Healer 39

252 24 0
                                    

Selamat membaca!

Agus tidak bisa bilang dia tidak gugup, karena kini dia merasa jantungnya terlalu keras berdetak hingga menggedor rongga dadanya seperti ingin keluar.

Oke. Itu berlebihan, tapi dia memang benar-benar gugup.

Seumur hidup dia tidak pernah mengenalkan pasangannya kepada keluarganya, dan sekarang dia akan melakukan itu.

Tidak, malah lebih dari itu. Ini bukan mengenalkan karena ibunya sudah kenal lebih dulu dengan Violet.

Dia akan menikahi anak orang. Catat! Anak orang.

Oh, sekarang otaknya mulai tidak berjalan normal. Tentu dia akan menikahi anak orang, bukan anak kambing.

Tapi tetap saja, itu adalah keputusan yang besar. Mengambil langkah untuk menikahi seseorang adalah keputusan yang amat sangat berani. Itu tanggung jawab seumur hidup.

Oh tidak, otaknya mulai berpikir yang aneh-aneh lagi. Apakah dia bisa menjadi suami yang baik bagi Violet? Apa dia tidak akan menyakiti wanita itu? Bukannya Agus juga akan memukul Vio seperti yang dilakukan mantan suaminya. Tidak, dia tidak akan pernah melakukan itu pada Vio atau wanita manapun.

Tanpa Agus sadari, ia menghela napas kasar dan hal itu tidak luput dari pandangan Violet yang mempeehatikan Agus sejak tadi.

Wanita itu, entah kenapa seperti bisa merasakan apa yang Agus pikirkan sejak tadi.

Agus terlihat gusar, Vio jadi takut. Pria itu bukan ragu ingin menikahinya kan? Dia hanya gugup karena mereka ingin mengatakan hal penting ini kepada orang tuanya.

Seseorang tolong katakan kepada Violet bahwa Agus hanya gugup karena ingin bertemu dengan ibu pria itu.

Violet memberanikan diri untuk menyentuh tangan Agus yang ada di perseneling, itu membuat Agus sedikit terkejut dan kembali dari kabut pikirannya ke dunia nyata.

Lihat, hanya dipegang begitu saja dia sampai terlonjak kaget. Sebenarnya yang punya trauma akan sentuhan disini siapa? Batin Vio dalam hati.

"Kamu kelihatan... tegang"

"Iya, aku sedikit gugup" aku pria itu, diakhiri dengan kekehan pelan.

"Kamu tau hubungan aku dengan keluargaku kurang baik. Aku bingung gimana bilangnya, dan penasaran juga Eomma akan bereaksi kaya apa nanti" kata pria itu jujur.

Vio hanya memberikan senyuman tipis, tidak tahu juga harus membalas apa. Dia seperti kehabisan kata dalam hal ini.

Setelah melalui perjalanan yang terasa lebih lama dari biasanya, mereka sampai di tempat tujuan dengan masih membawa rasa gugup itu, namun Agus menggenggam tangan Violet erat. Seolah mengatakan kepada perempuan itu bahwa dia sangat yakin untuk meminta izin ibunya untuk menikahi Violet.

Agus masuk kedalam rumahnya begitu saja sambil masih menggenggam tangan Vio, lalu bertemu orang itu.

Ah, dia lupa. Dia kan punya ayah tiri sekarang.

"Om, mama dimana?"

Harry mengalihkan tatapannya dari layar hp, menatap mereka sebentar lalu menunjuk dengan dagunya ke arah dimana mungkin Choon Hee berada. "Di dalam" kemudia lanjut melihat layar hp-nya lagi.

Vio menatap Agus, terlihat bingung dan seperti meminta penjelasan. Agus mentapnya balik dan hanya memberikan senyum miringnya saja.

Sepertinya pria paruh baya itu mulai menunjukan sifat aslinya. Siapa peduli, sejak awal dia memang tidak suka dengan Harry.

Mereka lanjut jalan ke dalam, dan melihat Choon Hee sedang duduk sendirian di ruang makan.

Sesuatu seperti mengganjal tenggorokan Agus sehingga dia sulit bernapas. Mengapa rasanya sesak sekali melihat ibunya kali ini.

Pundak itu terlihat rapuh sekali, dia seperti pernah melihat ibunya dalam keadaan ini sebelumnya. Yaitu ketika ayah mereka meninggal.

Namun, kali ini apa yang membuat ibunya seperti ini lagi. Apakah karena pria di depan sana? Atau mungkin karena kejadian diantara mereka bertiga beberapa waktu lalu?

Agus tidak tahu.

Dan juga, sejak tadi dia tidak melihat Vian. Memang, waktu yang adiknya miliki tidak fleksibel, sama seperti dirinya. Makanya mereka jarang memiliki hari libur yang sama.

Atau kemungkinan besar Vian tidak tinggal disini lagi karena Choon Hee mengusirnya setelah kejadian itu?
Agus rada sangsi sebenarnya, tapi hal itu bisa saja terjadi mengingat betapa ibunya sangat mencintai ayah mereka.

"Mas, kamu datang?"

Lagi-lagi, Agus larut dalam kabut pikirannya.

"Eomma, apa kabar?"

Choon Hee tidak menjawab, dia langsung bangkit dari duduknya untuk memeluk putra sulungnya.

Si sulung yang ikhlas menerima kebenciannya yang tidak berdasar. Si sulung yang selama ini dia salah pahami. Si sulung yang rela menutupi kesalahan adiknya dan membiarkan dirinya sendiri menanggung kesalahan itu.

Choon Hee malu. Malu dia kepada Tuhan karena telah berlaku tidak adil kepada anak-anaknya. Malu dia kepada Agus, karena walaupun ia bersalah, anaknya itu masih mau menerimanya.

"Maafin eomma mas" sambil terisak dia meminta ampunan dipelukan anaknya.

Agus balas memeluk ibunya, dengan perasaan yang lega. Entah mengapa ini terasa berbeda, seakan dia bisa merasakan kasih sayang ibunya sepenuhnya. Dan itu membuatnya merasa senang.

Vio masih disana, di samping Agus dan lelaki itu masih menggenggam tangannya. Dia ikut tersenyum bahagia melihat pemandangan mengharukan di depannya.

Setelah beberapa saat, pada akhirnya mereka duduk di ruang keluarga, bersama Harry kali ini. Dia duduk di sofa panjang diantara ibu dan kekasihnya, lalu ada Harry di single sofa sebelah kiri mereka.

Agus sudah menyampaikan niatnya, dan meminta restu ibunya untuk menikahi perempuan yang dia cintai. Dan respon ibunya membuat dia berpikir; Tuhan sedang baik dengan dia akhir-akhir ini, sehingga selalu memberinya kebahagian bertubi-tubi.

Choon Hee memeluk Vio dan mengecup puncak kepala wanita itu berkali-kali, "Sama siapapun kamu berakhir, tante senang karena kamu yang akan menjadi menantu tante"

Tbc.

Ig: catypattinson10

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang