YOUR HEARTBEAT : BAB 53

1.6K 188 12
                                    

Hari sudah berganti , pagi ini Arya bersiap bekerja. Setelah semalam Gavin memberikan info jika dia sudah keluar dari villa Willy , aku sangat lega karena aku tak tau apa yang akan dilakukan oleh Willy nantinya.

Dengan handuk yang hanya menutupi tubuh bagian bawahnya , Arya mengusap rambutnya yang basah keluar dari kamar mandi.

Wajahnya dari bangun tidur terus saja cemberut. Aku menolaknya semalam , bukan apa-apa modus minta dimandiin di bathtub sudah dan dia mau mengulanginya lagi malamnya ? Aku hanya takut membahayakan calon anakku. Apa aku salah ?

"Mas..nanti asisten rumah tangganya datang jam berapa ?" Tanyaku padanya yang kini sedang masuk ke arah walk in closet kami. Semoga perasaannya sudah berubah , walaupun wajahnya sedikit masih menyebalkan.

"Gak tau. Tunggu aja!!" Ketusnya dengan mengenakan setelan jasnya lalu membanting lemari.

Aku terlonjak. "Kamu itu kenapasih mas ?" Aku merengut kesal. Kenapa hal-hal yang seperti ini dia selalu saja marah. Padahal dia tau aku sedang hamil. Dia melempar handuknya ke ranjang. "Aku ikut kamu ke hotel aja ya ?"

"Aku itu kerja. Bukan main."

"Em..aku takut di rumah sendirian." Jawabku asal. "Boleh ya ?"

"Sebentar lagi asisten rumah tangga suruhan papa datang. Di rumah aja."  Jawaban dan ekspresi wajahnya lagi-lagi membuatku kesal.

"Kamu itu kenapa sih mas ? Dari tadi loh kamu tuh bawaannya emosi terus aku tanyain. Kenapa sih ?"

"Iya ini gara-gara kamu juga kan ?"

Aku ternganga mendengar tuduhannya. "Aku ? Memangnya aku kenapa ?"

"Pakai tanya!" Sindirnya.

"Apa gara-gara semalam ?" Tanyaku. Dia hanya melirikku dengan tajam. "Kamu kan udah sekali kemarin mas."

"Dasarnya aja kamu pelit." Sahutnya dengan memakai dasinya.

"Mas.. aku ini lagi hamil ya." Tegasku.

"Aku udah bilang kan. Istri yang gak ngasih hak suaminya itu bakalan kayak apa. Aku juga pelan ngelakuinnya. Apa kamu pernah kesakitan ?" Dia mendekaitku dengan wajah geram.

Dengan mengambil nafas pelan lalu membuangnya , aku berusaha mengatur sulutan emosinya. Berdebat seperti ini dengannya sudah pasti tak akan ada ujungnya.

"Kamu udah janji mau belikan aku ponsel juga kan ?"

"Iya nanti. Aku suruh Gavin beli." Aku membaringkan tubuh di tempat tidur dengan perasaan dongkol sampai dia sudah bersiap berangkat bekerja. "Ayo sarapan." Ajaknya dengan wajah datar.

"Aku gak lapar."

"Kamu lagi hamil gak mau makan ? Kamu gak kasian sama anakmu ?"

Aku bangkit dan duduk. "Kamu juga gak kasian kan sama dia mas ?" Kenapa dia bertanya seperti itu ? Aku heran bagaimana pola pikirnya ?

Dia memegang dahi lalu menggaruknya. "Lagiaan kan dokter Febrilian ngebolehin kan!" Aku mengerutkan dahi dan mencibirkan bibirku. "Iya udah ayo , kamu boleh ikut ke hotel. Nanti setelah bekerja kita cari ponsel." Dia menggandeng tanganku.

Aku bersorak gembira di dalam hatiku. "Emang gak apa-apa mas aku ikut ?" Tanyaku sekali lagi.

"Kenapa gak boleh ?" Tanyanya dengan terus menggandeng tanganku menuju meja makan.

****

Sesampainya di hotel , aku sedikit ragu untuk masuk ke dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di hotel , aku sedikit ragu untuk masuk ke dalam. Aku takut bertemu dengan Willy. Dadaku terasa sesak jika mengingat kejadian kemarin.

"Ayo ? Katanya mau ikut ?" Arya membangunkan lamunanku.

"Mas..apa di dalam ada Willy ?"

"Ck" Dia berdecak kesal. "Kalau sampai dia masih berani macam-macam denganmu aku patahkan lehernya tepat di depanmu." Lalu kami keluar mobil dan papa sudah menunggunya.

Aku ikut keluar dan berjalan di samping mereka. Semua staf menatap kami dan menyapa. Arya tiba-tiba menggandeng tanganku walaupun dia sedang fokus bicara dengan papa. Entah bicara apa aku tak begitu mengerti.

"Mas..kita ke kamar dulu ?" Tanyaku lirih saat papa berjalan menjauh meninggalkan kami.

"Ya udah kamu aku antar ke kamar. Erlin nanti aku suruh nemenin kamu." Jawabnya dingin. Aku mengangguk dan berjalan mengikutinya ke arah kamar VVIP nya.

Sesampainya di kamar , Arya masih dingin padaku. Dia hanya mengantar lalu pergi terburu-buru. Aku membaringkan tubuh di tempat tidur. Memainkan ponsel dan berharap Erlin segera datang menemuiku.

Hampir tiga puluh menit menit menunggu tiba-tiba terdengar bel berbunyi. Aku tersenyum lebar dan berjalan cepat membuka pintu.

"Erliinn..?" Teriakku dengan memeluknya. Erlin tak datang sendiri ada dua orang laki-laki bertubuh kekar bersamanya. Aku melihat mereka dengan persaan penuh tanda tanya. Siapa mereka ?

Erlin melepas pelukan ini dan menoleh ke arah padanganku. "Manda , mereka disuruh oleh tuan muda berjaga di depan pintu kamarmu. Kamu tenang aja. Kamu aman kok." Kata Erlin. Aku tersenyum kepada kedua laki-laki kekar itu.

"Silahkan nona muda masuk. Kami akan disini menjaga nona sampai tuan muda datang." Kata salah seorang dari mereka. Aku mengangguk dan segera menutup pintu.

"Mandaaa...aku kangen banget sama kamu.." teriak Erlin. Aku tersenyum. "Makasih yaa tuan muda kasih aku posisi yang baik disini. Udah gak jadi office girl lagi. Aku berjanji akan selalu bekerja dengan giat." Aku tertawa melihat ekspresi wajahnya.

"Kamu tuh yaa Lin. Kalo di belakang Arya aja kayak gini. Di depan orangnya udah takut dan gugup gak karuan." Sindirku yang masih hafal dengan eksperesinya jika bertemu dengan Arya.

"Oh iyaa Manda. Tadi tuan muda minta nomor WA-ku loh. Buat apa coba ? Atau buat malam-malam kalo dia butuh bantuanku gitu tinggal kring aja gitu kali yak ? Membayangkannya saja aku kok udah deg-deg ya Man..?" Ucapnya dengan cengengesan. Aku merasa Erlin sudah bisa bebas dan lebih bahagia sekarang.

"Bantuan apa maksud kamu ?" Tanyaku penuh selidik.

"Kamu tau nggak ? Tuan muda Arya itu seperti mood boster para kuli-kulinya disini. Termasuk jajaran tinggi disini yang sering paki rok mini. Pada suka tebar pesona tuh sama tuan muda Arya. Pangeran di hotel ini." Erlin tertawa lebar.

"Apa katamu ?" Tanyaku seraya menarik tangannya.

"Iyaa mereka berlomba-lomba menarik perhatian tuan muda Arya tau nggak.."

Aku menggelengkan kepala lemas. Semua staf disini sangat cantik dan seksi. Bagaimana jika ucapan Erlin benar ? Mana semalam aku menolaknya.

"Mandaa..? Heeyy..mandaa...kok ngelamun sih ?"

"Apa mereka nggak tau kalo Arya sudah punya istri ?"

"Emm..i-iya sebagian tau. Sebagian lagi kan nggak tau. Makanya kalo tuan muda mau apa-apa itu turutin aja Manda atau dia bakal berpaling darimu."  Ancamnya yang sangat tidak lucu tapi membuatku tertawa.

"Hmm kamu dikasih apa sama Arya suruh ngomong begini ke aku ? Udah kayak rumus pytagoras ya luas banget ?" Tanyaku padanya. Erlin mulai gelagapan. Aku tau pasti , sikap Erlin yang tadi berbeda dengan Erlin yang biasanya.

"Kenapa diem ? Tuhh kaannn ketauaan kaann ?" Teriakku sambil tertawa memukulinya dengan bantal.

"Aduuh aduuhh manda maaf ampun ampun. Iyaa tadi tuan muda minta tolong aku biar suruh godain kamu dan bilang kalo kamu harus menuruti kemauannya." Katanya dengan wajah memelas.

"Astaga.." kataku sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.

"Emang tuan muda minta apaan sih sampai kamu nggak mau nurutin ?"

"Kepo banget dah aah.."

"Iyaa dong.. apa manda iih kasih tau ?"

"Ssssttt gak boleh. Kamu belum nikah.."

Erlin melirik matanya padaku dan mulai paham apa yang aku katakan. Kami saling memandang. Aku mengangguk dan tertawa bersamanya.

Bersambung....

Your Heartbeat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang