Healer 2

1.1K 70 9
                                    

Selamat membaca!

Agus masih memandangi topi baseball yang ada di tangannya. Memandang topi berwarna hitam dengan bordiran inisial nama yang menghiasi bagian sampingnya itu membuat ingatannya tiba-tiba berlarian ke satu momen ketika ia mendapatkan topi pertama dari sang ayah.

Dulu sekali, saat ia masih kecil dan adiknya belum lahir ke dunia ini, ia dan kedua orang tuanya pergi ke salah satu taman hiburan yang ada di jakarta. Ketika itu ia melihat topi baseball berwarna merah dengan karakter kartun sebagai hiasannya, di gantung di sebuah toko. Sambil merengek, dia meminta ayahnya membelikan topi itu untuknya. Tanpa mendapatkan penolakan apapun, ayahnya segera membelikan topi itu. Hari itu dia tertawa, bahagia menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya.

Setiap kali mengingat masa kecilnya, ia pasti akan tersenyum, hatinya akan menghangat karena dipenuhi oleh kebahagiaan. Saat itu, kehidupan rasanya tidak seberat sekarang. Dulu dia selalu senang dan bersemangat untuk menajalani hari-harinya, tanpa beban, tanpa tanggung jawab, hanya bermain sepanjang hari dengan teman-temannya. Sekarang jangankan semangat, setiap bangun tidur saja dia langsung ditumpuki dengan banyaknya pekerjaan, belum lagi tuntutan dari orang-orang terdekatnya. Dia selalu bertanya, sebenarnya hidup untuk apa? Sekolah selama bertahun-tahun, setelah itu kerja keras agar dapat uang dan pada akhirnya mati. Pertanyaan yang tidak pernah dia dapatkan jawabannya. Rasanya Agus ingin tetap menjadi anak kecil saja, agar tidak kepikiran apapun, tidak memiliki beban apapun, karena nyatanya kehidupan orang dewasa tidak enak untuk dijalani.

Agus keluar kamar untuk berkumpul bersama keluarganya, bagaimanapun rasanya tidak etis saat kerabat jauh datang sementara kita hanya berdiam diri saja di kamar.

Bangkit dari tempat ternyamannya, yaitu kasur. Ah, Agus merasa berat sekali seolah akan meninggalkan kekasihnya pergi jauh, padahal pacar pun ia tak punya.

Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. Ada kedua pasang om dan tantenya yang sedang berbicara menggunakan bahasa korea dengan ibunya. Kedua tantenya adalah adik dari ibunya. Lalu di seberang para orang tua, ada dua bocah laki-laki yang sedang bermain ponsel, mereka anak dari tantenya yang nomer dua, dan di sofa tunggal, duduk seorang wanita yang juga sedang memegang ponsel, dia adalah anak tunggal dari tantenya yang pertama, dia seumuran dengan adiknya, Vian.

Agus duduk di samping dua bocah yang sedang berebut hp. "Hei! Jangan berantem!" Ucapnya dalam bahasa korea, mencoba untuk melerai pertikaian itu. Namun, sesungguhnya dia tidak terlalu pandai untuk berinteraksi dengan anak kecil, jadi mereka masih tetap berkelahi sampai ibu mereka sendiri yang turun tangan.

Agus beralih pada Ji-Young yang ada di sebelah kananya, sesekali wanita itu akan tertawa melihat tingkah kedua sepupunya yang masih kecil.

"Di hp ada apa, sih?

"Eh, oppa! Annyeong!" Serunya cengengesan sambil melambaikan kelima jarinya, "aku lagi chat-an sama cowok aku"

"Oh, udah punya pacar sekarang?"

Ji-Young terkekeh, "udahlah, oppa pacarnya mana?"

"Belum nemu"

"Di cari lah! Emangnya pacar barang bekas apa ditemuin?"

Agus hanya tertawa saja mendengar ucapan sepupunya.

"Ngomong-ngomong, Vian oppa mana?"

"Ke luar kota, lagi ada kerjaan"

"Aaah"*

Dengan jail Agus memasukan jarinya kedalam mulut Ji young yang terbuka, dan langsung di tepis oleh perempuan itu. Mereka berdua lalu tergelak bersama.

"Mas, besok kamu sama tante, om dan sepupu-sepupu kamu ke butik ya, buat fitting baju"

"Aku ngga usahlah ma, pake jas yang ada aja."

"Eh, ngga bisa! Biar seragam"

Agus menahan decakan kesal. Ribet banget memang calon suami ibunya ini, pake minta di rayain segala pernikahannya, mentang-mentang bujang.

"Vian engga?"

"Vian kan lagi keluar kota. Nanti biar eomma chat yang punya butiknya aja, buat ngasih ukuran badan Vian"

"Besok ya, jangan lupa! Eomma udah buat janji sama pemilik butiknya jam dua siang."

"Ne eomma"**

💜💜💜

Sejak kemarin perasaan Vio tidak enak, entah kenapa dia merasa seperti ada yang hilang, tapi dia tak tahu apa. Sudah di cek barang bawaannya hari ini, dan lengkap tidak ada yang kurang. Tapi dia tetap merasa ada sesuatu yang hilang, entah apa. Memiliki perasaan seperti ini sungguh sangat menyebalkan, dia jadi kepikiran dan was-was sepanjang hari.

"Bos, tamu yang janjian sama bu bos hari ini udah datang" ucap asistennya setelah dia memberi ijin untuk masuk.

"Oke, bilang lima menit lagi saya turun"

Hari ini Vio ada janji dengan keluarga dari salah satu kliennya. Beberapa waktu yang lalu baru calon pengantin saja yang sudah fitting baju di butiknya, anak-anak dan keluarga inti dari calon pengantin itu belum. Seharusnya fitting baju dilakukan dalam satu waktu sekaligus agar bisa menghemat waktu. Namun karena kesibukan dan belum menemukan jadwal yang pas, fitting baju antara calon pengantin dan keluarganya dilakukan secara terpisah.

Vio segera menyiapkan tablet dan buku catatannya. Dia sudah membuat design baju keluarga mereka, nanti Vio hanya tinggal memperlihatkan sketsa itu saja yang ada di tabletnya dan terakhir adalah mengukur tubuh mereka.

Kurang dari lima menit Vio sudah sampai di bawah. Satu per satu dari mereka yang ada di sana sudah di ukur tubuhnya, terakhir tinggal putra dari calon pengantin yang baru Vio ketahui namanya Agus.

Vio menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. Dia merasa lucu karena kontras sekali antara wajah dan nama. Mungkin karena yang Vio tahu, mantan suami dari pengantin wanitanya adalah orang Indonesia, jadi nama anaknya juga ngga yang berbau Korea.

Dilain sisi, Agus yang sedari tadi memperhatikan Violet, merasa tertarik dengan perempuan itu. Hal yang terlintas dalam benaknya saat dia mengamati Violet sejak tadi adalah Violet tipikal perempuan yang feminim, lembut dan penurut. Lembut dan penurutnya dia suka, tapi feminim ... dia lebih menyukai wanita dengan pakaian kasual sebenarnya.

Eits, tunggu! Kenapa dia jadi seperti sedang menyeleksi Violet, yah?

Tapi di detik berikutnya Agus di buat mengernyit heran lantaran Violet yang terlihat seperti menjaga jarak dengannya saat wanita itu sedang mengukur tubuhnya dengan meteran jahit. Ya, bukan berarti Agus juga kepingin di tempelin sama orang asing, sih. Cuma aneh aja, tadi sama anggota keluarganya yang lain perempuan itu terlihat biasa saja, tapi kenapa pas sama dia jaraknya jauh banget?

Hari ini dia mandi, kok, dan pakai parfum juga.

Vio yang sadar jika diperhatikan, hanya diam saja dan tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa mempedulikan raut bingung Agus.

Tbc.

*orang korea akan bilang "ah" ketika mengerti akan sesuatu, lain dengan orang indonesia yang akan bilang "oh"

**iya, mama

Jangan lupa vote dan komen sebagai bentuk apresiasi kpd penulis, biar penulis makin semangat nulis ceritanya

I 💜 U

Ig: catypattinson10

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang