah arah dimana Khofifah berada.

“ Salam Ratu” ucap Jafar mberi salam.

“ oh paman , salam untukmu juga paman, senang melihat paman ikut bergabung bersamaku menyambut kedatangan putriku” manis Khofifah dan ditanggapi dengan wajah masam Jafar.

Iringan mobil masuk digerbang istana dan wajah Khofifah semakin berkembang, ia tak bisa menutupi kebahagiannya. Mobil Jendral dan mobil SUV yang membawa maju mendekat kearah Khofifah berada dan berhenti tepat dihapana Khofifah.

Jendral Murad yang pertama kali turun disusul anak buah sang Jendral mendekat kearahobil SUV membukakan pintu di kiri dan kanan penumpang. Pemandangan ini tak luput dari perhatian Jafar dan alisnya terangkat cukup tinggi melihat ternyata putri Dalilah tidak sendiri . Tapi di sisi pintu lainnya turun seorang pria yang mengenakan stelan jas mewah jelas sekali ini dibuat khusus dan pria itu menggunakan Arm Sling. Dan Jafar seperti mengenal pria itu dan dibelakang pria itu ia melihat pangeran Maheer mengekori pria yang mengenakan Arm Sling. Ia mengenali pangeran Maheer karena ia banyak memperhatikan pria itu saat kunjungan pertamanya, pria yang kikuk.

“ Salam hormat Yang Mulia Ratu “ salam Jendral

“ Salam untukmu jendral” jawab Khofifah

“ ibuuuuu” Dalilah berlari kearah ibunya memeluk erat Khofifah.

“ Putriku senang kau kembali” haru Khofifah

“ Maaf ibu akuu..” Khofifah memotong kata-kata Dalilah dengan matanya sambil menggeleng pelan “ aku sangat merindukanmu ibu” Dalilah mengganti kata-kata.

“ Ehmmm” Jafar berdehem mengalihkan perhatian Dalilah “ bagaimana liburanmu putri, aku mendengar kau berlibur” ucap Jafar

“ salam paman.. ya aku berlibur , sangat menyenangkan” ucap Dalilah

“ Aku merasa kau bukan berlibur tapi kabur “ tanpa basa basi Jafar berkata

“ Aku hanya tertekan paman” Dalilah memutar bola matanya “ dan aku membutuhkan liburan, bukan kabur dan tebak dengan siapa akhirnya aku bertemu “ senang Dalilah

Semua mata menuju kepada Ali alih-alih Maheer padahal Ali tepat berada di belakang Maheer.

“ Ah aku melihat pangeran Maheer “ ucap Jafar “ mengapa berdiri disitu pangeran kemarilah” ajak Jafar kepada Ali.

“ selamat siang Ratu Khofifah dan tuan Jafar ,, maaf mungkin saya harus memperkenalkan kembali diri saya kepada kalian semua dan saya juga akan meminta maaf kepada kalian terutama Ratu” ucap Maheer menyela Jafar.

“ Perkenalkan saya adalah Maheer pangeran dari Alhaya. Dan yang ada belakang saya adalah juru bicara yang di tugaskan kakakku Sultan Omar untuk mendampingiku” lanjut Maheer

Semua orang terkesiap terkejut dengan ucapan Maheer “ dan maaf bukan saya ingin mempermainkan anda Yang Mulia Ratu Khofifah” Maheer menerangkan

“ Apa ini lelucon!” marah Jafar.

“ Tidak Paman, ehmm ini adalah salahku, sepertinya pangeran sebelum datang ke istana sudah tahu jika aku ‘pergi’ “ Dalilah menggunakan kedua jarinya untuk menggunakan tanda kutip kabur.

“ jadi pangeran merasa tersinggung karena penolakanku” Dalilah menaruh tangan kanan didadanya sebagai tanda dia menyesal dan permohonan maaf.

“ Jadi dia bertukar tempat dengan juru bicaranya” lanjut Dalilah.

“ Bagaimana bisa info kau pergi sampai di telinga pangeran” tanya Jafar ingi. Mengorek kebenaran “ apa kau menyusupkan orangmu di istana Sulaiman, pangeran! Ini seperti anda mengintai kami, mengundang perang diantara kami dan Alhaya “  Jafar seolah memprovokasi.

“ tidak seperti itu tuan, kami memang memerintahkan sesorang untuk datang ke istana Yang Mulia Sulaiman sebelum kami datang, sebagai keamanan kami, tapi saat pesuruh kami akan melapor kepada istana terlihat keributan di istana “ ucap Maheer berbohong namun apik sampai kebohongan itu seolah-olah benar adanya “ dan salah seorang pegawai anda mungkin ceroboh memberi tahu apa yang terjadi di istana” ... “ dan anda harus meminta pegawai anda untuk lebih berhati-hati kedepannya agar tidak memberi informasi yang sangat fatal kepada orang lain” Maheer mengingatkan. Tatapannya jatuh kepada Dalilah yang memberikan seyuman kemenangan , padahal ia'lah yang berjanji akan meluruskan kesalah pahaman ini.

“ ibu.. pangeran Maheer tidak sengaja ibu dan bukan ingin menyinggung istana Hameera, ia melakukan itu karena kecewa padaku” Rajuk Dalilah kepada ibunya “ ini salahku ibu”

“ saya pribadi benar-benar ingin meminta maaf kepada anda Yang Mulia Ratu dan Sultan Sulaiman, jika saya menyinggung istana Hameera” Maheer membungkukan tubuhnya dengan menyilang kan tangan yang tidak terluka di dadanya.

“ oh baiklah pangeran , akupun memang harus meminta maaf atas tindakan putri “ ucap Khofifah

“ tunggu” ucap Jafar dan semua orang memandang kearahnya “ bagaimana kita nyakin ini bukan tipuan dari Alhaya, kau bisa saja bukan pangeran, kalian hanya ingin mempermainkan kami, hati-hati ini sama saja kalian mengundang perseteruan antara dua kesultanan” provokasi Jafar

Mata Dalilah menyipit , ingin sekali ia memaki pamannya “ paman , aku jaminannya jika ia benar pangeran Alhaya , pangeran Maheer” ucap Dalilah

“ kau sangat polos sayang, aku sangat hawatir padamu, jangan sampai kau dimanfaatkan oleh pria atau penipu” halus Jafar “ dan sangat kebetulan sekali Jendral ada disini, ia bisa menangkap pria ini” Jafar menatap Jendral Murad dan Jendral menatap kearah Ratu.

Dalilah sudah akan membuka mulutnya membantah semua ucapan Jafar tapi di potong Maheer

“ Aku bisa membuktikan jika aku memang pangeran Maheer , aku bisa menghubungi kakakku Sultan Omar” Maheer mengambil ponsel di sakunya dan melakukan panggilan video call  dan dalam deringan pertama video itu di jawab oleh Omar dengan nada seperti Omelan

“ Maheer kemana saja kau!” itulah suara pertama yang mereka dengar “ kenapa tanganmu” Omar melihat tangan kanan Maheer yang mengenakan penyangga.

“ Ups.. salam Yang Mulia Sultan Omar , kakak” ucap Maheer Formal dan Omar menyadari jika Maher berkata tidak seperti biasanya , lalu ia terdiam “ aku berada di istana Sultan Sulaiman , kak. Dan Ratu Khofifah ada di depanku” lanjut Maheer lalu mengarahkan layar ponselnya kedepan Khofifah , dan Khofifah menerimanya

Jafar bergerak kebelakang Khofifah memastikan jika yang berbicara adalah Sultan Omar karena ia sudah beberapa kali bertemu dengannya,ia berharap orang lain di dalam layar ponsel itu tapi ternyata Sultan Omar memang yang sedang berada di sana.

“ Salam Yang Mulia Sultan Omar “ ucap Khofifah.

Omar sedikit terkejut dengan siapa dia berbicara tapi ia cepat merubah ekspresinya “ Salam Ratu Khofifah, saya turut prihatin dengan keadaan Yang Mulia Sultan Sulaiman. Maaf Kami belum bisa berkunjung untuk menjenguk Yang Mulia, dan saya berharap Yang Mulia Sultan Sulaiman cepat kembali pulih” ucap Omar tulus

“ Tidak apa Yang Mulia , doa anda sudah cukup berarti bagi kami, dan ada pangeran Maheer yang mewakili anda disini” jawab Khofifah

“ Ah ya .. Maheer memang berkata dia ada di Hameera, maaf jika adiku merepotkan Anda Yang Mulia Ratu” ucap Omar

“ tidak Yang Mulia, kami sangat terhormat bisa menyambut Pangerang di istana kami” jawab Khofifah

“Terima kasih Yang Mulia Ratu” ucap Omar dan Khofifah memberikan ponsel itu kembali kepada Maheer

“ baik Yang Mulia. Kita akan berbicara lagi nanti” Omar memeberikan tatapan menusuk kepada Maheer

“ Baiklah , jaga sikapmu Maheer , kira akan bicara nanti “ ucap Omar lalu menutup teleponnya.

Maheer memasukan kembali ponselnya kedalam saku celana.

“ Tuan Jafar apa bukti ini cukup untuk mengatakan jika aku bukan penipu “ skak Maheer menekan kata penipu

“ maaf pangeran atas kelancaran saya, dan selamat datang di istana Hameera” rahang Jafar mengeras kentara sekali ia malu dan marah. Tapi ia coba tutupi dengan berkata dengan lembut dan sopan.

“ Yang Mulia saya mohon pamit jika begitu, tugas hamba telah selesai “ ucap Jendral Murad

“ Terimakasih Jendral , bantuan anda sangat berarti” ucap Khofifah

“ Sudah tugas saya Yang Mulia Ratu, untuk mengabdi kepada istana dan Sultan Sulaiman” jawab Jendral Murad Dan ia memberi anggukan kepada Dalilah dan tatapan kepada Maheer, melewatkan Jafar. Lalu pergi menaiki mobil dan di susul mobil lainnya

Khofifah mengajak mereka masuk kedalam saat dari dalam muncul dengan terengah kentara sekali jika orang itu berlari menuju kedepan istana

“Dalilah” engah Fajar “kau kembali”

“ Fajar!” Kejut Dalilah karena fajar mengejutkan mereka.

“ Maaf Ratu, salam Ratu” ucap Fajar

Khofifah memberi senyuman memaklumi “ tidak apa-apa Fajar, kita semua senang Dalilah akhirnya kembali, kau pun senangkan putri kembali”

“ yah aku sangat senang Dalilah , maksudku putri Dalilah kembali” ada raut wajah bahagia yang tak bisa di tutupi Fajar dan ia baru menyadari jika yang datang tak hanya Dalilah seorang ada orang lain yang ada di pintu depan, dan Fajar mengenal pria dibelakang Ratu dan Dalilah , pria yang bersama Dalilah ditaman.

“ mari pangeran kita kearah sini, aku akan mengantar anda ke kamar anda “ ucap Khofifah.

Fajar menyisi kepinggir memberi jalan kepada Ratu dan Maheer , ia berjalan di samping Dalilah

“ Kemana saja kau selama ini Dalilah, aku mencarimu kemana-mana , aku menghawatirkanmu dan siapa pria itu, aku merasa mengenalnya” bisik Fajar

“ Itu pangeran Maheer , Fajar. Dan terima kasih sudah menghawatirkanku” terlihat kerut di wajah fajar, seingatnya wajah pangeran Maheer tidak seperti itu lalu dia menoleh ke belakang ada pria lain yaitu Ali

“ pangeran Maheer ?” Spontan Fajar dan Ali hanya memberi seyum sopan

“ Oh itu bukan pangeran Maheer ,itu Ali dan ceritanya panjang, kau melewatkan kedatangan kami Fajar” ucap Dalilah dan Fajar menoleh kearah Dalilah tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

“ ya aku terkejut mendengar kau datang, dan aku cepat-cepat kedepintu utama untuk melihatmu , karena aku mendapat kabar dari Fatimah saat aku berpapasan dengannya jika kau pulang dan Ratu sedang menyambutmu di depan, sepertinya aku sangat terlambat” Mereka berjalan mengekori Ratu dan entah sejak kapan Jafar sudah menghilang dari pintu depan setelah Ratu mengajak mereka masuk.

“ Ya kau sangat terlambat, tadi cukup seru” kikik Dalilah.

“ Apa yang lucu Dalilah , kau harus ceritakan padaku nanti” pinta Fajar

“ ehmmm yah mungkin nanti aku akan bercerita” ucap Dalilah masih dengan seyuman mengembang di wajahnya.

Tanpa di sadari mereka sudah berada tepat dipintu kamar tamu.

“ Selamat datang pangeran dan selamat beristirahat , mungkin anda lelah dan makan siang anda akan diantar ke kamar anda , nikmati siang anda pangeran “ ucap Khofifah

“ maaf Ratu bagaimana keadaan Yang Mulia” tanya Maheer

“ belum ada kemajuan, dokter berkata Yang Mulia koma , mungkin karena benturan keras yang mengenai syaraf dikepala Yang Mulia” ucap Khofifah terdengar bergetar, ia berusaha tegar.

“ Bolehkah saya melihat Yang Mulia Sultan , Ratu?” tanya Maheer

“ ya tentu saja , mungkin setelah anda beristirahat , aku akan mengantar anda melihatnya “ ucap Khofifah

“ Lalu bagaimana keadaannya sekarang ibu” tanya Dalilah

“ kondisinya stabil , semuanya baik hanya saja ia tak bangun” jawab Khofifah “ tenang nak, ayahmu akan baik-baik saja” Khofifah menenangkan Dalilah dan ucapannya juga lebih tepatnya untuk ketegaran dirinya

“ baik selamat siang pangeran selamat beristirahat “ pamit Ratu

“ baik terima kasih Ratu atas keramahan yang ada berikan saya akan beristirahat terlebih dahulu sebelum melihat Yang Mulia Sultan” hormat Maheer

“ Ayo Dalilah aku akan mengantar kekamarmu “ ajak fajar meraih lengan Dalilah dan itu terlihat oleh Maheer.

Dalilah mentap kearah mata Maheer dan Maheer hanya mengakat kedua bahunya pelan seolah berkata ' pergilah aku tidak perduli ' , sayang sikap Maheer membuat hati Dalilah merasa kecewa.

“ Baiklah ibu... pangeran aku permisi” pamit dalilah

“ Ya kau pergilah beristirahat, Fajar akan mengantarmu, kau pasti lelah..ibu akan melihat ayahmu” ucap Khofifah meninggalkan mereka ke arah yang berbeda.

Maheer hanya memperhatikan Dalilah pergi menjauh dan menghilang dibelokan dengan masih di genggam lengangnya oleh Fajar.

Maheer menghembuskan nafasnya “ aku harus menelepon kakakku Omar , aku berhutang penjelasan kepadanya. Ali kau bereskan semua barangku” ucap Maheer masuk kedalam kamar dan di susul Ali.


❇️❇️❇️❇️❇️❇️❇️❇️❇️


babang Maheer pinter banget sih spil2 gt sama jafar..skak mat kan dia...












Nah udah masuk istana nih ya ,, gimana kelanjutannya ya..mimin juga belum ada Ilham 😂😂😂 gak tau mau sampe berapa bab ini cerita..doain sehat aja sama ngalir ide ya amiiin, makasih loh yang dibab sebelumnya ngasih komen yang isinya penyemangat buat Mimin ,.i love you deh pokoknya..jangan lupa kasih komen ya biar Mimin tambah semangat.









Salam sayang sejutasatupena
21 Juli 2021

Destiny ( the story of prince maheer) Tamat ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang