Healer 26

439 43 0
                                    

Selamat membaca!

Setelah mendengar pernyataan sang papa yang membuat jantungnya hampir copot, Vio melajukan kendaraannya ke kediaman Agus. Dia sudah berjanji akan menghampiri pria itu tadi.

Di dalam mobil, Vio masih saja kepikiran kejadian barusan. Sangat tidak menyangka kalau ternyata papanya sudah tahu tentang hubungannya dengan Agus tanpa dia beri tahu.

Biasanya papanya akan langsung heboh menanyakan banyak hal jika tahu dia sedang didekati oleh lawan jenis, tapi kali ini papanya bahkan bersikap pura-pura tidak tahu tentang kedekatannya dengan Agus.

Padahal pria paruh baya itu tahu tempat mana saja yang sudah dikunjungi mereka selama ini.

Ya, Abraham sendiri tadi yang bilang kepada Violet bahwa dia menyuruh orang untuk mengikutinya kemanapun dia pergi dengan Agus, termasuk ke rumah pria itu.

Sejak Sasha bilang kalau Vio sedang pergi makan siang bersama Agus saat dia berkunjung ke butik anaknya kala itu, Abraham sudah menaruh curiga. Apalagi saat satpam rumahnya memberi laporan kalau Vio pulang lebih awal dari butik dengan diantar seorang pria, dan wajah anaknya saat itu terlihat pucat. Besoknya, Abraham langsung meminta salah satu orang kepercayaannya untuk mengawasi Violet dari kejauhan dan melaporkan kepadanya kemana saja anaknya pergi dan kegiatan apa saja yang dilakukan.

Tadinya tidak kepikiran kalau anaknya akan memiliki hubungan spesial dengan pria berwajah oriental itu. Karena jika ditilik dari laporan satpamnya, Abraham malah menaruh curiga kepada Agus. Dia pikir Agus melakukan sesuatu yang jahat sampai membuat anaknya shock, tapi ternyata tidak.

Dari situ dia tahu, ada kedekatan tak biasa antara anaknya dan pria bermata sipit itu.

Abraham tahu anaknya tidak akan terbuka dengan masalah ini, maka dari itu dia dan istrinya sepakat untuk tidak membahas hal ini dengan Vio. Walaupun mereka sudah gemas ingin sekali menanyakan hubungan apa yang anaknya dan pria itu jalani. Tetapi mereka ingin Violet sendiri yang mengumumkan. Namun, sekian lama menunggu, Violet tetap tidak menceritakan apapun kepada mereka.

Sampai tadi pagi, Vio yang merasa bahwa harinya baik-baik saja seperti biasanya, tiba-tiba seperti kejatuhan bom. Bukan hanya kejatuhan bom, tapi tertimpa tangga pula. Abraham bukan hanya mengetahui kedekatannya dengan Agus, tapi papanya itu juga meminta dia untuk membawa Agus sekalian ke acara liburan mereka yang diadakan akhir tahun nanti.

Pria itu ingin mengenal Agus lebih dalam katanya.

Emm, sebentar! Kenapa Vio tidak suka, ya, mendengarnya? Dia saja masih masa pendekatan dengan Agus, belum dia tahu sepenuhnya tentang pria itu, kini papanya meminta untuk dikenalkan dengan Agus juga.

Hey! Biarkan dia dulu yang mengenal calonnya dengan baik, baru orang lain.

Oh, kenapa jantungnya jadi berdetak lebih cepat ketika batinnya menyebut Agus sebagai "calon"? Apakah mereka benar-benar akan menikah nantinya? Entahlah, tapi Vio tidak bisa lagi menyangkal perasaannya, bahwa separuh hatinya ingin memiliki pria itu.

Setelah hampir satu jam menyetir, Vio sampai di rumah satu lantai yang menjadi favoritnya. Wanita itu kemudian membuka kunci pintu rumah Agus tanpa sungkan, waktu itu Agus memberi tahu dia kodenya dan mengatakan jika dia datang kesini langsung masuk saja tanpa harus menunggu dibukakan pintu.

Masuk ke dalam, yang Vio dapati adalah kesunyian. Seketika batin menjerit pilu. Tidak bisa ia bayangkan menjadi pria itu. Pulang ke rumah, yang dibutuhkan adalah kehangatan dari keluarga, tapi hal itu tidak bisa Agus dapatkan lantaran hubungan dia dengan ibu dan adiknya yang kurang baik. Pulang kesini, yang pria itu dapati adalah sendiri.

Menekan rasa sakit di balik dada karena memikirkan betapa menyedihkannya Agus. Vio berjalan ke dapur, mengecek apakah ada makanan atau tidak. Bukan, bukan dia lapar. Dia hanya penasaran apakah pria itu makan dengan baik atau tidak.

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang