Healer 46

273 30 0
                                    

Selamat membaca!

Agus sudah bilangkan sebelumnya bahwa dia membenci segala keriweuhan dalam rangkaian persiapan pernikahan? Dan dia mengalaminya akhir-akhir ini.

Bertemu dengan orang dari Buffet Catering Wedding untuk memilih makanan apa saja yang akan disajikan di acara pernikahan mereka. Fitting baju pernikahan, beruntung Vio seorang designer jadi untuk urusan baju pengantin dan seragam keluarga dia serahkan sepenuhnya kepada Violet. Janji temu lagi dengan WO untuk membahas wedding planner mereka.

Ternyata benar kata orang bahwa pasangan akan sering bertengkar ketika akan menikah.

Sebelumnya ia dan Vio jarang sekali berdebat, namun sejak kemarin mereka berdebat hampir dalam segala hal. Perkara dekorasi wedding saja mereka jadi saling mendiami satu sama lain. Agus ingin konsep yang simple, sementara konsep yang Vio pilih terlalu mewah di mata Agus.

Namun pertengkaran mereka tidak pernah bertahan lama karena setiap mereka bertengkar, Agus selalu menjadi yang pertama untuk meminta maaf dan berakhir dengan sesi make out mereka.

Vio yang ternyata lebih keras kepala dibanding saat pertama kali Agus mengenalnya, Vio yang sensitif memiliki Agus yang karakternya cuek, Vio yang agak egois—mungkin karena dia anak satu-satunya yang setiap keinginan selalu dituruti—memiliki Agus yang sabar dan selalu mengalah. Semua itu dia nikmati dengan rasa syukur. Menganggap bahwa walaupun dia sangat mencintai calon istrinya, tetap saja Vio memiliki kekurangan dan dia harus menerima wanita itu dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Hari ini adalah hari terakhir dia bekerja sebelum cuti menikah. Agus sedang berada di mall dekat kantornya untuk makan siang saat tiba-tiba seorang pria tak dikenal menghampirinya.

Pria dengan perawakan tinggi dan bertubuh besar, brewok tipis menghiasi dagu dan bawah hidung pria itu. Dengan sopan pria itu meminta izin untuk duduk bersamanya.

"Maaf kalau saya ganggu"

"Ngga apa-apa, santai aja" mungkin tidak ada kursi kosong yang tersedia, pikir Agus.

"Kamu yang waktu itu sama Vio kan, ya, pas liburan natal?"

Agus menjawab sambil tersenyum demi kesopanan. "Iya"

"Kalau boleh tau hubungan kamu dengan Vio apa"

Agus terlihat mulai tidak nyaman dengan pertanyaan pria asing itu, namun dia tetap menjawab. "Kita akan menikah"

Pria di hadapannya tersenyum tipis, "selamat kalau begitu" dia berdeham "kalau saya minta tolong apa kamu mau bantu?"

"Selama saya masih bisa, oke aja"

"Apa boleh kamu bantu saya untuk ketemu Vio?"

"Untuk apa?"

"Saya ingin meminta maaf langsung sama dia"

Kerutan di dahi Agus semakin dalam.

"Mungkin Vio sudah pernah cerita tentang masa lalunya. Saya mantan suaminya" dan tatapan mata Agus kepada pria asing itu sepenuhnya berubah.

Dengan senyum miring menghiasi wajahnya, Agus bertanya lagi. "Untuk apa?"

"Saya mohon, saya ingin ketemu dan minta maaf langsung sama dia. Atau seumur hidup saya akan merasa bersalah dan menyesal"

"Itu derita kamu"

"Saya mohon bantu saya untuk ketemu sama Vio"

"Saya ngga janji. Saya ngga akan maksa dia untuk ketemu orang yang udah bikin dia menderita dan trauma selama ini, tapi saya akan coba bujuk dia. Dan kalau dia tetap ngga mau ketemu kamu, itu artinya kamu memang pantas menerima penyelasan dan rasa bersalah itu."

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang