YOUR HEARTBEAT : BAB 41

1.5K 197 11
                                    

Mama dan Papa yang sedang bercengkrama sambil menonton tv di sofa menoleh ke arah kami. Arya mengambil payung dengan bibir yang terus mengerucut dan wajah tak ikhlas. Seperti udah siap dikuncir kuda bibirnya. Aku tak peduli dengan sikapnya , yang penting aku makan bakso si Bela.

"Mau kemana ?" Tanya Papa.

"Beli bakso Pah. Papa mau ?" Tanyaku kembali.

Papa mencibikkan bibirnya. "Boleh. Mama mau mah ?"

Mama mengangguk. "Saos sama sambalnya dipisahin ya sayang" kata Mama.

"Tapi Pah , Mah..ini baksonya beda loh. Dagingnya sedikit tepungnya banyak. Bukan yang biasa papa dan mama makan." Jawabku. Aku takut mama dan papa kecewa karena rasanya tidak sesuai ekspektasi mereka. Sepertinya wajah mama dan papa bingung.

"Nggak apa-apa nak. Papa lapar lagi nih" kata Papa. Mama mengangguk sambil memberikan senyuman.

Aku mengangguk dan berjalan keluar bersama Arya dalam satu payung. "Pegangan..licin" katanya sambil menggait pinggangku.

"Iyaa mas." Aku meliriknya lalu memanggil Bela. "Belaaa..bakso" teriakku.

Mata Bela melebar sambil mendorong gerobaknya. "Yuhuuu I'm caming mandaaaa..." teriaknya sambil melambai-lambaikan tangannya pada kami.

"Selamaaat syoreee abang Aryaaa yang tamvannya tiada taraaaa.. iihhh ganteng deh apalagi kalo lagi cemberut giniiii...gemeeeess deh Bela" dia mencolek dagu Arya dengan cepat Arya menepisnya.

"Gak usah banyak bacot. Bakso empat!!"

"Aaahhh Bang Arya.. kan emang empat Bang. Punyamu dua punyaku dua. Yakaaaannn..."

Arya melirik tajam ke arah Bela. "Cepettaann bikin"

"Iyah iihh bang Arya mah gitu. Pas bang kita dua dua. Waktu dan tempat Bela persilahkan"

Arya mengernyitkan dahinya dan memundurkan kepalanya. "Bang , nanti malam jam dua belas Bela tunggu ya di rumah kosong ujung jalan." Bisiknya pada Arya.

"Idiihh pake alas apa enggak ?" Tanya Arya.

"Aaaawww terserah abang. Bela pasraahhh..." teriaknya.

"Dasaaarr bancii edan. Udah buruaann bikin"

"Sabar dong Bang. Bungkus apa di mangkok ?" Tanyanya.

"Bungkus." Jawab Arya sambil membuang muka.

"Rapet gak bang bungkusnya ? Kalo rapet punya Bela masih rapet loh bang"

Arya geram. Dia memberikan payung kepadaku. Lalu berkacak pinggang. "Udah pernah di gampar belum ?" Tanyanya dengan wajah berapi-api.

Bela menggelengkan kepala. "Eeh Manda , ganteng-ganteng galak ya suamimu" katanya padaku. Aku tersenyum menahan tawa.

"Pakai bihun nggak bang ? Kalo aku sukanya pake biha" katanya sambil cekikikan.

"Gak" jawab Arya singkat.

"Eehh kenapa gak suka bihun ? Licin ya bang gabisa disendok. Selera kita sama bang Arya" katanya lagi. Arya membuang muka.

"Sayur ?"

"Pakein Bel. Aku mau sawi sama kubisnya yaa" jawabku cepat.

"Mau bakso apa nih bang. Kasar atau halus ? Kalo Bela mah kasar ayo , halus juga ayo. Tergantung bang Arya aja maunya gimana" katanya sambil memandang genit ke arah Arya.

Arya mengerutkan muka menatap Bela. "Campur aja Bel udaah" kataku cepat.

"Ok siaaap Manda. Khususon babang kesayangan Bela di kampung ini. Orang tertamvan sekabupaten babang Arya aku tandain plastiknya aku sobek. Karena bang Arya spesial aku bonusin bakso telurnya dua. Kan bang Arya telurnya juga dua" ucapnya dengan terus cekikikan.

Your Heartbeat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang