Healer 40

280 27 0
                                    

Selamat membaca!

Dia tidak tahu sejak kapan tempat ini menjadi tempat favorit keduanya setelah rumah. Nyatanya berada disini sama-sama nyaman seperti berada di rumah dengan orang tuanya.

Duduk bersandar di dada bidang kekasihnya, dengan lengan kiri pria itu melingkari perutnya dan sesekali tangan Agus yang bebas akan membelai lembut kepalanya. Vio tidak berani membayangkan hal yang lebih indah dari ini.

"Jadi kita menikah 3 bulan lagi?"

"Hmm" Vio mengangguk. Ah, dia jadi ngantuk sekali semenjak tangan Agus yang tadi membelai kepalanya, kini berpindah membelai pipinya yang chubby.

Setelah lamaran resmi yang diselenggarakan minggu lalu, kedua belah pihak keluarga sepakat kalau pernikahan mereka akan diselenggarakan tiga bulan lagi.

Waktu yang pas, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk pernikahan. Tapi bagi Agus sendiri, tiga bulan itu terlalu lama.

"Aku ngga sabar"

"Hmm" Vio berdeham lagi.

"Kok malah tidur?"

"Kamu elus-elus pipi aku kaya gitu, aku jadi ngantuk mas" Vio menyadarkan dirinya yang hampir terlelap, lalu memutar badan untuk menghadap Agus. "Ngga sabar kenapa?" Gantian, kini dia yang membelai wajah pria itu.

"Ngga sabar mau kamu jadi istri aku. Emangnya kamu bisa sabar?"

Sejujurnya Vio juga tidak sabar, tetapi dia tidak terlalu vokal saja.

"Aku ingat dulu waktu aku sentuh kamu, kamu akan gemetar. Bahkan waktu pertama kali kita sentuhan kamu pingsan, padahal waktu itu juga karna ngga sengaja aja."

Vio tertawa geli mendengar cerita Agus. Ya, dia dulu terlalu trauma akan sentuhan lawan jenis kepadanya. Tapi setelah bertemu dengan Agus, perlahan ketakutannya itu mulai luntur. Mungkin karena sikap pria itu yang lembut, perhatian, peka dan selalu memikirkan consent saat ingin menyentuhnya.

"Aku senang kamu merasa nyaman sama aku"

"Aku juga senang karna kamu yang bikin aku nyaman"

Sedetik kemudian Vio menempelkan bibir mereka, hal yang akhir-akhir ini sering dia lakukan. Violet menyukai ciuman Agus, lembut namun memabukan.

Diawali dengan kecupan-kecupan ringan dan berakhir dengan lumatan dalam.

Vio membuka mulutnya ketika Agus ingin menyerahkan lidahnya. Lalu seperti sudah tau tugasnya, lidah mereka membelit begitu saja di dalam mulut Violet.

Untungnya mereka sedang dalam posisi duduk, karena kalau tidak sepertinya Vio tidak bisa lagi menahan badannya. Seluruh sendinya terasa lemas tak berdaya, padahal ini hanya ciuman, bagaimana kalau lebih dari itu? Tapi bagaimanapun, ini yang terjauh yang pernah mereka lakukan.

Agus mengambil tangan Violet—yang menjadikan dadanya pegangan—untuk dia satukan dengan jemarinya, dia tidak tahan dengan tangan itu yang terus meremas dadanya. Bisa-bisa Agus kehilangan kendali.

Mengetahui napas mereka mulai tersendat, Agus melepas ciumannya dan menelusuri rahang Vio sebagai gantinya. Itu tidak membantu sama sekali untuk Vio, karena napasnya semakin tersendat dan kini terasa jadi lebih berat dari sebelumnya.

Bibirnya terus mengecup sepanjang garis rahang, naik keatas. Bermain sedikit lebih lama di telinga wanita yang sedari tadi menahan untuk tidak mendesah.

Menjulurkan lidah untuk menggoda, lalu mengulumnya dengan khidmat. Sesekali Agus akan memberikan gigitan di daun telinga yang dihadiahi hembusan napas kasar Vio.

Merasa sudah puas bermain di telinga wanita itu, bibir Agus kembali menyusuri rahang untuk turun ke leher Vio.

Jemari mereka bertaut semakin padu kala Agus dengan lihai memainkan bibirnya di leher Violet.

Violet mendesis ketika Agus menghisap tepat di tengah-tengah, di atas tulang selangkanya.

"Mas?"

"Vi?"

Tbc.

Berbukalah dengan yang hot.. eh salah.

Berbukalah dengan yang manis-manis guys😅

Selamat berbuka puasa

Ig: catypattinson10

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang