YOUR HEARTBEAT : BAB 48

1.5K 176 11
                                    

Halloo maaf yaa baru up. Revisinya ketunda teruss 😊 Apa kabar hari ini ? Sehat-sehat semua yaa kaliaann.

Eeiitsss vote dulu yuk.. SELAMAT MEMBACA 💜💚

*

*

*

"Kata siapa ? Siapa yang bilang ? Mana orangnya sini biar aku hajar kalo ngatain istriku kayak gitu." Ucapnya. "Aku suka lihat wanita hamil. Apalagi itu ibu dari anakku." Bisiknya di telinga seraya mengelus pipi ini dengan punggung jarinya.

Sepertinya emosi Arya sudah berkurang. Dia mendorongku pelan untuk berbaring dengan membuka paksa mulutku mengajak lidah ini menari di dalam sana. Bahkan menghisap kuat , dan aku hanya mampu pasrah dengan semua perlakuannya. Rasa nikotin yang manis serta sedikit khas membuat candu setiap hisapan yang diberikan olehnya.

Tangannya tentu saja tidak tinggal diam. Aku hafal sekali dengan hal itu. Tangannya mengusap pelan serta memasukkan jarinya di dalam sana. Lalu dia mengusap benda kecilnya yang semakin lama sudah mengeras. Ini membuatku semakin basah. Rasa ingin sudah sangat menguasai diriku. Rasanya menggelitik dan sudah tak tahan lagi.

Bibirnya naik turun menciumi leherku. Menghisap kuat disetiap jengkalnya. Aku menengadah untuk membuatnya semakin leluasa menghisapnya. Dadaku kunaikkan agar sedikit menggoda. Ciuman Arya turun dada. Dia mulai menyesap ujung payudaraku.

"Sshh..." Aku merintih tertahan saat dia memasukkan jarinya ke dalam sana. Lalu dia mencium perutku yang sedikit membuncit berkali-kali. Mengelusnya lembut agar dia bisa merasakan kasih sayang kami. Aku meraba rambut Arya dan tersenyum.

Lalu kemudian kepalanya turun ke bawah. Dia menunduk dan menggantikan jarinya dengan lidahnya. Jujur saja sebenarnya aku sangat tak nyaman Arya melakukan ini. Tapi aku bisa apa. Perasaan campur aduk antara nikmat dan geli bercampur menjadi satu saat ini. Aku tak mampu untuk mengatakan tidak.

"Maash.." aku menggelengkan kepala mengisyaratkan untuk Arya berhenti melakukan itu. Rasanya sangat geli , berdenyut semakin kuat dan ingin meledak dibawah sana. Aku sedikit duduk dan menjambak rambut Arya agar dia menyudahi permainannya. Namun Arya semakin gila melakukannya. Kedua tangannya sibuk memegang pahaku dan terus menghisap kuat di bawah sana.

Ini sudah lumayan lama , tapi Arya masih asik melakukan permainnanya dibawah sana. Aliran darahku mengalir cepat , suhu badan mendadak panas , keringat menahan geli mulai bercucuran , kepalaku serasa berputar. Aku sudah tak mampu menahannya lagi. Dengan kuat aku mencekeram sprei , berteriak dan ledakan itu muncul dan Arya mulai menghisapnya dengan kuat.

"Maash..aahh u-udaahh..." seruku untuk menghentikannya dengan nafas yang terengah-engah. Dia mengelap bibirnya dengan punggung tangannya , melirikku tajam dan tersenyum penuh kemenangan seolah sudah mengalahkanku. Sungguh aku yakin pipi ini sudah seperti tomat. Aku sangat malu setiap Arya mentapku seperti ini.

Tanpa aba-aba dia langsung memasukkan joninya , aku mengerjap karena terkejut. "Shh aaahh..aahh.." dia memompanya sembari menenggelamkan kepalanya ke dadaku. Lidahnya kini mulai memainkan ujung payudaraku. Menghisap , menggigit bahkan sesekali menarik pelan dengan giginya. Aku puas mendesah , merintih dan sesekali menjerit. Tak akan ada yang mendengar jeritan kenikmatan ini. Yang ada malah menambah gejolak jiwa di dalam dada ini yang semakin membara.

"Aahh aahh baby...kenapa kamu senikmat ini ?" Erangnya dengan rancu. "Aah aah baby siapa yang bisa tahan lama lama didalam sini..aahh..." katanya lagi yang membuatku menengadah dan semakin menjepit kuat miliknya. Aku tak mampu menjawab apapun yang diucapkannya.

Semakin lama Arya semakin dalam menghujamkan miliknya. Saat merasa puncaknya sudah datang , Arya menekan kuat miliknya. Mengerang dan menenggelamkan wajahnya di leherku. Aku merintih dan bisa merasakan cairan hangat mengalir didalam sana waktu dia mencabutnya.

Dia mengelap peluh keringat di dahiku. "Makasih baby.." bisiknya.

Arya melempar tubuhnya tidur tengkurap disampingku. "Mass..." panggilku. Arya terdiam. Perutku serasa keroncongan karena kami belum makan siang. "Mas.." panggilku lagi sambil mengguncangkan lengannya. Arya membuka matanya. "Hmm..apa baby ?"

"Mas..aku laper. Makan yuk ?" Ajakku. Arya memejamkan matanya kembali. Tak ada tanggapan. Aku bedecak kesal.

Aku mencoba memencet-mencet ujung hidungnya. Dia kembali membuka sedikit matanya. "Mas..ayooo.." bisikku di telinganya.

"Kamu makan sendiri yaa baby. Aku capek banget." Dia kembali memejamkan matanya.

Aku mencibikkan bibirku. Dengan segera aku turun dari ranjang. Memunguti bajuku yang berserakan di lantai dan berjalan cepat masuk ke kamar mandi. Aku merasakan perut bawahku tak enak sekali. Rasanya nyeri saat berjalan. Mungkin karena dorongan yang sedikit keras yang diberikan olehnya tadi.

Selesai membersihkan badan di kamar mandi aku keluar kamar dan duduk di meja makan. Aku makan dengan lahap. Kegiatan tadi benar-benar menguras energiku. Rasanya dedek didalam sana juga merasakan hal yang sama. Pasti lapar juga habis di tengok papanya. Aku mengelus perutku dengan pelan.

Ponselku berdering. Aku melihatnya namun nomor tak dikenal terpampang disana. Nomor siapa ini ? Aku mengangkatnya.

"Haloo..."

"Haii Manda..aku udah di apartement nih. Tapi kamu dan Arya kok gak ada ? Kalian kemana ?"

Astaga ini Willy. Darimana dia tau nomor ponselku. Lidahku kelu saat akan menjawab. Tiba-tiba Arya berdiri di belakangku dan merebut ponselku.

"Haloo..ngapain lo telpon istri gue ? Lo mau apartement itu kan. Gue udah kasih. Apalagi ?" Teriak Arya. Aku memegang tangan Arya agar dia sedikit tenang.

"Gue mau satu lagi."

"Apa ? Perusahaan papa ? Aset gue ? Bener-bener parasit lo bangsat." Teriak Arya lagi. Aku sedikit takut sebenarnya.

"Bukan. Gue gak minta lebih kok. Gue mau istri lo jadi milik gue. Gimana ?"

Mata Arya memerah. Kemarahan terlihat jelas di matanya. Arya mematikan panggilan dari Willy. Dia membanting ponselku ke lantai. "Aaahhhhh.." teriakku. "Willy bener-bener bangsat dia." Teriaknya dengan lantang.

Aku bingung. Aku berdiri dan meraih tangannya. "Mas..mass..heyy..dengerin aku..calm down okaay..tarik nafas mass..sshh huuuftthh..." Arya memegang pipiku. Menyatukan dahinya ke dahiku. Dia memejamkan mata. "Sabaar mass.. tahan emosi kamu sayaang..." kataku. Sebisa mungkin aku menenangkan dia.

"Aku harus melakukan sesuatu buat Willy baby.." bisiknya. Aku mengangguk pelan.

Bersambung....

Your Heartbeat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang