Healer 19

442 52 12
                                    

Selamat membaca!

Pesan yang dia kirim sejak kemarin belum juga mendapat balasan dari wanita itu. Centangnya menunjukan warna biru, yang artinya pesan sudah dibaca, tetapi sampai malam berganti pagi kenapa pesannya masih belum mendapat balasan juga?

Ini aneh.

Violet tidak pernah mengabaikan pesan atau teleponnya selama mereka memutuskan untuk aktif berkomunikasi lewat telepon genggam. Bahkan, tiga hari yang lalu mereka masih mengobrol lewat panggilan telepon, sampai wanita itu bilang mau pergi ke acara reunian bareng teman-temannya. Dan setelah itu Agus tidak mendapatkan kabar apapun lagi dari Violet.

"Libur, mas?" Agus menoleh ke arah adiknya yang duduk di meja makan yang menyatu dengan dapur.

"Iya" sebagai penulis lagu, produser dan komposer, Agus memiliki jadwal kerjanya sendiri, tidak seperti pekerja kantor lain yang serentak memiliki hari libur di hari sabtu dan minggu.

"Kamu juga masih libur kan? Atau langsung lanjut ke studio?" Adiknya juga sama. Sebagai seorang fotografer, Vian bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya saat weekends dari pada hari kerja biasa.

"Liburlah. Capek aku baru pulang dari pulau seribu"

Agus tersenyum kecil melihat adiknya dengan wajah masih mengantuk, melipat tangan dengan posisi menyilang di atas meja dan merebahkan kepalanya di sana. Agus jadi teringat Vian kecil sering melakukan gestur itu, dan ketika itu hubungan mereka masih baik-baik saja.

Sejak minggu lalu Vian memang tidak ada di rumah karena ada suatu projek yang mengharuskannya menetap di kepulauan seribu selama beberapa hari. Dia diajak kerja sama oleh salah satu brand majalah yang cukup terkenal untuk memotret seorang model dengan bertemakan alam.

"Mas masak yangnyeom tongdak dan kimchi fried rice buat sarapan kita. Semalam mas telpon eomma, katanya hari sabtu atau ngga minggu mereka baru pulang" Agus memberi informasi kepada Vian sambil mengaduk nasi di wajan.

"Iya, aku udah tau. Eomma udah telpon aku waktu aku masih di sana"

Agus hanya tersenyum pedih mendengar kalimat adiknya barusan. Ibu mereka hanya menghubungi Vian tanpa mau repot-repot untuk menghubunginya juga. Sementara dia harus memiliki inisiatif untuk mengetahui kabar wanita yang telah melahirkannya itu.

Setelah menyelesaikan masakannya, Agus dan Vian sarapan bersama di meja makan.

Vian sedikit mengernyit melihat penampilan abangnya itu. "Mas mau pergi?"

"Iya, ada urusan. Mas pergi dulu, ya." Kemudian Agus meninggalkan Vian yang hanya menaikan bahunya tak acuh.

💜💜💜

"Anjing emang tuh laki! Udah gue diselingkuhin, duit gue abis ama dia! Ngomongnya doang mau diganti, ampe sekarang sepeserpun ngga dibalikin"

"Laporin aja ke polisi"

"Kasian gue ama orang tuanya, ngga tega, mereka baik banget. Dasar anaknya aja sifatnya kayak dajal!"

Violet hanya bisa diam mendengarkan cerita temannya yang mengatakan bahwa dia ditipu oleh tunangnnya sendiri. Saat ini, dia dan teman-temannya sedang berada di rooftop hotel yang disewa untuk acara reunian SMA.

"Lo salah sendiri, sih, Wan. Baru tunangan aja lo udah kasih pinjem duit ampe ratusan juta" Gabriel yang terlanjur kesal mendengar cerita temannya itu, tak urung menyalahkan sikap terlalu percaya Wanda sampai bisa ditipu berkali-kali.

Wanda menghela napasnya pasrah, ikut menyalahkan diri sendiri yang mudah dimanfaatkan. "Dia bilangnya buat modal usaha, Gab. Sebagai tunangan yang baik, ya, gue pinjemin. Lagian gue mikirnya kalo nanti itu usaha berjalan lancar, kan, juga bakalan jadi pemasukan pas kita udah menikah nanti. Eh, taunya zonk!"

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang