Healer 17

437 48 20
                                    

Selamat membaca!

Agus setengah berlari menyusuri lorong demi lorong, berharap masih dapat ia temukan keberadaan Violet dalam gedung ini, namun nihil. Hingga dia keluar gedung pun tak ia temukan wanita yang sudah menambat hatinya sejak awal pertemuan.

Merasa kesal juga bingung. Mengapa Violet tiba-tiba pergi tanpa memberi tahunya lebih dulu. Pria itu terus berjalan hingga ke area parkir. Mengambil kunci mobil yang ada di saku celana, ia kemudian membawa mobilnya keluar dari sana.

Sepanjang jalan yang dilakukannya adalah melihat ke kanan dan kiri, siapa tahu ia menemukan Violet sedang berjalan di trotoar, tapi rasanya tidak mungkin. Jika Violet ingin pulang, wanita itu pasti akan memesan taksi online atau memberhentikan taksi yang ada di jalan. Bukannya menaiki kendaraan umum yang berdesak-desakan dengan orang dari berbagai kalangan.

Namun di depan sana, Agus melihat wanita itu sedang duduk di halte tidak jauh dari kantornya. Dengan cepat ia memutar stirnya untuk menghampiri Violet.

Wanita itu terlihat seperti sedang berada di dunianya sendiri, duduk melamun tanpa memperhatikan sekitar. Agus membuka pintu mobil, lalu menghampiri Violet yang duduk sendirian.

"Kamu ngapain di sin--"

"Astaga!" Violet terlonjak kaget dari tempat duduknya ketika mendengar suara Agus yang tiba-tiba sudah berada di sebelahnya. "Mas! Kamu ngagetin aku!"

Agus menatap Violet datar, tanpa ekspresi. "Kamu kenapa tiba-tiba pergi?"

Vio tidak langsung menjawab, dia terlihat gelisah di tempatnya.

"Vi?"

Vio menghela napas perlahan, "rekan kamu yang tadi suruh aku pergi"

"Rekan aku? Yang mana?"

"Yang tadi masuk ke ruangan kamu"

Ah, wanita gila itu. Leandra! Seharusnya tadi dia bawa pergi sekalian Leandra dari ruangannya. Bukan malah meninggalkan wanita itu berdua dengan Violet. "Terus kenapa kamu nurut?"

"Aku ngga langsung nurut gitu aja, mas! Tapi dia bilang kamu kalau udah kerja ngga akan inget waktu. Udah gitu perkataannya kasar banget, aku jadi ngerasa ngga enak. Aku takut kedatangan aku malah ganggu kamu" Vio tahu ini hal yang memalukan, menangis di hadapan orang yang baru dia kenal satu bulan lebih. Tapi Vio tidak bisa lagi menahan perasaannya ketika dia mengingat perkataan kasar rekan kerja Agus yang tidak dia ketahui namanya itu. Jadi, di hadapan Agus dia menangis dan menumpahkan keluh kesahnya.

Agus menyampirkan rambut Violet yang menutupi wajahnya ke belakang telinga wanita itu. Dengan jari telunjuknya, dia mengangkat wajah Violet dan menghadapkan wajah yang bersimbah air mata itu ke hadapannya.

Entah mengapa dadanya sesak melihat air mata Violet dan wajah sedih wanita itu. Agus menghapus air mata yang membasahi pipi Violet dengan ibu jarinya. Refleks, Vio terpejam ketika merasakan sentuhan lembut di pipinya.

"Aku kan suruh kamu tunggu, jadi kamu harusnya tunggu. Dan perlu kamu ingat, aku yang minta kamu untuk datang ke kantorku, bukan sebaliknya. Jadi kamu ngga perlu merasa kalau kamu ganggu aku" masih dengan membelai lembut pipi Violet, agus menjelaskan pelan-pelan.

Vio pikir Agus akan ilfeel kepadanya dan mengatainya wanita cengeng, tapi alih-alih melakukan itu semua, Agus malah bersikap sangat lembut kepadanya. "Maaf"

"It's okay" Agus mengacak puncak kepala Violet pelan, kemudian beranjak dari duduknya. "Yaudah, ayo aku antar kamu ke butik" walaupun dengan perasaan yang berat, Agus harus merelakan kencan kedua mereka batal.

"Aku belum mau balik ke butik"

"Terus mau kemana? Aku temenin"

"Mas ngga balik ke kantor?"

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang