YOUR HEARTBEAT : BAB 20

2.4K 213 13
                                    

Aku melangkah mengikuti Arya ke kamar. Sepertinya dia marah karena aku melarangnya merokok.

"Arya..."

Arya berbaring di tempat tidur. Dia terdiam. Aku mendekat padanya. Kubaringkan diriku didadanya.

"Arya.. kamu marah ?" Tanyaku lagi.

Arya sama sekali tak bergeming. Apa dia benar-benar marah padaku. Aku melakukannya karena asap rokok sangat tidak baik bagi bumil dan janin. Kenapa dia marah sih. Aku beranjak ingin meninggalkannya.

"Praaaaankkk..." teriaknya. Aku terkejut dan mendengus sebal. Kuhujani dia dengan pukulan bantalku. "Gak lucuuuuuuuu" teriakku. Dia memelukku.

"Panik gak..panik gak..paniklaaah masak enggaaaakk" katanya lagi sambil tertawa. Hufth mungkin bagi kalian Arya adalah suami idaman. Bagi sungguh dia adalah si usil yang menyebalkan.

"Hahaha maaf baby. Habis kamusih" katanya. Aku menarik diri dari pelukannya. "Eh eh mau kemana baby ?".

Aku meliriknya. Entahlah tiba-tiba terlintas di benakku aku ingin makan gudeg. Pikiran itu datang begitu saja saat melirik ke arah Arya.

"Arya.."

"Hmm apa ?"

"Aku ingin makan gudeg"

"Hah ? Gudeg ? Yakin kamu ?"

"Iya yakin. Kayaknya anak kamu minta gudeg deh" sahutku. Karena Gudeg adalah makanan favorit Arya.

"Dia bener-bener anak aku baby" katanya bangga.

"Yaiyalah anak siapa kalo bukan anak kamu ?"

"Hahahaha.. tapikan baby kamu gak suka gudeg. Dulu waktu aku ajak makan di luar kan kamu gamau"

"Iya tapi sekarang aku mau. Ayooookk" rengekku.

"Iya iya. Aku mandi dulu ya. Kamu siap-siap juga sana" katanya sambil mencium pipiku.

Aku mencari baju yang pas di lemariku. Mengambil midi dressku dan mengenakan braku. Arya keluar dari kamar mandi dan memelukku dari belakang. Tubuhnya yang setengah telanjang itu terlihat atletis dan membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona. "Kamu ngapain sih. Udah sana cepet pakai baju" kataku menutup rasa maluku di depan Arya. Walaupun Arya sudah berkali-kali melihat tubuhku tanpa busana namun tidak memakai apapun di depan dia kini masih membuat aku tersipu malu. Arya mengangguk dan memilih bajunya.

"Aduuhhh susah banget sih" gerutuku kesal karena braku susah sekali untuk dikaitkan.

"Baby.."

"Hmm apa ?" Aku masih kesusahan mengaitkan braku. Ya Tuhan.

"Gak bisa ?" Tanya Arya sambil melihatku mengaitkan bra yang gagal daritadi.

"I-iya..susah daritadi gak nyangkut"

Arya dengan cekatan membantuku. Aku sedikit malu dan tersenyum. Arya memutar tubuhku. Kedua tangannya diletakkan di dadanya. "Baby ini kekecilan. Beli yang baru ya. Ternyata gak sia-sia tiap malam diuleni" kata Arya dengan memelukku dan membuka kaitannya.

"Trus aku pakai apa ?"

"Pakai yang lain dulu. Nanti kita beli sekalian nyari gudeg ya" aku mengangguk dengan perasaan malu. Apa karena aku hamil jadi pay*daraku juga bertambah besar. Aku mencari ukuran braku yang besar tapi memang tidak ada. "Aku pakai ini aja Arya" kataku.

"Iyaudah baby. Sini aku bantuin" katanya sambil mengaitkan braku kembali. Aku merasa tidak nyaman dan sakit. "Baby apa pake plester aja kali yaa"

"Hah ? Plaster ?"

Your Heartbeat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang