Healer 25

428 45 10
                                    

Selamat membaca!

Setelah Sasha keluar dari ruangannya, Vio kembali termenung. Otaknya mulai menghubungkan benang merah yang menjadi petunjuk mengapa Agus terlihat seperti tidak dekat dengan keluarganya.

Pertama saat di pernikahan, ketika Choon-Hee bahkan tidak tahu dimana keberadaan anaknya sendiri. Lalu Agus yang duduk menyendiri di bangku taman, bahkan sampai meminta untuk dibawa pergi dari sana. Perkataan pria itu tempo hari, dan yang lebih mengejutkan Vio adalah kejadian saat ia berada di rumah mereka.

Saat itu Vio tidak tahu kalau Vian akan mengajaknya ke sana, jika dia tahu dia pasti akan menolak. Lelaki itu hanya minta ditemani pergi ke suatu tempat, dan sangat tidak menyangka kalau Vian malah membawanya ke rumah.

Saat sampai di sana, bukan hanya suasana canggung yang Vio rasakan ketika Choon-Hee hanya memuji Vian dan tidak menyertakan Agus masuk ke dalam percakapan mereka.

Vio juga merasa miris.

Selesai makan, Choon-Hee menyediakan dessert untuk mereka. Sebuah kue yang dia tahu persis bentuk dan warnanya karena dia yang memilihkan kue itu untuk diberikan Agus kepada ibunya sebagai ucapan 'welcome home'.

Tapi Choon-Hee mengatakan kepadanya bahwa kue itu Vian yang beli. Vio dapat melihat bola mata Agus yang membesar ketika dia melirik pria itu, namun dengan cepat Agus mengembalikan raut terkejutnya menjadi wajah datar seperti sebelumnya.

Yang membuat dia tidak habis pikir adalah, tidak ada sanggahan sama sekali dari mulut Vian ketika ibunya mengatakan itu. Mungkinkah kejadian seperti ini sudah sering terjadi? Makanya Agus tidak ambil pusing dan membiarkan saja.

Sebelum pulang, Vio diajak sebentar ke halaman belakang oleh Choon-Hee untuk menikmati secangkir teh sambil mengobrol santai di depan kolam ikan.

Disaat itulah dia mengatakan yang sebenarnya kepada ibu dua anak itu tanpa menjelaskan hubungan dia dan Agus yang sebenarnya. Vio mengarang cerita bahwa saat itu dia tidak sengaja bertemu Agus di toko kue. Saat Vio tanya untuk siapa kue itu, Agus menjawab bahwa kue itu untuk menyambut kepulangan orang tuanya dari bulan madu. Dan reaksi Choon-Hee sangat terkejut ketika mendengar itu.

Dia tidak menyangka kalau kue itu Agus yang membelikan karena menurutnya, Agus bukanlah tipe orang yang perhatian. Dia lebih banyak diam dan tidak pernah menyampaikan ucapan selamat atau sejenisnya. Makanya saat dia temukan kue di sana, Choon-Hee langsung menyangka kalau kue itu pemberian Vian.

Rasa bersalah Vio jadi makin besar saja kepada pria itu. Disaat Agus merasa terasingkan oleh keluarganya, dia malah menambah beban pikiran pria itu dengan tiba-tiba menjauh. Padahal seharusnya setelah kejadian itu dia memberikan perhatian kepada pria itu. Berada di sampingnya dan menawarkankan kenyamanan. Iya, seharusnya begitu. Seolah dia lupa bagaimana raut wajah Agus saat ibunya hanya membanggga-banggakan Vian dan tidak menyebut namanya sama sekali.

Bodoh sekali, ya, dirinya? Dia egois dengan hanya memikirkan perasaannya sendiri tanpa melihat bahwa ada seseorang yang perasaannya lebih terluka atas kejadian itu.

💜💜💜

"I need you here"

"Kamu di rumahmu?

Terlihat Agus mengangguk di layar kaca. Posisi pria itu tiduran menyamping dengan tangan kanan sebagai tumpuan kepala.

"Kamu baru bangun?"

"Aku belum tidur"

Vio membuka mulutnya, ingin menyemprot Agus dengan kata-kata mutiaranya. Namun dia urungkan. Ini bukan saat yang tepat untuk memarahi pria itu. "Kenapa? Banyak pikiran?"

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang