Selamat membaca!
Setelah Violet berpamitan untuk pulang, Agus kembali duduk sendiri di halaman belakang tempat diadakannya resepsi pernikahan sang ibu.
Pria itu mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, kemudian tertawa hingga bahunya berguncang, tangannya menutupi mulut dan separuh mukanya. Dia jadi geli sendiri jika mengingat bagaimana tadi dia memutar otak agar bisa mengobrol lebih lama dengan Violet.
Namun obrolan itu tidak bisa bertahan lebih lama karena acara pernikahan ibunya sudah selesai dan Vio juga sudah dihubungi oleh papanya, jadi wanita itu harus pamit pulang. Agus ingin sekali mengantar Violet ke rumahnya, tapi dia juga harus pulang bersama dengan adik dan saudara-saudaranya, meninggalkan ibunya dan ayah baru mereka yang sebelumnya sudah memesan kamar hotel di sini.
"Dari mana mas?" Karena terlalu hanyut memikirkan Violet dan interaksi mereka tadi, dia jadi tidak sadar sudah memasuki ballroom hotel.
"Oh-ehm ... dari luar"
Vian yang badannya jauh lebih besar darinya, berdiri di hadapan pria itu sambil kedua tangan dimasukan kedalam saku celana. "Ngapain?"
"Cuma duduk di taman. Di dalam tadi berisik banget, jadi mas keluar sebentar." Agus menatap heran adiknya yang tiba-tiba bersikap ... jutek? "Yaudah, mas mau pamit sama eomma dan om dulu" om yang dimaksud adalah Harry, dia masih belum bisa memanggil pria itu dengan sebutan ayah ataupun papa. Agus menepuk bahu Vian dan berlalu dari sana.
Setelah berpamitan, mereka semua masuk ke dalam mobil Agus, sementara mobil ibunya yang tadi dia kendarai ditinggal di hotel bersama dengan pemiliknya.
Agus melirik Vian yang duduk di sampingnya, mereka memang terbiasa diam-diaman seperti ini, tapi entah mengapa aura adiknya kali ini terasa berbeda. "Kamu capek?"
"Hm?" Vian menoleh sambil menaikan sebelah alisnya. "Lumayan"
"Nanti pas sampai rumah langsung istirahat, jangan main game" peringat Agus yang hanya ditanggapi dehaman oleh Vian. Dahi pria itu berkerut semakin dalam ketika mendapati tanggapan seperti itu dari adiknya, tapi Agus mencoba untuk berpikir positif, mungkin saja adiknya memang hanya sedang kelelahan kan?
💜💜💜
"Hai! Ada apa nelpon?" Vio baru saja bersiap untuk tidur, dia sudah mengganti gaunnya dengan piama dan berbaring di atas kasur saat ponselnya berbunyi.
"Kangen aja" jawab seseorang di seberang sana.
Vio terkekeh mendengar jawaban itu. "Seriously Vian? Beberapa hari lalu, kan kita ketemu di mall"
"Ya, kan itu udah lama. Aku belum sempet liat kamu lagi setelah hari itu, dan aku kangen"
"Manis banget ya mulut kamu! Terus gimana sama someone special yang pergi bareng kamu waktu itu?"
"Itu kakak aku, Vi"
"Masa? Aku ngga percaya" balas Vio bercanda
"Serius! Waktu itu aku pergi sama kakak aku"
"Ya...ya... special banget sampe dianggap kakak" ucapnya menyindir.
Vio mendengar suara kekehan dari seberang sana "Anggota keluarga memang selalu punya tempat special di hati kan, Vi? Ngga peduli walau hubungan kalian ngga terlalu bagus. Aku yakin kamu pasti setuju sama pendapat aku itu"
Vian benar. Anggota keluarga pasti selalu memiliki tempat special di dalam hati kita, tidak peduli walaupun hubungan keluarga itu tidak baik, karena pada akhirnya jika kita memiliki suatu masalah pun pasti kita akan kembali lagi ke mereka.
"Oh, jadi dia beneran kakak kamu?"
"Iya. By the way, aku tadi liat kamu"
"Oh ya? Dimana?"
"Di suatu tempat, lagi ngobrol sama seseorang"
"Dimana? Seharian ini aku pergi ke banyak tempat dan ketemu banyak orang"
"Aneh Vi. Seharusnya aku ngga boleh punya perasaan ini terhadap kamu, karena kita ngga ada hubungan apapun, tapi aku ngga suka liat kamu dekat sama orang itu" aku Vian jujur mengungkapkan perasaannya.
Sementara Vio merasa bingung harus bagaimana menanggapi perkataan pria itu.
"Yaudah, selamat istirahat. I'll see you tomorrow?"
"Okay"
Malam itu Violet tidur tidak tenang karena terus kepikiran perkataan dan sikap Vian yang tidak biasa.
Tbc.
Kenalin, ini Vian. Selamat yg kmrn nebaknya bener🤗💜
Tunjukin apresiasi kalian dgn pencet bintang dan komen, biar saya tau msh ada yg nungguin cerita ini atau ngga.
Ig: catypattinson10
KAMU SEDANG MEMBACA
Healer
RomanceBagaimana rasanya menjadi wanita dengan paras cantik, otak cerdas, karir bagus, dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Pasti akan ada banyak pria yang rela mengantre untuk menjadi kekasihmu, bukan? Tetapi trauma yang dirasakan oleh Violet C...