Selamat membaca!
Alisnya mengernyit keheranan ketika mendapati keadaan rumah sangat gelap. Semua lampu belum dinyalakan, termasuk lampu teras. Apakah tidak ada orang di rumah?
Kakinya bergerak untuk menyalakan lampu teras dan dapur saja, tangannya membuka kulkas untuk menaruh sesuatu yang tadi dia beli, lalu setelah itu dia melangkah ke atas. Di undakan tangga terakhir, sayup-sayup dia dengar suara seseorang sedang berbicara.
Adiknya ada di sana, di balkon sedang berbicara melalui telepon. Seketika dia merasa kesal. Kalau adiknya sejak tadi sudah di rumah kenapa lampu tidak dinyalakan? Dasar pemalas! Kalau ada ibu mereka saja dia rajin.
Vian menyadari keberadaannya. Laki-laki itu beradu pandang dengannya selama beberapa saat, sebelum kemudian memutus kontak mata dan melanjutkan kegiatannya.
"Kita semua ngga sadar. Tiba-tiba aja ada ular di sana. Temen kerjaku kena gigit karena dia teriak-teriak terus dan ngga bisa diem, jadi ularnya mungkin ngerasa terancam"
Seharusnya dia masuk ke kamar, tapi otaknya memerintahkan dia untuk tetap berdiri di sana dan mendengar obrolan adiknya dengan seseorang yang berada disambungan telepon itu. Sekiranya Agus sudah bisa menebak siapa orang itu.
"Ngga papa. Ularnya ngga berbisa, dia cuma demam aja habis digigit" Vian tertawa kecil mendengar omongan seseorang yang ada di seberang sana.
Lelaki itu tersenyum lalu berkata dengan lembut. "Ngga usah khawatir. Aku baik-baik aja, kok, Vi" Vian menekankan kata terakhir yang dia ucapkan sambil dengan sengaja melirik Agus yang berada lima langkah dari tempatnya berdiri. Dia ingin melihat bagaimana tanggapan abangnya itu saat tahu kalau dia sedang bertelponan dengan Violet.
Namun sepertinya Vian harus belajar lagi jika ingin membuat Agus cemburu, karena kini yang dia lakukan hanyalah menatap adiknya dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Entah bagaimana Agus mempunyai keyakinan bahwa Violet juga menginginkannya sama seperti dia menginginkan wanita itu. Hanya saja dia belum bisa sepenuhnya terbuka kepada Agus, dan Agus percaya Violet akan menjaga kepercayaannya dengan baik selama mereka menjalani proses pengenalan.
💜💜💜
"Mas, kalau ada yang liat gimana?" Violet menahan dada Agus agar tidak terlalu menekan badannya yang berada di bawah kukungan pria itu. Namun Agus tidak mengindahkannya dan tetap mengecupi leher wanita itu yang sudah lembab akibat sedari tadi terus dilumat olehnya.
"Ngga akan ada yang liat, di sini cuma ada kita berdua"
Bibirnya terus mencecap leher jenjang Violet disemua sisi yang bisa dia jangkau. Namun tempat favoritnya adalah ditengah-tengah, tepat di atas tulang selangka wanita itu. Di situ adalah bagian sensitif Violet. Agus tahu karena setiap dia bermain di bagian itu, Violet akan mengerang, menggeliatkan tubuhnya sambil terus menjambak rambut Agus.
"Eomma dan Vian?" Wanita itu bertanya dengan desis tertahan.
"Pergi" jawabnya sebelum meraup bibir Violet ke dalam pagutan liar penuh nafsu.
Sambil berciuman, Agus melarikan tangannya di sepanjang lengan wanita itu--mengusapnya dengan lembut--saat mencapai bawah, Agus menautkan jemari mereka berdua dan membawa genggaman tangan mereka ke atas, tepat di samping kepala Violet. Sementara satu tangannya lagi menelusup masuk ke dalam kaus yang Violet pakai, jemarinya langsung saja menyentuh kulit punggung wanita itu yang terasa hangat dan mengusapnya naik turun secara perlahan.
Violet melengkungkan badannya karena usapan lembut Agus di pungunggungnya. Gerakannya jadi terbatas karena badannya ditindih oleh Agus dan satu tangannya ditahan oleh pria itu. Dia menggeliat, meremas bahu Agus ketika lidah pria itu semakin aktif bermain di dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Healer
Roman d'amourBagaimana rasanya menjadi wanita dengan paras cantik, otak cerdas, karir bagus, dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Pasti akan ada banyak pria yang rela mengantre untuk menjadi kekasihmu, bukan? Tetapi trauma yang dirasakan oleh Violet C...