Selamat Membaca!
Vio mendudukan Agus di kursi penumpang, sementara dirinya berada di kursi kemudi. Wanita itu kemudian mengatur posisi jok agar Agus bisa berbaring dengan leluasa.
Setelahnya, ia menyingkap kaus Agus hingga menampakkan perut rata pria itu. Kemudian Vio membalurkan minyak kayu putih yang ia beli tadi bersama dengan air mineral ke perut Agus.
Vio sedikit terperangah saat telapak tangannya menyentuh permukaan perut Agus. Kulit pria itu terasa sangat mulus, dia bahkan berani bersumpah bahwa kulit Agus lebih putih dari miliknya.
Saat sedang mengusap-usap perut pria di hadapannya yang sedang mabuk karena menaiki wahana tinggi itu, kaca jendela tiba-tiba diketuk. Keduanya sontak menoleh ke arah jendela dan Agus memencet tombol untuk membuka jendela tersebut.
"Maaf mas, mbak, jangan berbuat yang senonoh di tempat umum. Lebih baik sewa hotel aja." Seorang bapak-bapak menghampiri mereka dengan raut wajah terganggu dan pandangan mencemooh.
Agus dan Vio sama-sama terdiam di tempatnya dengan mulut sedikit terbuka.
"Siapa yang berbuat senonoh, pak?" Vio bertanya.
Orang tersebut menunjuk ke arah mereka. "Itu, mas dan mbaknya"
Vio menatap dirinya sendiri dan Agus. Jika dilihat secara sekilas, posisi mereka memang rada ... intim.
Kedua tangan Vio bertumpu di kedua sisi tubuh Agus dengan badan wanita itu yang sedikit membungkuk, sementara Agus hanya duduk bersandar di kursi mobil dengan kepala menengadah. Sehingga jika dilihat sekilas, Vio seperti sedang memberikan blow job kepada Agus.
Vio mengangkat sebelah tangannya yang sedang memegang sesuatu ke atas, untuk ditunjukan kepada orang tersebut. "Pak, saya cuma ngolesin minyak kayu putih ke perut teman saya yang lagi mabuk"
"Oh, bukannya lagi..." orang itu sengaja menggantung ucapannya karena terlalu enggan untuk menyebutkannya.
Vio tersenyum tipis, mencoba untuk memaklumi. "Bukan. Bapak salah paham"
Wajah orang yang berdiri di samping mobil Agus itu langsung merasa bersalah. "Oh, kalo gitu maaf mas, mbak, sudah mengganggu" lalu dia pergi meninggalkan Vio yang tertawa kecil dan Agus yang hanya mendengkus saja. Kepalanya masih pusing, jadi dia hanya diam saja dari tadi.
Vio menutup kembali jendela yang terbuka dan saat ia meluruskan kepalanya, tatapan mereka bertemu. Masih dengan posisi yang sama, pelan tapi pasti, Agus mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Violet.
Jemari pria itu mengusap pipi Violet lembut. Lalu setelah puas merasakan kelembutan pipi Violet, jari telunjuk Agus beralih ke bibir tebal milik wanita itu. Mengusap pelan di sana dengan sedikit menekan untuk memberikan celah.
Violet berdebar, ia terlena dengan usapan lembut Agus pada bibirnya yang mengalirkan sengatan kecil di sekujur tubuhnya, sehingga ketika pria itu memisahkan kedua bibirnya dengan telunjuk, Vio menurutinya. Mulutnya terbuka, menyisakan jarak kecil yang kemudian dimasuki oleh telunjuk Agus. Pria itu menggerakan jarinya sendiri keluar-masuk, merasakan kelembutan dan kehangatan yang mulut Violet berikan, lalu ketika Violet menghisapnya, Agus lantas terpejam dan mendesis nikmat.
Namun, tidak berapa lama setelah Violet menghisap telunjuknya, wanita itu berhenti dan langsung menarik diri. Agus terkejut dan langsung menegakkan badan, pusingnya seketika hilang melihat Violet yang duduk tegang dengan keringat mengucur di dahi wanita itu.
"Vi--"
"Aku ... aku antar mas pulang" kata wanita itu gugup dan sedikit gemetar.
Tanggapan wanita itu sama seperti beberapa waktu lalu ketika Agus mendekapnya saat Violet hendak terjatuh di restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Healer
RomanceBagaimana rasanya menjadi wanita dengan paras cantik, otak cerdas, karir bagus, dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Pasti akan ada banyak pria yang rela mengantre untuk menjadi kekasihmu, bukan? Tetapi trauma yang dirasakan oleh Violet C...