POV Amanda.
Aku selesai memasak capcay untuk menu makan malam kami. Arya sedang memainkan ponselnya sambil merokok di depan tv.
Sejak kejadian Willy yang membuat gaduh di kantor serta mengganggu ketenangan rumah tanggaku juga Arya membuat pikiran Arya menjadi kacau. Dia semakin over protektif terhadapku.
Aku merindukan kehidupan tenangku di kampung nenek bersamanya. Tanpa ada rintangan apapun termasuk Willy.
"Mas , yuk makan. Udah siap nih" ajakku. Arya mengangguk. Dia mematika putung rokoknya ke dalam asbak dan berjalan ke arah meja makan.
"Baby aku pengen hari minggu lusa kita car free day deh." Katanya sambil menuang air putih ke dalam gelas kami.
Aku tertawa menatapnya. "Kenapa kamu tiba-tiba mau car free day an mas ? Hahaha.. ngidam ?" Tanyaku dengan menyendokkan sayur ke dalam piringnya.
"Iyaa aku pengen aja baby. Mau ya ?"
Aku twrsenyum sambil menatapnya dengan pandangan manja. Dia menutup matanya dengan kedua tangannya. "Iisshh kamu kenapasih , baru juga ditatap gitu udah tutup mata." Gerutuku.
"Aku melindungi si joni dari tatapan mautmu itu baby. Kasihan dong joni harus menghajar mama setiap hari." Ucapnya dengan nada memelas. Astaga..
Aku mencibikkan bibir. "Halaaahh kamu juga gak nolak kan kalo disuruh kayak gitu ?" Seketika dia tertawa , "mau sekarang baby ?" Tanyanya.
"Nggaakk...udah ah makan mas.."
Bel pintu berbunyi. Seketika kami berdua terdiam dan saling menatap.
Daaaggg..daaagg..daagg...
Suara ketukan pintu yang keras itu begitu mengusik waktu makan malam kami. Sepertinya jika itu mama atau papa tidak akan seperti itu. Atau jika Ferdi malah tidak mungkin lagi. Aku dan Arya saling mengerutkan dahi. Siapa yang datang itu.
****
POV Arya.
Amanda meletakkan sendoknya di piring yang sudah terisi nasi beserta sayur capcaynya. Dia berdiri menggeser kursi lalu berjalan ke arah pintu. Aku meraih tangannya. "Baby..biar aku aja." Amanda terus menatapku.
"Aryaaa..buka pintunya." Suara teriakan itu begitu tak asing di telingaku.
Willy ? Mau apa dia kesini ? Berani sekali dia mengganggu ketenangan kami. Sudah seminggu yang lalu sejak terakhir kami bertemu dan memperingatkan dia untuk tidak mengganggu Amanda lagi. Sekarang dia membuat onar di rumahku.
Saat pintu itu terbuka , kulihat wajah Willy seperti geram. Aku memicingkan mata memandangnya. "Mau apa lo kesini ?" Tanyaku dengan kesal.
Willy melewatiku dan masuk ke dalam apartmentku begitu saja. Amanda berdiri dibelakangku. Kulihat ketakutan didalam wajahnya.
"Aku udah jual rumahku. Dan sekarang aku nggak punya tempat tinggal. Aku mau tinggal disini." Ucap Willy dengan intonasi nada sedikit tinggi.
"Rumah lo , lo jual itu urusanmu , kenapa lo malah mau numpang disini. Nggak ada. Keluar sekarang." Teriakku padanya.
"Heh..jangan lupa kata tante apa yang lo miliki juga bisa gue miliki. Gue mau apartment ini." Ucap Willy lagi.
"Willl lo keluaar sekarang dari rumah gue."
"Hahahha oke oke gue keluar tapi gue mau istri lo ikut sama gue. Gimana ?" Emosiku semakin memuncak. Aku berikan beberapa pukulan di wajahnya. Kami berdua bertengkar hebat. Amanda berlari ke kamar dan menutup pintu.
"KELUAAARR DARI RUMAAH GUE..SETAAAN LO" teriakku.
"GAAKK GUE GAK AKAN KELUAR. LO YANG KELUAR. GUE MAU TINGGAL DISINI. LO JANGAN SERAKAH AR , LO UDAH PUNYA SEGALANYA. GUE CUMA MINTA RUMAH LO DOANG." jawabnya.
Amanda keluar dari kamar dengan nafas yang cepat. "Mass..kita cari tempat tinggal lain aja!!" Katanya. Dia menatap Willy dengan penuh amarah. Lebam di pipi dan ujung bibir sebelah kiriku terasa perih.
"Ini bukan masalah tempat tinggal lain baby. Tapi apartment ini adalah hasil jerih payahku pertama kali aku bekerja dengan papa. Jika aku berikan padanya dengan cuma-cuma pasti akan berakhir dijual juga sama dia." Jawabku.
"Aku gak mau tau , lo dan istri lo mau gak mau harus terima gue disini. Kalo lo gak mau lo bisa pergi , istri lo kalo mau disini boleh." Ucapnya sambil memandang Amanda. Aku mengepalkan tangan dan menatap tajam ke arah Willy. Aku siap melambuhkan seranganku padanya. Amanda mencegahku. Dia menggeleng dan berkata jangan dengan bibir yang tak bersuara.
Aku memeluk Amanda dan mengelus kepalanya. Dia menitikkan air mata dalam pelukanku. Willy melangkah keluar meninggalkan kami tanpa sepatah kata pun.
Aku melepaskan pelukanku dan menyeka air matanya. "Kita pulang aja ke rumah mama baby." Dia menggelengkan kepala pelan. "Aku nggak enak mas tinggal di rumah kamu." Jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya. Sepertinya Amanda sedang menggodaku.
"Kenapa ?"
"Karena rumahmu bagus banget mas.." candanya dan aku tertawa geli mendengar jawaban Amanda. "Iyaa terus kenapa baby.."
Dia menggelengkan kepala. "Tiap aku kesana aku takut mas.."
"Takut apa ?"
"Takut nyasar mas. Rumahmu tuh selebar bandara. Yang aku hafal jalan ke dapur dan kamar kamu doang."
"Hahahha astaga baby. Tapi emang benersih aku aja kadang kalo dari dapur mau ke taman belakang aku naik ojek online." Jawabku asal.
Dia menggelengkan kepalanya lagi. "Pasti mama dari dalam rumah mau ke taman butuh waktu berjam-jam kan." Aku mencibikkan bibir dan mengangguk-anggukan kepala. "Tisu di kamar mandi papa pasti bergambar dolar amerika. Beda sama tisu di rumahku yang di kampung. Beli dua gratis satu harga promo lagi." Sahutnya lagi.
"Hahahha terus apalagi baby ?"
"Selimut di kamar mama juga pasti dari sutera dan serat emas. Dan asisten rumah tangga kamu mas pasti gajinya diatas UMR."
"Hahahaha baby..." aku tertawa dan msraih tangannya. Aku tau Amanda mencoba menghibur diriku dan dirinya sendiri dalam situasi yang seperti ini.
"Hmm.."
"Makasih yaa kamu tetap setia disampingku dalam keadaan apapun." Aku mencium punggung tangannya. Amanda tersenyum dan memeluk erat diriku.
"Sama-sama sayang. Aku pasti selalu ada buat kamu." Jawabnya. Aku tak tau lagi harus berkata apa. Kata-kata Amanda mampu membuatku sedikit lega dan memberikan kekuatan untukku.
"Baby.."
"Iyaa ?"
"Kalo kamu nggak mau tinggal di rumah mama. Aku beliin kamu rumah yaa.."
Amanda menatapku dengan tajam , "hmm tapi aku yang pilih yaa ?" Aku mengangguk. Kekuatanku seakan kembali lagi. Aku rela kehilangan apapu asal jangan kamu baby.
"Udah peluk-pelukannya ?" Suara Willy membuat kami terkejut. "Gue cuma mau bilang , besok gue mulai tinggal disini. Jadi lo berdua harus terbiasa dengan itu." Ucapnya lalu pergi. Amanda segera meneutup pintu apartment kami.
"Udah sayang ya nggak usah dipikirin , besok kita pergi aja dulu dari sini aku nggak mau disini." Aku mengangguk mendengar ucapan Amanda. Rasa lapar entah pergi kemana. Yang ada dipikiranku saat ini bagaimana cara menghadapi Willy agar tidak semakin gila merebut semua yang bukan haknya.
Bersambung....
Haiii besok up malam yaa mungkin cuman 1-2BAB. Selamat membaca. Jangan lupa vote yaa..
Kalian tim siapa nih ? Mas Arya apa Bang Willy ??
Kalo aku tim Bela bakso telurnya dua ajah 😂😂😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Your Heartbeat (END)
RomansaBaru tiga hari menikah bersama Reza , Amanda harus merasakan sakit yang begitu dalam karena ditinggalkan oleh suaminya. Hidup Amanda berubah setelah bertemu dengan Arya. #1 Arya-2 Juni 2021-30 Juli 2021 #1 Amanda-9 Juni 2021