Bagaimana rasanya menjadi wanita dengan paras cantik, otak cerdas, karir bagus, dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Pasti akan ada banyak pria yang rela mengantre untuk menjadi kekasihmu, bukan?
Tetapi trauma yang dirasakan oleh Violet C...
Menghitung hari tidak pernah menjadi hal ia lakukan sejak dulu, at least setelah dia melewati sekolah dasar. Namun, entah mengapa akhir-akhir ini dia sering sekali melihat kalender. Menunggu hari dimana dia dan calon istrinya akan menjadi pasangan yang sah di hadapan Tuhan dan negara.
Jadi seperti inikah perasan orang-orang yang ingin menikah? Rasa bahagia yang seperti meletup-letup di dada bercampur dengan perasaan tidak sabaran ini? Agus baru pertama kali merasakannya, dan sialnya dia menyukainya.
Hari ini dia memiliki janji dengan calon istrinya untuk membeli perabotan untuk di rumah yang akan mereka tinggali berdua nanti.
Tuh kan, dia tersenyum sendiri lagi. Dia memang sering sekali merasa bahagia akhir-akhir ini. Hanya memikirkan tinggal berdua dengan Vio saja sudah membuatnya senang bukan main.
Omong-omong, perabotan di rumahnya sudah cukup lengkap. Namun, berhubung dia akan tinggal dengan Vio nanti, jadi Agus memutuskan untuk membeli barang-barang tambahan untuk istrinya itu.
Vio bilang dia membutuhkan meja rias. Well, ya, di kamarnya tidak ada meja rias. Lalu dia juga berpikir sepertinya lemarinya kurang besar untuk ditempati bajunya dan baju Violet.
Sayang, lamunannya buyar karena ruangannya dimasuki seseorang. Orang yang sama sekali tidak ingin dia lihat.
Huh, darimana dia tau sandinya, sih?
Leandra langsung bergelayutan manja di lengan Agus tanpa tahu malu.
"Aku kangen"
"Lepas" ucap Agus seraya menyentak tangannya dari dekapan Leandra.
"Kenapa, sih, ah?! Dulu lo ngga keberatan gue suka gelayutan ama lo"
"Ya, lo mikir aja. Itu dulu. Sekarang gua udah punya pasangan. Lo pikir pantes gelayutan sama orang yang udah pasangan kaya gini?"
Wanita itu berdecak, "Ya gapapa, sih. Kan kalo di kantor ngga ada cewek lo yang bisa manja-manjaan, jadi lo manja-manjaannya sama gue aja" dan Agus langsung mengernyit jijik mendengarnya.
"Lagian lo ngapain, sih, sama cewek kaya begitu Gus? Keliatan klemar-klemer letoy banget. Lo tuh cocoknya sama cewek kaya gue, kuat, independent, swag. Gaya kita tuh pas banget kalo disandingin, ngga kaya cewek lo yang dandanannya terlalu kecewek-an"
Agus hampir saja teebahak karena kepercayaan diri Leandra yang terlalu tinggi. Dia lebih cocok disandingkan dengan wanita sepertinya dari pada dengan wanita seperti Violet katanya? Bagaimana orang ini bisa sangat bermulut besar? Seolah-olah dia tahu yang terbaik untuknya lebih dari diri Agus sendiri.
Dan apa tadi dia bilang? Vio terlalu kecewek-an dan klemar-klemer? Dia tidak tahu saja, sejak awal Agus sudah dibuat tertarik dengan Violet karena gaya berpakaian wanita itu, dan perasaannya semakin menjadi-jadi karena sifat lemah lembut dan penurut wanita itu.
"Kenapa dia, sih, Gus? Kenapa ngga gue aja? Lo tahu kan gue udah nyerahin diri gue ke elo sejak bertahun-tahun yang lalu, dan apa jawaban lo waktu itu? Lo ngga mau punya hubungan serius selain FWB, tapi sekarang lo malah mau nikah sama cewek kaya gitu."
"Le, maaf banget kalo gara-gara hubungan kita waktu itu, lo jadi berharap ke gue, tapi sejak awal gue cuma butuh tubuh lo aja, bukan hati lo. Kedengeran jahat emang, tapi itu kenyataannya. Dan kalo lo tanya kenapa harus Vio, gue juga ngga tau jawaban pastinya. Yang gue rasain adalah gue nayaman sama dia. Dia bisa gue jadiin tempat bersandar dan tempat gue untuk pulang, dia juga bisa ngerawat gue dengan baik" tanpa sadar Agus mengatakannya sambil tersenyum tipis, yang mana itu semakin menyulut api cemburu di hati Leandra.
"Does she better in sex than me?"
Agus mendengkus geli, "Kita bahkan belum pernah ngelakuin Le"
Lalu tiba-tiba saja Leandra memaksakan dirinya untuk mencium Agus, yang langsung membuat Agus menghindar. Namun menghindar saja tidak cukup ketika perempuan itu semakin mengerahkan tenaganya untuk bisa menjadi satu dengan Agus.
Dia berpikir jika Agus belum berhubungan dengan calon istrinya, mungkin saja dia masih memiliki kesempatan untuk membuat Agus jatuh padanya dengan kemampuan bercinta yang dia miliki, hal yang dulu Agus puji-puji darinya.
"Le, jangan sampe gue kasar sama lo ya"
"You know it better Gus, I like when you're being rough with me"
Agus berhasil menangkap tangan Leandra dan membuat wanita itu tidak berkutik. "Lo denger baik-baik, kalo lo ngga bisa behave, gue bakal ngajuin permintaan buat ngeluarin lo dari tim gue. Jadi stop being annoying towards me and my girl!"
Segera setelah Leandra keluar dari ruangannya, Agus berpikir untuk mengganti sandi ruang kerjanya.
💜💜💜
"You got everything you need?"
"Hmm... kayaknya udah deh cuma ini aja" Agus memperhatikan Vio yang sedang memanyunkan bibirnya ketika wanita itu sedang berpikir. Dengan jail dia mencubit bibir Vio.
"Ish, kebiasaan!"
Mereka masih ada di toko furniture, Vio sudah mendapatkan meja rias yang dia inginkan, namun mereka masih berputar-putar di toko itu. Siapa tahu ada hal lain yang ingin dibeli lagi kata calon istrinya. Agus nurut saja.
"Mas, kan ada ruangan kosong di rumah kamu, apa kita langsung renov ruangan itu buat jadi kamar anak kita ya mas?"
Agus membelalak kaget dengan pipi yang memerah. Bagaimana bisa Vio mengatakan hal itu dengan sangat mudah.
"Emang mau langsung?"
"Langsung apa? Bikin anak?" Agus buru-buru membekap mulut perempuan itu dengan tangannya.
"Malu" cicitnya.
"Jauh mas, mereka ngga akan denger"
Agus mengedarkan pandangannya sesaat, ketika dia merasa aman, dia langsung menghembuskan napas lega. "Lagian maksud aku, emang mau dibikin kamar anak langsung?"
Vio membulatkan bibirnya, dia salah tanggap berarti tadi. "Iya, apa menurut kamu itu kecepetan?"
"Hmm" Agus mengangguk.
"Kamu mau punya anak berapa?"
"Satu"
"Apa ngga terlalu sepi? Aku maunya punya anak dua"
Agus mengusap kepala Violet, "Terserah kamu, kan kamu yang akan hamil dan melahirkan. Bukan aku yang ngerasain sakitnya Vi, tapi kamu. Jadi aku terserah kamu aja"
Vio melingkarkan tangannya di pinggang Agus, menyembunyikan wajahnya di dada pria itu. Sedikit malu untuk mengungkapkannya. "Aku mau langsung punya anak mas" ucapnya tidak jelas karena bibir bergesekan dengan baju Agus.
Namun Agus masih menangkap dengan jelas apa yang diucapkan calon istrinya walau terdengar seperti kumur-kumur. "Kita berdoa aja semoga nanti setelah menikah, kita langsung dikasih anak" ucap pria itu menenangkan dan ditutup dengan kecupan di dahi Violet.
Tbc.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Coba bayangin, mas agus lagi pake kemeja kaya gitu terus kalian meluk pinggangnya dia.. bayangin aja dulu