Healer 6

577 55 2
                                    

⚠️Ada sedikit adegan kekerasan, yang ngga kuat lewatin aja⚠️

Selamat membaca!

Mendekati hari pernikahan, Choon-Hee kini semakin sibuk dalam mengurus segala persiapan. Mulai dari gedung yang sudah di pesan dari jauh-jauh hari, dekorasi, catering, undangan dan baju yang akan mereka kenakan di hari-H nanti.

Agus sempat bertanya kepada ibunya, mengapa persiapan pernikahan kedua ibunya seperti persiapan orang yang baru pertama kali akan menikah. Ibunya menjawab bahwa calon ayah tiri mereka adalah bujang, belum pernah menikah, jadi dia minta untuk pesta pernikahannya agar di rayakan, dan pakaian yang mereka kenakan nanti juga harus baru, tidak boleh pakaian bekas yang dipakai ibunya saat dia menikah dengan ayahnya dulu.

Benarkah ada orang yang belum menikah di umur hampir 50 tahun? Kalau di Korea bisa di maklumi, tapi ini di Indonesia. Rasanya aneh ada orang Indonesia yang sengaja membujang sampai umur mau kepala lima dan pada akhirnya menikahi wanita yang jauh lebih tua 10 tahun darinya.

Agus menghampiri adiknya yang sedang memainkan gawainya di balkon. "Abang mau ke resto eomma, kalo kamu mau ikut siap-siap cepetan"

Vian mendongakan kepala untuk melihat sang kakak yang berdiri di sampingnya, "emang eomma ngga masak?"

"Engga"

"Kenapa?"

"Lagi pergi cari sepatu atau apaan gitu buat perintilan pernikahan" Agus bergidik lagi jika memikirkan betapa ribetnya mengurus pernikahan.

Tanpa menunggu jawaban adiknya, Agus langsung berjalan pergi meninggalkan balkon.

Dengan tergesa, Vian mengambil jaket dan dompetnya di kamar. Kemudian menyusul Agus yang sudah lebih dulu ke garasi.

"Jadi ikut?" Tanya Agus yang belum masuk ke mobil karena sengaja menunggu adiknya.

"Iya"

Lalu mereka berdua keluar dari rumah menuju restoran yang di bangun ibunya beberapa tahun silam di salah satu mall di Jakarta, ketika ayah mereka masih hidup.

Restoran ini menjadi satu-satunya penghasilan yang di miliki ibunya--selain tabungan milik mendiang sang ayah--yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan juga membayar biaya pendidikan mereka sampai menjadi sarjana.

Mereka sudah berada di dalam mall, dan restoran ibunya sudah ada di depan mata, tapi Agus seperti menyadari sesuatu dan saat dia menoleh ke belekang, dia tidak melihat ada adiknya di sana.

Loh, adiknya hilang kemana?

💜💜💜

Wanita itu sekali lagi meringis merasakan satu pecutan yang mendarat di tubuhnya, entah sudah berapa banyak air mata yang terjatuh juga kata permohonan yang di ucapkan hingga suaranya serak agar lelaki itu sudi untuk berhenti memukuli dirinya. Tapi justru jeritan kesakitan wanita itu malah di anggap sebagai kalimat penyemangat untuknya supaya bertindak lebih kasar lagi.

"SAKIT! BERHENTI, TOLONG, BERHENTI, AKU MOHON!"

Lelaki itu semakin keras melayangkan pecutan di tubuh wanita yang kaki dan tangannya dia ikat. Padahal kulit putih wanita itu sudah menunjukan lebam di berbagai tempat, bahkan kulitnya ada yang terkelupas hingga berdarah. Tetapi lelaki itu masih ingin bermain dan mendengar jerit kesakitan dari wanita malang di depannya.

Satu pecutan hingga pecutan lainnya wanita itu terima tanpa mampu menghindar lantaran tubuhnya yang tidak bisa bergerak dengan bebas, juga dia yang sudah tidak punya tenaga untuk memohon. Kini wanita itu hanya bisa pasrah menerima setiap perlakuan yang lelaki itu layangkan padanya sambil terus menangis tanpa suara.

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang