YOUR HEARTBEAT : BAB 5

2.4K 203 4
                                    

Aku bangun dan langsung mandi. Aku ingin sekali memasak untuk Arya. Karena dia sudah baik padaku memberiku nafkah 15jutanya. Entahlah masih banyak sekali rahasia darinya.

"Aryaa..."

Aku memanggilnya di depan pintu kamarnya. Namun tak ada sahutan darinya. Kubuka pintu kamarnya perlahan. Kosong. Udah pergi kemana dia pagi-pagi buta begini. Gak pamitan sama istri. Dasar gak punya sopan santun sama istri pikirku. Aku meraih ponselku dan mengirim pesan padanya.

Arya kamu dimana ? Kok gak ada di rumah ?

Kami telah bertukar nomor ponsel satu sama lain. Jadi gampang sekali kalo menghubungi dia. Lama tak ada balasan. Aku mulai memasak untuk sarapan. Ku buat sandwich telur andalanku. Sesekali mengecek ponselku tak ada balasan apapun dari Arya.

Pagi baby. Aku keluar kota dulu ya. Ada kerjaan jadi sopir. Lumayan kan untuk tambahan menafkahi kamu.

Hah keluar kota. Kemana dia. Apa benar dia kerja menjadi sopir. Kenapa aku jadi meragukan dia.

Iya. Cepat pulang ya.

Kenapa ? Udah siap digoyang sampai pagi ?

Aku mendengus kesal dengan balasan pesan Arya. Dasar masih pagi otaknya sudah mesum.

Udah nyetir yang bener. Hati-hati ya.

See you baby

Aku bosan sekali berada di apartemen ini sendirian dan tak ada pekerjaan apapun. Ingin sekali rasanya aku bekerja. Tapi jika Arya tau pasti dia marah. Bagaimana jika nafkah lahirnya diminta lagi olehnya. Enggak enggak udalahlah emang sebaiknya aku di rumah.


*

***

Dua hari sudah berlalu. Arya tak ada tanda-tanda pulang. Tak mengabariku sama sekali. Bahkan mengirim pesan pun tidak. Apa ada orang yang bekerja sebagai sopir sampai 2hari 3malam gak pulang. Atau dia marah karena aku menolak untuk memberikan nafkah batinnya. Aku bingung harus melakukan apa. Kuguling-gulingkan tubuhku di atas ranjang.

Terdengar pintu terbuka. Pasti itu dia. Aku keluar kamar untuk melihat dan benar dia telah pulang.

 Aku keluar kamar untuk melihat dan benar dia telah pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan senyuman khasnya dia memandangku. Aku hanya melihatnya dan berjalan ke dapur.

"Amanda buatkan aku kopi"

"Iya" jawabku. Seperti terhipnotis aku menuruti perintahnya dengan patuh. Wajahnya yang terlihat sangat lelah membuatku kasian padanya. Mungkin dia capek karena harus duduk di bangku kemudi begitu lama.

Your Heartbeat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang