Selamat membaca!
Sejujurnya Agus dan keluarganya bukan orang yang religius, dia sendiri bahkan lupa kapan terakhir kali ke gereja. Sepertinya SMP, ketika ayahnya masih hidup.
Setelah ayahnya meninggal, ia dan keluarganya tidak pernah lagi berdoa ataupun pergi ke gereja hanya untuk sekedar mengucap terima kasih kepada Tuhan. Ibunya juga seorang agnostik, yang rajin ke gereja hanya setelah menikah dengan ayahnya dan setelah mereka kehilangan sosok pemimpin itu, mereka jadi seperti kehilangan arah.
Tidak lagi pergi ke gereja untuk berdoa kepada Tuhan ataupun merayakan malam natal.
Ini pertama kali setelah sekian lama dia menginjakan kaki di gereja untuk merayakan hari kelahiran Tuhannya.
Karena waktu liburan mereka bertepatan dengan natal dan tahun baru, Abraham sekeluarga mengajaknya sekalian untuk pergi ke gereja yang ada di sekitar villa tempat mereka menginap untuk melakukan Misa.
Ada perasaan aneh yang sulit untuk Agus jabarkan. Sesuatu seperti kedamaian dan rasa tenang, juga kebahagian yang entah bagaimana menelusup masuk ke dalam relung hatinya sejak tadi saat dia melakukan Misa bersama keluarga Violet, dan sekarang ketika mereka sedang makan bersama selepas berdoa.
Kapan terakhir kali dia merasakan kehangatan ini? Lagi-lagi jawabannya adalah ketika dia SMP, disaat ayahnya masih hidup.
Hanya dengan melihat interaksi keluarga ini, bisa membuat hatinya menghangat. Abraham, si pria tua judes yang selalu sinis kepadanya, hari ini jadi bersikap baik. Sejak tadi pria tua itu kerap melemparkan lelucon yang sebenarnya tidak lucu, tetapi menjadi lucu hanya karena suara tawanya. Pria tua itu bahkan seperti melupakan kejadian kemarin.
Berlian dan Violet yang sejak tadi hanya menanggapi lelucon garing Abraham, kemudian akan tertawa setelahnya. Dan wanitanya, Violetnya, yang sesekali menatap matanya sambil tertawa, seakan ingin mengatakan kepada Agus kalau pria itu diterima oleh keluarga ini.
Agus merasa penuh hari ini.
Tuhan, bolehkah dia berdoa agar selalu bisa merasakan momen ini? Sudikah Engkau mengabulkan pinta seorang pendosa seperti Agus yang hanya bisa dihitung jari memasuki rumah-Mu untuk menyembah?
💜💜💜
"Kamu mau bawa aku kemana? Ini udah hampir tengah malem, loh, Vi"
"Tahun baruan" jawab wanita itu enteng.
"Sejauh ini? Sampai menaiki bukit melewati lembah?"
Violet memutar bola matanya malas. "Mas, kamu ternyata bawel, ya? Udah, kamu diem aja dan percaya sama aku"
"Bukan gitu. Aku cuma takut if there's something bad happen. Ini hampir tengah malem dan dari tadi kita jalan, samping kanan kiri pohon semua"
Vio menghentikan langkahnya--yang kemudian diikuti oleh pria itu--dan menatap Agus walaupun hanya siluet pria itu yang terlihat karena penerangan disekitar mereka yang minim. "If there's something bad happen you'll protect me, won't you?"
"I will. I definitely will" jawab Agus tanpa keraguan sedikitpun.
"Yaudah, mas percaya aja sama aku, oke?"
Agus menghela napas pasrah "oke"
Setelah beberapa menit terlewati--yang menurut Agus sangat lama karena struktur jalanan yang tidak mudah untuk ditempuh--Vio menghentikan langkah mereka secara tiba-tiba.
"Mas, tunggu sebentar"
"Kenapa?"
Vio tidak menjawab dan malah terus merogoh saku jaket yang dipakainya, sambil bibirnya sesekali berkata lirih 'mana, sih?'. Tidak menemukan apa yang dia cari di saku jaket, Vio beralih ke saku celananya, namun tetap tidak menemukan apa yang dia cari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Healer
RomansaBagaimana rasanya menjadi wanita dengan paras cantik, otak cerdas, karir bagus, dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Pasti akan ada banyak pria yang rela mengantre untuk menjadi kekasihmu, bukan? Tetapi trauma yang dirasakan oleh Violet C...